Wednesday, 29 September 2021

Kebahagiaan Mendapatkan Rejeki Wow

 "Berapa gaji yang kamu minta?' Sebuah pertanyaan saat wawancara dilontarkanoleh seorang pria berwajah oriental sambil tersenyum.

Saya menyebutkan angka yang diminta, sempat ragu-ragu karena yakin ga yakin  bakal diterima kerja. Pengalaman sering dapat panggilan kerja tapi selalu aja ga cocok  (entah dari saya atau perusahaan)  bikin saya nothing to loose buat keterima kerja. Di sebelah pria itu yang kelak saya dan teman-teman kerja menyapanya Pak Pur, seorang wanita berusia separuh baya tersenyum.

"Oke, kamu diterima kerja. Tanggal satu mulai masuk, ya!" Pak Pur mengulurkan tangan, memberikan selamat.

Ah beneran? Masa sih?

Tentu saja itu dialog imajiner di benak saya. Ga sampai keluar dari mulut saya. Untungnya saya segera menguasai kedaan dan menyambut uluran tangannya.

"Terimakasih, Pak." saya menerima uluran tangannya dengan perasaan sumringah. Wow.  Senengnya melebihi salaman sama idola atau pacar (?) muahaha... Karena itu kali pertama saya menyandang status sebagai karyawan kantoran notabene dapat gaji bulanan. Rejeki banget buat saya yang 2 tahun wira wiri nyari kerjaan. :)

Mungkin karena euforia, punya gaji itu, dengan nominal yang sedikit di bawah rata-rata UMR untuk  posisi dan status pendidikan yang saya dapatkan, dibawa asik aja. Punya teman kerja yang seru, ada gank ngemil dan ngerumpi di jam kanto, saling nyicip bekal makan siang dan ketawa bareng ketika ngenes nungguin gajian di akhr bulan.  Kadang saya kangen sama masa-masa itu. Masa pergi kerja kayak pergi sekolah, cuma bedanya tugas dan durasi aja. 



O ya, waktu pertama kali payday alias gajian saya seneng dong belanja ke supermarket depan kantor dan bisa sedikit berbagi rejeki dari gajian sama mama saya. 

Walau ga seberapa, rasanya seneng banget berbaji rejeki dari hasil keringat sendiri. Jadi berkah. 

Perlahan dan pasti, mindset saya berubah soal bekerja. Dulu mikirnya cuan itu ya dari kerja aja. Tapi ga gitu. 

Tanpa mengurangi rasa hormat saya sama temen-temen yang maih berstatus sebagai karyawan, rejeki dalam bentuk materi bisa berbentuk penghasilan dari jualan atau honor sebagai karyawan lepas a.k.a freelance. Dapat traktiran, punya teman yang baik, dikasih nikmat sehat juga bentuk rejeki. Coba bayangin kalau kita punya uang tapi dikasih sakit dan perlu biaya yang banyak? Kalau dikonversikan ke nominal itu angkanya bisa gede banget.

Balik lagi gomong-ngomong lagi soal rejeki dalam bentuk materi,  temen-temen pernah punya wish list apa aja? Punya rumah langsung lunas, kendaraan pribadi atau hadiah dari lomba/undian misalnya?

Saya punya informasi menarik, nih.

Smartfren  punya program Rejeki Wow Treasure Hunt Periode Ketiga berhadiah total miliaran rupiah. Duh, ya lagi pandemi gini ketika aktivitas ekonomi lagi tiarap, siapa sih yang ga senang kalau ketiban durian runtah dari program undian ini?

Sebagai informasi, saat ini sudah ada 3.9 juta pelanggan operator seluler Smartfren sudah menang dan mendapatkan hadiah dari program Smartfren Rejeki WOW Treasure Hunt, lho. Duh saya juga mau, dong.

Mau tau caranya?

Begini

Install atau update dulu aplikasi MySmartfren. Malahan, untuk pelanggan yang baru pertama kali install aplikasi MySmartfren bakal mendapat bonus kuota 5 GB.

Setelah itu lakukan langkah-langkah berikut:

Lakukan perjalanan perburuan harta di gurun pasir. Kalau kita  melakukan pengisian pulsa atau membeli paket internet, akan semakin dekat ke Oasis tempat harta tersembunyi. Asiknya nih, nilai pengisian pulsa atau pembelian paket tersebut berlaku akumulasi. Kalau sampai mencapai total Rp100.000 atau kelipatannya di Oasis,  peti harta karun akan terbuka dan kita berpeluang mendapatkan hadiah berupa  smartpoin, pulsa, kuota YouTube, smartphone, tablet, TV, laptop, atau logam mulia. 

Kalau bisa sampai di Oasis ketiga, pelanggan  akanmendapatkan kesempatan memenangkan Grand Prize berupa city car (Honda Brio), SUV (Honda BRV), tabungan ratusan juta rupiah, logam mulia, atau sepeda. 

Selain itu ada juga fitur baru lainnya berupa:

  • Program Ajak Teman (Referral Program) dan Daily Login 
  • Veteran Booster yaitu booster tambahan agar pengguna bsia lebih cepat sampai ke oasis. 
  • Mission Challenge dengan hadiah smartpoin, bonus pulsa dan emas, di mana hadiah-hadiahnya bisa didapatkan jika berhasil menyelesaikan semua misi/tantangan. 
  • Dan ini nih, ada fitur donasi di mana kita bisa  menyumbangkan Smartpoin dalam program Donasi dari Smartfren dengan Yayasan Benih Baik. Jadi selain membayar zakat penghasilan tiap bulan sebesar 2,5% tiap bulan, kita juga bisa menambah pundi-pundi amal lewat fitur ini. Asik banegt kan, bisa berburu ahdiah sekaligus berburu pahala.

Tau ga sih? Program kebaikan ini adalah bagian dari visi Smartfren untuk mewujudkan  internet yang bermanfaat positif dan menjadi teman buka peluang bagi masyarakat Indonesia. 

Makanya,  buruan install aplikasi dan terus perbanyak transaksinya. Smartfren Rejeki WOW Treasure Hunt Periode Ketiga berlangsung dari tanggal 21 September 2021 sampai 14 Januari 2022. Masih banyak waktu yang bisa kita manfaatkan untuk berburu Rejeki WOW Treasure Hunt Periode Ketiga ini. 

Untukprogram-program Smartfren lain bisa didapatkan informasinya di www.smartfren.com dan Instagram @smartfrenworld.

