Beberapa waktu lalu saya dibuat kesal karena serbuan rayap yang membuat koleksi buku kesayangan saya rusak parah. Saya segera mengamankan buku-buku yang bisa diselamatkan dan terpaksa membuang buku yang sudah rusak dilahap rayap. Setelah lemari bukunya dibersihkan, saya simpan kembali buku-bukunya ke tempat yang sama.
Ternyata, selang beberapa bulan kemudian rayap-rayap kembali berpesta pora melahap koleksi buku saya. Sebel, sedih dan lelah saya dibuatnya. Akhirnya saya memutuskan untuk menunda dulu untuk merealisasikan perpustakaan di masa yang akan datang. Sebagian buku-buku yang masih aman dan layak saya jualin alias pre loved di market place. Laris! Muehehehe Ya daripada dimakan rayap. ya, kan?
Di kemudian hari akhirnya saya belajar satu hal. Buku yang saya lepas malah jadi manfaat bagi orang lain. Pernah tuh saya beli novel yang ngehits, langsung tamat dalam seminggu. Karena masih trauma sama yang namanya invasi rayap, buku yang sudah dibaca itu saya lepas di grup kolektor buku-buku second. Seperti yang bisa ditebak,bukunya langsung disamber. Yeay!
Preloved buku, atau jual koleksi barang-barang bekas yang masih layak pakai (termasuk baju) mungkin bukan hal yang baru di luar negeri. Mungkin bukan hal yang baru buat orang-orang bule sana. Mereka udah biasa, tuh. Sementara di sini masih banyak yang menganggap, baju second? Apaan? Jijik. Iya baju second gimana dulu atuh. Banyak kok yang masih kelihatan bagus. Toh orang juga ga akan nanya, kamu pake baju bekas siapa? Namun makin ke sini, antusias sama preloved things makin positif, tuh. Apalagi kalau kita bisa mendapatkan barang yang masih branded. Second memang, tapi masih sangat worth it.
Pekan lalu saya ikutan event bersaling silang yang diselenggarakan di di CO&CO HUB, Bandung. Konsep utama eventnya nya adalah pasar barang bekas layak pakai, gratis! Cara mendapatkannya dengan token sebagai alat tuka untuk mendapatkannya.
Ternyata tidak mudah untuk langsung mendapatkan akses ke acara ini karena sistemnya harus war-waran. Ga kalah heboh nih sama war-waran tiket konser hehehe. Bisa bayangin ga? Kalau yang punya akses ke event ini ada 700 orang, ada berapa tuh yang tersisih ga dapat tiket masuk?
FYI, event yang diselenggarakan untuk keenamkalinya ini pun bukan cuma menggelar pasar barang beas tapi juga ada aktivitas lainnya yang ga kalah serunya.
Free Market
Sesi yang jadi acara utama bertujuan ngajak pengunjung untuk menormalisasi dan memperpanjang manfaat barang bekas agar tercipta sharing economy. Pake barang used ga bikin kita jadi hina dina kok. Lagi pula barang-barang yang akan ditukar di sesi ini harus melalui kurasi dulu oleh panitia sebelum dipajang untuk ditukar dengan peserta lain.
Flownya seperti ini. Saya membawa 5 pakai bekas dan 3 buku bekas. Selain produk fesyen dan buku seperti yang saya ambil, ada kategori lainnya yang bisa dibawa untuk ditukar di sana. Misalnya saja peralatan Ibu dan anak, mainan, gadget dan elektronik kecil, produk kecantikan, hingga furniture & home decor. Wow bayangin aja barang-barang yang rasanya menuhin rumah tapi kita bingung mau dikemanain malah bisa jadi solusi dengan ada event ini tanpa membuat kita merasa bersalah karena asal buang.
Sampai di sana saya, nyetorin barang bawaan saya untuk dicek panitia. Waktu itu cuma 1 buku aja yang ga lolos dan masuk kategori donasi. Dari panitia saya dapat nomer peserta dan 7 tutup botol (sesuai dengan jumlah baju dan barang lainnya yang lolos kurasi) . Nantinya 7 tutup botol ini jadi token yang bisa saya pakai di sesi ngambil barang.
Pada jam yang sudah ditentukan, saya masuk ke area bersama 19 peserta lainnya untuk mengambil barang lainnya yang sudah dipajang.. Saya bersama 19 peserta lainnya dapat waktu selama 20 menit untuk memutuskan mana barang yang akan diadopsi. Di sini mind full kita diuji karena ternyata banyak barang lucu yang pengen saya adopsi. begitu terus pengaturan waktunya untuk 20 peserta berikutnya.
Dengan 7 tutup botol dan waktu yang terbatas membuat peserta jadi ga kalap atau rebutan sama peserta lainnya. Akhirnya saya dapat 1 celana jeans, 2 kemeja, 1 gaun anak dan sepasang sepatu anak (yang ini saya ambil karena lucu dan inget sama ponakan di rumah). Kalau misal kita tidak akan menggunakan semua alat tukar tutup botol tadi, it's ok. Kayak saya, yang total brangnya cuma ngambil 6 pcs saja dan menyisakan 1 tutup botol. Semua tutup botol ini saya kembalikan ke panitia sambil menunjukkan barang apa saja yang diambil.
Ngomongin soal pasar barang bekas seperti ini jadi memperpanjang manfaat barang juga menciptakan yang namanya sharing economy. Selain itu cara ini jadi bisa memangkas jumlah sampah fesyen yang butuh waktu lama untuk didaur ulang. Tau, ga? setiap tahunnya, Industri fesyen menyumbang 92 juta ton limbah pakaian di Tempat Pembuangan Akhir (Global Fashion Agenda 2023). Banyak banget itu.
Sementara itu, dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (SIPSN KLHK) pada tahun 2023, terkumpul data Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah tekstil. Jumlah ini setara dengan 