Share:

Friday, 24 September 2021

Tentang Kebhinekaan, Berbeda Tapi Saling Sayang


Kalau suka lagu-lagunya Dewa atau Ari Lasso mesti familiar sama lirik lagu yang ini. Yakiiin saya, ga mungkin ga mudeng.

"Segala perbedaan itu, membuatmu jauh dariku...."

Merasa related?

Pada kenyataannya, berbeda ga harus selalu menjauh. Berbeda malah bisa membuat kita bisa bersatu, kolaborasi. Buat saya yang menyukai sepakbola, liga-liga atau ajang pertandingan internasional adalah contohnya.

Saat menyanyikan lagu kebangsaan di Piala Eropa, Piala Dunia, Piala Asia atau kompetisi angtara negara akan selalu dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing. Kamera pun akan menyorot satu persatu wajah pemain yang akan berlaga. Inggris dan Perancis adalah contoh yang kentara di mana raut muka dan warna kulit tampak berbeda. Ga selalu mukanya British banget atau Perancis banget. Ada pemain berdarah campuran atau memperoelh naturalisasi. Diversifikasi di sana adalah hal yang lumrah.

Di kompetisi lokal sendiri semisal di EPL (English Premier League)  selain mengusung tagline  "no room for racism", ada satu prosesi yang dilakukan oleh para pemain bola di liga Inggris sebelum memulai pertandingan dengan berlutut.

Buat apa?

Tentu saja bukan buat pemanasan. Ini adalah simbol perlawanan sama yang namanya sikap dan tindakan rasialis. Industri sepakbola di kampung halamannya The Beatles membuat liga sepakbola di sini jadi bisnis yang menggiurkan. Jadi magnet bagi para pesepakbola dari berbagai negara untuk berkiprah, unjuk gigi dan tidak bisa dipungkiri jadi lahan mencari mata pencaharian. 

Lumayan banget lho pundi-pundi penghasilan mereka di sini. Auto tajir, jadi kaya raya. Dengan catatan berprestasi, ya. Kalau enggak, ya kesalip. Ga dapat panggung, ga dapat cuan alias uang.

Balik sama  keberagaman  tadi, di Premier League (nama liganya di sini), ada banyak pemain dari benua Afrika juga Asia yang merumput. Perbedaan latar belakang dan ras inilah yang menjadi konsen pengelola liga-liga dunia buat bilang tidak sama tindakan diskriminasi hanya karena perbedaan kulit, ras atau agama.

Itu di luar negeri.

Di Indonesia gimana?


Waktu SMP saya punya teman dari Ende, Nusa Tenggara Timur. Namannya Hellen, cantik dan manis.  Lepas SMP kami berpisah dan hilang kontak. Media sosial kemudian mempertemukan kami. Yang jauh jadi dekat. 

Sampai sekarang masih berteman. Ya, di sosmed alias IG saja. Jarang bertukar sapa karena algoritma IG yang membuat saya harus berusaha cari sendiri updatenya dengan ngetik namanya di kolom pencarian hihihi. Hai Hellen! Apa kabarnya? :)

Lalu waktu SMA saya juga saya punya teman yang bukan sundanese, dari Aceh dan Pare-pare. Kemudian, lebih banyak ragam suku dan ras  yang jadi latar teman-teman waktu saya kuliah di Unisba dulu.

Rasanya sudah seperti lagu, dari Sabang sampai Merauke. Komplit. Plus dengan keberadaan himpunan mahasiswa yang berasal dari kampung halaman yang sama. Waktu musim mudik, ada perhimpunan mahasiswa dari Minang yang mengoordinasi kepulangan bersama dengan mencarter bus.  Di situ saya meronta, sirik ga bisa mudik ke mana-mana :) Seneng deh lihat kekompakan yang mudik bareng itu. 

Ngomongin perbedaan kalau soal warna kulit, bahasa dan latar belakang sudah kita kenal lama. Jauh hari sejak SD dulu. Toleransi, tenggang rasa, tepo seliro dan istilah lainnya rasanya sudah ngelotok di kepala.  

Sadar ga sih, kalau keseharian kita dalam pergaulan juga lekat dengan perbedaan dalam urusan selera dan minat?

Dari bangun tidur sampai tarik selimut malah.  Misalnya ini:

Sarapan pagi: Makan nasi goreng vs bubur ayam - gorengan - roti & susu - makan buah saja.

Style Pakaian: Cuek - elegan - kalem - modis - sederhana - penuh warna

Musik:  pop - dangdut - rok - barat - klasik - modern

Contoh-contoh yang saya bilang tadi kalau dibreakdown bisa beragam lagi. Terus berantem? Enggak, dong.



Bukan menyalahkan, tapi lirik lagu yang saya kutip tadi ga bisa plek ketiplek berlaku dalam segala situasi.

Keseharian saya yang ga bisa jauh-jauh dengan dunia digital juga mempertemukan saya dengan teman-teman yang punya 'genre' yang sama padahal ga saling kenal di dunia nyata.



Tadi saya bilang kesulitan buat tau update di sosmed temen-temen lama saya. Bukan karena saya males ga mau cari tau atau ga mau interaksi.  Tapi lingkaran pertemanan dan algoritma sosial media seperti instagram menyodorkan update terbaru yang sesuai minat saya yang menyukai kucing, sepakbola, film, bisnis  dan niche berbau  optimasi sosial media.  

Update adik dan teman dekat saya pun ga muncul seliweran di timeline. Baru ngeh kalau ditag atau dimention. Nah, lho :D 

Diem  ga selalu ga  peduli. Kadang saya suka stalking, pengen tau kabar temen yang updatenya ga disodorin oleh algoritma IG. Baik-baik saja, kah? Situasi pandemi kemarin membuat kita saling berharap kabar baik yang didapat. 

Di lain waktu ketika teman-teman blogger pada bahas soal drakor di sosmed, saya cuma hah hoh aja. Ga ngerti. Siapa sih? Apaan?

Tapi di lain waktu terutama malam minggu saya anteng heboh bahas bola. Entah di status atau cuitan twitter. Malah yang satu ini ketemuan sama yang ga temenan atau ga kenal. 

But it's ok. Seru malah.

Berteman dekat bukan berarti segalanya harus sama dan berbeda bukan berarti unfriend atau auto putus pertemanan.

Perbedaan di antara kami itu pun kembali luluh ketika acara Gathering MPR bersama Netizen Bandung diselenggarakan sabtu lalu. Tepatnya tanggal 18 September 2021.

Bertempat di Hotel Crowne Plaza Jalan Lembong, acara yang diselenggarakan di ruang Aquamarine lantai 3 ini membahas topik tentang The Power of Bhineka Tunggal Ika: Bijak Bermedia Sosial Dalam Mewujudkan Karakter Bangsa.

Tahun sebelumnya saya bareng temen-temen blogger dan netizen Bandung juga ngumpul dengan MPR. Ceritanya bisa baca di sini


Pertemuan kali topik bahasan lebih mengerucut pada pilar ke-4 dari 4 pilar MPR yaitu mengenai Bhineka Tunggal Ika.



Pada hari itu hadir perwakilan dari MPR yaitu Ibu Siti Fauziah (Kabiro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi Sekjen MPR RI) dan Budi Muliawan (Kabag Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga) yang didampingi oleh Nurliya Apriyana, dosen Vokasi UI yang juga pegiat literasi media sosial yang bertindak sebagai moderator pada acara hari itu.

Imej MPR yang formal seolah the untouchable sebagai lembaga pemerintahan hari itu terasa mencair. Ternyata begini rasanya kami dari berbagai latar belakang bisa memberi masukan dan masukan untuk kemajuan MPR terutama interaksinya dengan netizen di media sosial.  


Menarikanya latar belakang yang berbeda  itu memperkaya input yang kami berikan untuk kemajuan MPR. See? Siapa bilang beda itu masalah? Beda itu adalah sebuah keniscayaan. 

Selain ngobrol dan berdiskusi dengan tim MPR kami juga bisa melepas kangen dan bisa ngonten bareng. 

Niche boleh beda, tapi kami tetap saling sayang. 


Share:

Tuesday, 31 August 2021

Donor Darah di Masa Pandemi

 Katanya ditolak itu rasanya menyakitkan. Setuju?

Saya pernah ngalamin, nih. Ceritanya suatu waktu saya meliputi sebuah event baksos donor darah yang diselenggarakan oleh sebuah rumah sakit swasta di Bandung. Btw ini kejadiaannya beberapa tahun sebelum pandemi. Kalau ga salah tahun 2018.

Salah satu tim marketingnya nyamperin saya. Terus dia nanya gini:

"Teh, mau donor darah, ga?"

Saya yang pernah baca pra syarat buat donor darah menggeleng, dong. Bukan karena takur jarum suntik, lho, ya. Tapi tau banget bakalan ga qualified.

"Nggak ah, Jay," gitu saya bilang.

"Emang kenapa?"

"Kurang gendut," saya ketawa.

Teman saya yang anak marketing itu ketawa. "Udah cobain aja dulu," katanya.  Yaudah biar dia  (bukan saya  hahaha) ga penasaran, saya iyain aja.

Saya nyamperin petugas di bagian screening yang lagi asntai kayak di pantai dan asik serasa di Tasik (lebay).

"Pak,.." saya nyapa beliau sok misterius.

"Gimana, Teh?"

"Saya mau donor, dong"

"Teteh?"  mukanya kelihatan sangsi.  Tuh, kan udah suspect ga layak ini. Ih emang saya udah siap lahir batin.

"Emang berat badannya ebrapa?"

"45 kg," jawab saya.

"Kayaknya ga bisa sih, Teh. Tapi ya udah kita cek dulu, deh" 

Saya nyebut tensi saya yang cenderung rendah.  Biar valid dan meyakinkan, bapaknya baik mau luangin waktu buat mastin. Ya mungkin aja jarum timbangannya rada ngesot dikit ke kanan gitu, hahaha.  

Tapi ternyata survei membuktikan saya emang ga bisa jadi pendonor. Pengalaman yang kurang lebih sama di tempat lain juga kayak gitu. Nih petugas PMI yang stand by udah punya jam terbang yang tinggi kayaknya. Sekilas aja udah tau bisa mengira-ngira apakah yang datang itu bisa lolos tes awal buat jadi pendonor atau enggak. 

Beberapa situs informasi kesehatan menyebutkan sayarat minimal berat badan minimal untuk donor darah adalah 45 kg. Ga ngerti juga kenapa dua kali pas saya menawarkan diri saya ditolak. Tapi ya sudahlah, ya. Mungkin juga pas waktu itu saya ga kelihatna lagi fit (hiks)...

Padahal nih kalau layak dan qualified sebagai pendonor, ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Selai hadiah hiburan konsusi gratis (hahaha) rutin melakukan donor darah bakal ngasih sejumlah benefit. Misalnya:

* Kalau ada penyakit serius bisa segera terdeteksi

* Meningkatkan produksi sel darah merah

* Menjaga kesehatan tubuh dan membantu aliran drah jadi lebih lancar

* Sebagai muslim, jadi disayang malaikat karena jadi amalan jariyah buat menyelamatkan nyawa orang lain, dengan syarat niatnya tulus dan ikhlas lho, ya.


Selain screening yang tadi saya bilang berupa berat badan badan minimal beberapa syarat ini perlu kita perhatikan. Biar ga kecewa gundah gulana merana karena batal jadi pendonor:

* Berusia minimal 17 tahun - 65 tahun

* Kadar hemoglobin 12,5 = 17 gram

* Tekanan Darah Sistole 100-170

* Minimal rentang waktu donor darah sebelumnya adalah 12 minggu atau  atau 3 bulan

Yang juga harus diperhatikan saat akan berdonor adalah tubuh dalam keadaan sehat dan bugar serta tidur malam yang cukup sebelumya.  Dalam situasi ini petuah dari Bang Haji Rhoma terbukti nyata. Begadang jangan begadang.... kalau tiada artinya hihihi malah nyanyi.

Pernah kepikiran ga sih kalau bisa donor darah tuh adalah salah satu bukti nikmat sehat yang kadang kita lupain?

Coba bandingkan dengan mereka yang harus ke sana ke mari nyari donor darah yang cocok atau macam saya ini, mau donor ya ga bisa. Saya jadi envy sama yang bisa melakukan donor darah secara rutin. 

Sebagai mahluk sosial yang bermasayarakat, donor darah ini juga jadi salah satu bentuk interaksi sosial alias silaturahmi. Beberapa waktu lalu saya sempet baca berita kalau sejak pandemi ini, jumlah sediaan darah dari pendonor yang tersedia di PMI jadi berkurang. Padahal di saat pandemi seperti ini pun bakalan tetep ada aja yang membutuhkan. Misalnya saja sahabat-sahabat kita para penyandang talasemia yang tetap membutuhkan donor setiap bulannya.Belum lagi kondisi lain yang tiba-tiba membutuhkan.

By the way, kalau mau donor darah di masa pandemi gini, aman ga, sih?

Seperti yang dilansir oleh situs kementerian kesehatan, berdonor di masa pandemi tetap aman. Selain dengan protokol kesehatan yang diterapkan dengan ketat  Beberapa hal yang harus dilalui oleh petugas yang melakukan pengambilan darah antara lain:

* Sudah menjalani tes PCR secara rutin

* Mengenakan masker dan handscoon (sarung tangan medis)

* menggunakan antiseptik


Saya jadi ngilu bayangin kalau petugas pengambil darahnya harus rela hidungnya dicolok secara berkala. Hal mana yang sangat kita hindari, kecuali terpaksa hihihi. Terpujilah para petugas medis yang selalu stand by termasuk yang harus berjaga untuk melakukan pengambilan donor darah ini.

Dari segi pendonor pun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Selain dalam keadaan sehat juga perlu diperhatikan jenis vaksin yang diambil (kalau sudah vaksin). Apakah menggunakan jenis vaksin yang dimatikan atau dilemahkan. Ternyata ini juga berpengaruh dengan toleransi waktu menunggu. Pengguna vaksin yang dimatikan waktu nunggunya lebih cepat dibanding dengan yang pakai vaksin yang dilemahkan. Info detilnya bisa baca di sini:

https://yankes.kemkes.go.id/read/302/donor-darah-di-rsup-ham-tetap-aman-selama-pandemi

Ngomong-ngomong soal baksos donor darah, beberapa waktu yang lalu Smartfren berkolaborasi dengan komunitas nirlaba Blood for Life Indonesia (Blood4LifeID) Indonesia dalam rangka meningkatkan jangkauan pencarian donor dan ketersediaan darah /plasma darah. Baik terakit kasus Covid-19 maupun tidak. 

Terkait acara baksos yang berjalan, pihak Smartfren juga memberikan dukungan berupa kartu perdana GOKIL MAX  berikut paket data yang diberikan kepada seluruh relawan Blood4Life Indonesia. Dengan adanya dukungan ini jadi emudahkan berkomunikasi secara online. Jangankan saat pandemi, yang namanya kuota ini jadi jadi kebutuhan dasar untuk menunjang aktivitas. Apalagi saat ini. Udah deh, ga ada data bisa berantakan kerjaan juga koordinasi yang harus atau perlu dilakukan. Ya, ga?

Menurut Valencia M. Randa, aktivitas Blood4LifeID selama ini kebanyakan dilakukan secara online, di mana di dalamnya terdapat puluhan Relawan Tim 'IGD Virtual Blood4Life.ID' (media sosial & website Blood4LifeID) yangposisinya tersebar di berbagai kota di Indonesia. Makanya untuk memudahkan komunikasi, penting sekali memastikan koneksi internet tetap terjaga. Dengan terjaminnya koneksi internet yang memadai, tim Blood4LifeIDyang juga didukung oleh Smartfren Community lebih mudah untuk memantau ajakan donor darah yang dipublikasikan di website kami

Blood4LifeID selama ini telah menerima banyak permintaan untuk mem.enuhi kebutuhan pendonor darah. Pada Juli lalu, permintaan bantuan donor darah yang masuk ke Blood4LifeID mencapai puncaknya dan mencapai 230 permintaan dalam satu hari. Hingga saat ini pun permintaan masih cukup tinggi, dengan rata-rata sekitar 100-an permintaan donor yang masuk.


Jadi gimana, nih? Udah ga khawatir lagi untuk donor darah, kan? Kalau kamu yakin memenuhi kualifikasi sebagai pendonor, udah deh jangan ditunda lagi buat donor darah. Akses pendaftarannya bisa dilakukan ke www.donordarah.link lalu ikuti instruksi panduan yang ada di sana.

Sehat selalu buat kita semua, ya. Aamiin.


Share:

Thursday, 12 August 2021

SBK, Ketika Duren Montong Menjelma Menjadi Bolu Kukus Yang Enak

Kalau bukan karena artikel tentang kupu-kupu Monarkh, seorang profesor ahli Geografi mungkin ga akan sampai ke Asia Tenggara, kenalan sama budaya di sini dan kenal kulinernya. Termasuk kuliner yang sering ia jumpai di sini, Duren.

Nama Profesor itu adalah Kim Eje. Seorang wanita asal Korea Selatan yang membuat saya terkesan. Terkesan dengan cerita-ceritanya juga keramahannya waktu menyapa saya. Di situ saya menyesal dengan  English Speaking saya yang pas-pasan ditambah saya tuh aslinya suka nervous kalau ketemu orang baru.

Biasanya saya sering menjumpai duren di pinggir jalan yang dijual di mobil truk terbuka gitu. Entahlah saya ga tau kayak gimana milih duren yang baik dan benar. Eh enak maksudnya.  

Saya bukanlah tipe  yang suka memburu duren tapi seneng kalau disodori duren yang kebetulan rasanya enak. Milih duren itu kayak milih jodoh, harus punya feeling yang bagus buat tau rasa dan harga memang sebanding. Lah malah dikaitkan sama jodoh segala hahaha.

Oh ya, kalau mau tau kenapa seorang Profesor dari Korea ini bisa begitu jatuh cinta sama yang namanya Duren, saya pernah nulis ceritanya di sini:

https://www.catatan-efi.com/2017/11/happy-yummy-journey-titik-balik-dari-kupu-kupu-dan-durian.html

Balik lagi sama duren. 

Kalau versi klasik sajian duren yang pernah dan gampang saya temui juga nyicipinnya ya es krim duren. Yang versi ez puter itu lho. Terus toppingnya pake ketan. Wuih, ini enak.  Kalau diolah jadi sajian lain kayak bolu, inilah yang dilakukan sama Siliwangi Bolu Kukus. Gimana, tertarik, ga?

Foto di atas ini adalah varian terbaru yang diperkenalkan oleh Siliwangi Bolu Kukus saat peresmian storenya ke-8 dan ke-9 yang berlokasi di Cimahi dan Bogor pada tanggal 10-11 Agustus 2021 kemarin.  Harga perkenalannya adalah Rp. 33.000 Sedikit lebih murah dari harga aslinya yang dibanderol Rp. 35.000.  Jadi kalau ga kebagian harga promonya juga ga nyesel amat, ya hihihi

ini cerita saya tentang Siliwangi Bolu Kukus alias SBK yang pernah ditulis.   Bisa baca di sini juga buat tau awal mulanya berdiri, ya.

https://www.catatan-efi.com/2020/01/siliwangi-bolu-kukus-hadir-di-bandung.html

Dibanding awal mula kehadirannya, sekarang ini jumlah varian yang dihadirkan oleh Siliwangi Bolu Kukus sudah ada 22 varian rasa untuk bolu klasik dan dan 10 rasa bolu asih dan bolu cinta.  



Kemasannya aja udah cantik dan bikin ngiler. Diet? Apa itu diet? Itu mungkin yang bakal terlintas di pikiran kita. Saking enaknya, ya. Untuk varian klasik saya tuh suka bangete sama rasa alpukat mentega dan kopinya. Wuih, enak. 

Sedangkan untuk varian bolu cinta itu selain bentuknya yang unik, juga didalemnya ada lelehan krim yang lumer di mulut. Kalau kaya bule mah, heaven. Yeeeeh kayak pernah ke surga aja :) Ya saking enaknya sih.

Trio bolu kubus alias dessert yang ada di tengah itu juga mesti dicobain. Mau yang mana? Semuanya aja deh, biar ga nyesel.

Ada hal yang menarik dari filosofi penyajian varian rasa yang dihadirkan oleh Siliwangi Bolu Kukus ini. Semua rasa yang ditampilkan adalah rasa yang identik dengan kuliner di Jawa Barat.Semisal Ui Cilembu, Stroberi Cilembu, Talas Bogor, Peuyeum Bandung atau Mangga Indramayu.

Menarik, ya. Kuliner lokal yang sederhana bisa disulap jadi sajian yang mewah dan berkelas.

Di mana aja lokasi Store Silwangi Bolu Kukus?

Siliwangi Bolu Kukus  bisa  didapatkan di mana saja dan sudah tersebar di  di 11 Provinsi Indonesia (Jambi, Bengkulu, Padang, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI. Yogyakarta, Palembang, dan Lampung). 

Ada yang bingung kenapa store terbarunya da 9 tapi ada di 11 provinsi?

Kalem, itu cuma istilah dari manajemen aja. Jadi selain Storenya, SBK juga punya bisa didapatkan di toko lainnya yaitu Sobis atau Sobat bisnis dan Reseller. Mereka ini ada di 11 prvinsi itu. Semoga bisa terus bertumbuh dan menambah titik-titik toko barunya, ya. Biar apa? Biar makin mudah mendapatkannya dan ga usah nyari jauh-jauh.

Jangan lupa patuhi prokes berikut setiap kita berkunjung ke Store Siliwangi Bolu Kukus. Demi kemanan dan kenyaman bersama


Ini panduan peta untuk sampai ke store yang di Cimahi atau Bogor

Store Resmi Siliwangi Bolu Kukus – Raya Bogor
Jalan Raya Bogor, Rw.50, Cimandala, Kec. Sukaraja, Kota Bogor, Jawa Barat 16710


Store Resmi Siliwangi Bolu Kukus – Cimahi
Jalan Raya Rancabelut No 818B RT.03/011 Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat 40526


Untuk info store dan toko lainnya, teman-teman bisa mengunjungi instagramnya di @siliwangibolukukus dan bisa download juga  aplikasinya di playstore untuk mendapatkan informasi lainnya terkait update produk dan promonya

Layanan Pelanggan:
Call Center : 1500-556 (Telp)
Chat Center : 0811-825-0044 (WhatsApp & Telegram)


Ayo dapatkan bolu duren montong atau variasi lainnya di store SBK terdekat. Jangan khawatir soal izin produksi dan sertifikat halalnya. Sudah terjamin.
Share:

Wednesday, 28 July 2021

3 Cara Agar Tetap Produktif di Rumah Selama PPKM

Setiap malam, setelah menutup laptop menyelesaikan pekerjaan,  saya masih suka buka timeline twitter buat lihat update-an. Bukan buat nyetatus tapi lihat cuitan lucu-lucu yang rame di trending topic. Hiburan banget soalnya. Bagus juga buat imun booster. Ya, kan?



Salah satunya ketika para netizen menimpali akronim PPKM jadi kepanjangan yang kreatif. Salah satu yang bikin saya ga bisa berhenti ketawa adalah ini

"Pek Perpanjang Kumaha Maneh"

Kurang lebih artinya terserah deh mau diperpanjang  lagi, gimana kamu.

Saya percaya deh kalau aktivitas online (selain skrol-skrolan di sosmed) ini udah udahjadi kebutuhan pokok buat semuanya. Yang PJJ-an lah, Yang webinarlah, yang ngonten dan sebagainya. Ya, kan? Untuk yang satu ini kuota yang memadai dan kenceng adalah numeru uno. Nomer satu. Wajib. Nah, untuk urusan ini ada  paket internetan yang gokil dari Smartfren: Gokil Max> udah tau belum apa saja benefit dan fiturnya? Coba deh download dulu, karena lagi ada campaign serunya nih. Modal download aja bisa dapet Redmi 8 A Pro, Mifi dan kuota internet 30 GB. Gokil, ya?


Jangan lupa baca ketentuannya di sini agar peluang menangnya tetep gede. Sayang banget kan kalau ada yang kelewat padahl kontennya udah bagus dan maksimal.


Balik lagi soal PPKM saat ini. 

Ada yang sebel, ada yang sedih ada yang menanggapinya dengan positif thinking. Ya mau gimana lagi, situasi sekarang membuat kita memilih lebih banyak di rumah saja. Bersyukurlah yang masih bisa WFH-an. Kadang saya suka kepikiran gimana dengan mereka yang harus nyari nafkah ke luar rumah. Semacam pedagang, sopir dan pekerja di sektor esensial yang ga bisa ditinggal. Perawat dan karyawan pabrik misalnya.

Semoga pada sehat semuanya, ya. Biar rantai penularan C-19 ga mengular. 

Lain waktu, pas saya keluar sore ketemu tetangga yang rada lama ga bersua.  lalu terjadilah obrolan ini

+ : Ke mana aja, teh? Udah lama ga keliatan?

Padahal saya suka lewat depan rumahnya kalau mau ke pasar, warung dan sebagainya. Tetehnya ga keliatan. Emang ga jodoh aja buat ketemu. Terus saya jawab gini

- : Iya, Teh. Kan lagi PPKM

+ : ....

- :Pelan-pelan Kamu Menghilang

Kami ketawa ngakak. Sebenernya bukan menghilang literally gitu. Karena jadwal keluarnya aja ga  barengan. Sibuk masing-masing. Ditambah lagi saya emang jadi lebih banyak online. Aktivitas offlinenya nyaris ga ada kecuali urusan personal aja.

Balik lagi nih sama aktivitas selama di rumah. Ga kerasa ya, pandemi ini udah 1,5 tahun kita lalui. Berlama-lama di rumah sebenernya bikin saya betah. Males ke luar kalau ga perlu. Malah kalau bangun pagi masih selimutan, buka email buka notif WA dan lainnya sebelum memulai to do list harian.

Ga produktif dong?

Kata siapa? 24/7 malah makin berasa. Guys, pada ngerasain hal yang sama ga? Tosss dulu dong.  Biasanya jam kantor rumahan ala saya tuh setelah jam 9 pagi ke sana.  pagi-paginya saya ngerjain dulu kerjaan rumah seperti nge-dj alias cuci piring, nyuci baju, beberes kamar, ngasih makan kucing dan printilan lainnya.

Ada kalanya tiba-tiba  deadline kerjaan udah berderet kaya iring-iringan semut di dinding yang berbaris rapi. Nunggu eksekusi.  Oh, No. Jangan sampai bikin keteteran.  Makanya beberapa hal ini saya lakukan selama di rumah. Kerjaan beres, me time pun masih bisa. 

1. Positif Thinking dan Menjaga Kesehatan

Apa kabar? Teteh, Akang sehat?

Sehat selalu, ya

Sapaan kayak gitu mungkin dulu terasa klise. Tapi sekarang sapaan itu bisa bikin hati adem, nyesss. Dalam keadaan seperti ini mendoakan teman, saudara atau rekanan yang ngobrol sama kita bukan ritual formal saja. Tapi udah jadi doa. Dan seneng banget kalau udah didoain gini. Karena sehat adalah sesuatu yang berharga sekali saat ini. Alih-alih kepo  nanyain urusan pribadi atau misal ditanya kok gini kok gitu. percayalah didoakan seperti ini adalah kata-kata yang indah.

Inget, hati yang bahagia bisa membuat imun kita tetap terjaga.

Ah ya jangan lupa untuk selalu pakai masker obel dan menjaga kebersihan tangan kita terutama kalau harus keluar. Saban pergi ke atm yang itungannya sebentar (kadang dua bentar, tiga bentar kalau lagi banyak yang ngambil uang juga alias ngantri) bikin saya merasa butuh banget keberadaan hand santizer. Abis ngambil uang atau setor tunai, bersihin dulu tangahn pake HS sebelum cuci dengan sabun dan air  yang mengalir di rumah.


Untuk menjaga kesehatan saya selalu ngusahain minum air yang cukup. Kadang males tapi alarm tubuh suka ngingetin saya kalu butuh. Kulit kering, gampang ngantuk dan ga fokus adalah tanda otak butuh oksigen hihihi....


2. Mengatur Waktu dan Membuat Skala Prioritas

Tadi saya udah bilang kalau selama PPKM ini intesitas kesibukan di rumah terutama di depan laptop atau gadget jadi nambah.  Biar ga berantakan, saya suka bikin to do list apa yang mau dikerjakan besok. S elesai satu pekerjaan saya centangin tuh mana yang udah. Mana yang masih menggantung. Beberapa  to do list  juga saya tandain yang perlu diprioritasin. 

(foto to do list)

Jangan sampai pas mau boci, alias bobo ciang istirahatin mata dan otak tiba-tiba ada chat masuk nanyain progres. Seketika mood  bobo cantik jadi ambyar hahaha... Apalagi kalau malamnya kurang tidur. ya, kan? 


3. Me Time

Refreshing selama pandemi gini masih bisa kita lakukan walau ga bisa ke mana-mana.  Di rumah aja bisa dibikin tetep asik. Misalnya saja nonton film atau serial di aplikasi,  baca novel, atau jajan makanan favorit lewat kurir  di sela-sela aktivitas.  

Ga usah tiap hari sih ya karena bisa bikin boncos. Di sisi lain Me time macam jajan gitu juga bisa ngasih faedah sama pejuang maisah alias mencari ladang rezeki baik yang jualan maupun drivernya yang nganterin. Dengan begitu, kita bisa membantu mengurangi beban yangdirasakan oleh orang lain selama PPKM ini.

Me time buat saya bukan buat buang-buang waku tapi buat rehat. Setelah itu otak kita kembali segar dan siap menyelesaikan PR atau berkarya kembali. Me time juga bentuk self love agar selama pandemi ini mood kita tetap terjaga.


Share:

Thursday, 8 July 2021

Pengalaman Staycation Sendirian di Hotel Crowne Plaza Bandung

Me time. 
Cuma dua kata aja. Sederhana kedengarannya,  tapi mewah. Mewah karena ga setiap waktu atau setiap orang bisa mendapatkannya. Mungkin ada yang udah lama dan kangen dengan kata ini. Gimana dengan kalian, guys?
 
Beberapa waktu ini sebelum pandemi, solo travelling jadi pilihan favorit untuk me time. Menghabiskan waktu, ngecharge soul biar semangat lagi sebelum kembali dengan aktivitas sehari-hari. 


Ngomong-ngomong soal aktivitas kerjaan, berasa ga sih di masa sekarang kita malah jadi ekstra sibuk?

Kayak gini nih. Yang kerja kantoran, walau jadi selang-seling WFO (work from office) dan WFH (work from home) gantian tapi waktu kita jadi lebih padet. Dulu yang namanya jam kerja itu ya udah hari kerja aja. Senin sampai jumat. Jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Atau kalau harus masuk sabtu, ya setengah hari aja. Paling lama sampai jam 1 siang.

Sekarang gimana?
Berasa kayak jam atau kalender ga? 24/7. Dua puluh empat jam, seminggu penuh. Baru aja nyalain aplikasi nonton, udah dichat ditanyain progres kerjaan. Baru bangun pagi, dan mau sarapan eh tiba-tiba disuruh kirim laporan. Lagi di rumah, pas ngantuk-ngantuknya dan pengen bobo siang (((bobo siang))) tiba-tiba harus meeting online.

Ya ga salah sih ya meeting online, hari kerja jam kerja kan. hahaha... Tapi di saat seperti ini, rumah berasa jadi kantor kedua. Siapa coba yang ga kangen me time, bebas dari recokan kerjaan?



Eh tapi jangan mengeluh.

Apalagi hati yang riang dan pikiran yang happy adalah booster imun. Alhamdulillah kita masih punya kesibukan. Ga sedikit yang bingung nyari kerjaan.

Melipir ke hotel nginep bareng teman atau keluarga adalah hal yang biasa di masa sebelum pandemi. Sayang ya, lagi pandemi gini. Ga berani ah ke luar kota.
 
Gimana kalau  staycation sendirian? Berani ga?

Itu yang saya lakukan beberapa waktu lalu. Nginep di Crowne Plaza Bandung. Muahahaha uji nyali dong?

Nggak juga. Sama aja sih kayak di rumah udah biasa tidur sendiri. Malah di rumah dah biasa tidur matiin lampu.  Hemat listrik dan ngecharge hormon melatonin hehehe

Warmlu Welcome

Sebenernya ini bukan kali pertama nginep sendirian di hotel. Yang pertama waktu ke Cirebon, menghadiri nikahan adiknya temen di Kota Udang itu. Lalu yang terakhir kalinya adalah yang di sini.  

Ga takut?
Enggak, malah tidurnya pules banget. Waktu itu rencana mau bangun tengah malam buat nonton pertandingan Euro malah blas, batal karena tidurnya lelaaap banget hahaha.


Saya check in ke hotel mewah di Bandung ini pada hari kamis, tanggal 9 Juni 2021 jam 2 siang.   Pas dateng, saya tinggal ngambil kunci kamar aja karena udah booking duluan. Oh iya sebelumnya di pintu masuk, setiap tamu wajib cek suhu dan mencuci tangan dengan menggunakan hand sanitizer yang tersedia. Begitu masuk ke lobi menuju area front office, tersedia dispenser hand sanitizer yang posisinya bersisian dengan tepian meja front office. 

Jaminan standard CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, dan Environment) yang dikeluarkan oleh Kemenparekraf dan IHG® Clean promise ini bikin kita sebagai tamu merasa aman dan nyaman. o ya hand sanitizer ini gampang di temukan di setiap sudut sudut hotel.

Urusan jaminan hotel yang bersih di saat pandemi ini memang jadi pertimbangan utama saat kita memutuskan untuk menginap atau staycation.


Kamar saya ada di lantai 9, jendelanya langsung menhadap ke jalan dan kalau malam hari bisa lihat city light Bandung di pusat kota.By the way,  ada kejadian lucu pas menuju kamar saya ini. Di awal  kedatangan, mata saya memindai ((tsaaah) panah penunjuk kamar yang ada di lorong.  Yang pertama inisih  aman.

Berikutnya pas sore hari, perut saya keroncongan, konser dia. Minta diisi. Saya pesen Go Food. Waktu udah sampai babang gojeknya, Saua ngambil sendiri pesanan saya ke depan lobby. 

Tau, ga? Pas balik ke kamar saya linglung, nyasar ke lorong lainnya. Masih di lantai yang sama padahal. Padahalnya lagi ada panah penunjuk menuju kamar yang udah tersedia. Gini deh, kalau siwer.  



Space kamarnya ini enakeun. Luas. Kalau bawa keluarga apalagi bocah bisa maen salto dan kop roll di sini.  Eh tapi jangan  ding :) Spacenya luas banget sih. Bahkan kalau mau salat berjamaah ga usah geser-geser barang atau gantian. Bisa deh bikin 2-3 row kayaknya.   Di hotel ini tersedia kamar yang smoking dan non smoking. Saya milih pilih kamar yang non smoking dong.

Tips:
Kalau mau solat di kamar hotel, coba tengok sudut-sudut kamar atau eternit alias langit-langit. Nah ada arahnya di situ yang tersedia.   Tips ini berguna buat orang yang buta arah mata angin kayak saya. Mau cek di HP kan ga semua orang instal aplikasi arah angin gitu, ya?  



Ada yang menarik pas dateng ke kamar. Begitu buka pintu, tatapan mata saya langsung tertuju ke meja kecil di sudut kamar.  Ada welcome fruit yang sudah tersaji. Di dalamnya berisi pisang, apel dan jeruk,yang diwrap di piring. Pas bener saya belum makan  dan di hari itu belum makan buah-buahan.

Ga lama kemudian ada panggilan masuk ke telpon yang ada di kamar. Eh ada apaan? 

Ternyata ini adalah konfirmasi dari tim hotel untuk memastikan saya baik-baik saja  eh  udah nyaman dan fasilitas lengkap.  So sweet ya. Perhatian banget  hehehe

Sebelum  dapat telpon hari itu, saya menemukan kartu ini di terletak di atas kasur. Abis ngecek sudut-sdut kamar semuanya aman, persis kayak dijanjiin di kartunya. kamar saya udah bersih dan nyaman. Clean means clean.


Sambil selonjoran sore hari dan  menatap jalanan kota Bandung dari kaca jendela kamar saya ngemilin buahnya. Mobil-mobil yang jalan di bawah sana tampak kecil, kayak mainan.  


Fasilitas di Dalam Kamar 
Mewah. Berasa jadi selebritis aja nginep di hotel bintang 5 di Bandung yang satu ini. Ada pilihan mandi pake shower atau bathub untuk kamar mandinya. Nah bathubnya ini dibatasi dengan jendela. Jadi keliatan banget suasana di kamar dari kamar mandi ini. Kesannya lucu tapi mewah.



Tapi jangan khawatir, ya. Ada tirai yang bisa dikerek naik turun buat menutupi kamar. Ritual me time mandi sambil main-main busa tetep aman, kok. Kalau betah rendaman misal bawa sabun mandi aroma terapi bisa tuh sambil bawa buku buat baca-baca.



Lah nanti keriputan dong kalau keasikan berendam? Hahaha....  Untuk amenitiesnya lengkap banget.  Kabar bagus kalau kita lupa ga bawa perlengkapan mandi dari rumah. Atau kayak saya yang males berat-beratin ransel/koper pas travel. Suka ngandelin fasilitas kamar hotel ini. Lihat kemasannya juga lucu banget.  


Selain welcome fruit tadi, setiap kamar di Crowne Plaza ini kasih fasilitas berikut untuk semua tamunya:

  • AC
  • Mini Bar
  • Televisi
  • Wifi berkecepatan tinggi
  • seperangkat setrikaan lengkap dengan mejanya
  • brankas
  • sepasang sendal kamar
  • sepasang kimono 
  • hair dryer

Semua fasilitas kamarnya bisa saya nikmatin, kecuali kimononya. Bukan apa-apa, ukuran badan saya yang imut ini  jadi full cover kalau s aya pake. Gini deh kalau punya kaki kurang panjang hahaha

Selain itu,  hotel ini sudah  difable friendly dan free parkir untuk tamu.  Staycation lama di sini ga usah khawatir mikiin tagihan parkir yang bisa membengkak. Asik, kan? Tinggal tunjukin deh bukti menginap kita dan minta dicap. Jadi pas keluar masuk hotel (let's say perlu ke luar sebentar) kita ga akan dikenai biaya parkir.


Gagal Begadang

Semalaman nginep saya ga kemana-mana kecuali buat lihat fasilitas kolam renang di Mountain View dan turun ke lobi  buat ngambil pesanan makanan dari layanan antar.  Waktu saya dateng ke sini udah sore banget dan hampir magrib. Sebentar lagi areanya mau tutup.  Saya bilang sama mbak yang tugas jaga cuma mau lihat-lihat dan foto sebentar.

Beberapa waktu lalu saya pernah juga maen ke Mountain View ini. Selain berenang di waktu pagi atau sore, di sini suka digelar event Sunday Brunch juga, lho. 


Kalau pandemi kelar, dan kalian lagi di Bandung mesti coba maen ke sini lho, ya.   Sementara untuk foto-foto waktu paling asik ya pagi atau sore. Terserah kalian tim sunset atau sunris, venue dengan latar belakang Bandung dan gedung-gedung yang mau nyakarin langit ini bikin pemandangan indah.


Di Mountain View ini ada dua kolam yang tersedia. Satu untuk yang dewasa, dan satu lagi yang mungil buat yang punya bocil.  Bisa betah tuh maen air di sana. Saya aja yang cuman mampir rasanya pengen lama-lama kalau ga inget waktu.  Ya udah balik lagi ke kamar buat salat magrib dan lanjut istirahat.



Selebihnya asik aja menikmati waktu nunggu ngantuk. Internetannya kenceng, cocok buat yang mau nonton film di aplikasi tapi gangguan buffering.  


Malam itu rencananya mau nonton salah satu partai Euro yang tayang malam ini. Dini hari sih tepatnya. Tapi saya bablas, batal nonton. Kamarnya betahin, nyaman.  Yaudah gapapa, nonton high lightnya aja nanti dari hp hahaha



Sarapan Di  The Mozaic Ala Social Distancing

Sekitar jam pagi saya turun ke resto The Mozaic yang letaknya di lantai 1, satu area sama loby. 


Siang bener sarapannya?

Anu.... itu karena abis solat subuh saya malah tarik selimut lagi hahaha 
Ya, kan nginep sendirian. Ga da temen ngobrol (kaciaaan deh). Mau cuci piring atau beres-beres, eh iya kan lagi nginep di hotel :) Makanya balik lagi leyeh-leyehan di kamar.

Jam 7an saya baru mandi dan beres-beres. Makanya jam segitu baru turun. Waktu saya dateng suasana restonya ga rame. Selain karena saya emang dateng agak telat, ya ditambah lagi udah berlaku pembatasan jumlah pengunjung. 

Di satu sisi saya merasa aman karena lebih leluasa buat menjaga jarak. Sementara di sisi lain saya merasa kehilangan suasana ramai di jam-jam sarapan di hotel. Antri makanan di stand-stand tertentu jadi yang saya kangenin. 

Semua menu di sini bebas kita pilih. Yang mana aja, selama perut kita muat. Tapi jangan kalap juga, apalagi sampai nyisa. Duh saya suka sedih kalau lihat makanan nyisa. 

Tip dari saya kalau sarapan di hotel, coba keliling dulu lihat-lihat menu yang tersaji. Pilih deh menu yang kita udah kangen dan lama ga nyicipin. Yang masih baru-baru kita makan beberapa hari sebelumnya diskip aja.  Lalu jangan lupa juga ngambil secukupnya. Jangan sampai ini pengen, itu mau. Pas lihat di meja sendiri malah bingung mau ngabisin.


Berbeda dari biasanya, kalau dulu kita bisa ngambil sendiri menu di resto, kali ini kita bakal diambilin sama petugas yang jagain standnya. Misal mau ambil jus, bilang deh mau jus jeruk, jus jambu atau mau kopi. Petugas yang stand by bakal dengan senang hati melayani kita.

Biasanya stand yang rame dan antriannya agak panjang adalah stand omelet,  Ga tau kenapa juga waktu itu saya skip ngambil salad, menu sarapan wajib kalau nginep di hotel. Langsung aja saya pesen sosis dan omelet plus beberapa menu lain. Dan emang ga heran kalau omelet yang dibuatin itu enaaaak. Apalagi di hotel. Bikin sendiri di rumah rasanya kok beda, ya? Hihihi

Jadi gimana berani ga nginep lagi sendirian di hotel?
Insya Allah, aman kok. Pengalaman saya ga ada apa-apa. Jangan lupa buat yang muslim buat salat dulu atau berdoa sebelum tidur.  Biasanya ketakutan waktu sendiri itu muncul karena kita sendiri yang menciptakan. Nyenggol dikit barang ada yang jatuh jadi kaget sendiri. Nutup pintu agak keras, kaget. Padahal kitanya pake tenaga dalam, bukan tenaga luar hahaha

Kejadian juga pas lagi nginep kedengaran suara "BRAK!" agak keras. Eh apaan? Masa sore-sore udah 'rame'?  

Ternyata pas buka pintu, ada tamu yang nutup pintu agak keras. Jadi yang kaget sebenarnya bukan yang nutup tapi tetangga sebelahnya yang kaget. Hahaha....  Tuh kan, gapapa, kok

Enak lho nginep sendirian. Mau mandi lama-lama di kamar mandi ga da yang gedor-hedor nunggu antrian. Tapi ga enaknya pas nyetrika itu, agak drama. Saya juga agak repot pas mau negakin rangka meja setrikannya. Akhirnya saya akalin tuh mejanya saya letakan dulu di lantai, terus pengaitnya saya pasang dulu di tempatnya yang pas. baru bisa tegak dengan sempurna. Sebelumnya  gagal lagi gagal lagi. Bisa diketawain kalian kalau bareng di sana.

Baju, hijab atau pakaian lainnya yang kusut bisa rapi lagi, Mau makan pagi di hotel, tetep pede. Pulang juga tetep tampil stand out, tetep rapi.



Hotel Crowne Plaza Bandung (*****)
Jalan Lembong No. 19, Braga, Kecamatan Sumur Bandung - 
Bandung 40111
Telp: 30002500
Instagram: @crowneplazabandung



Share: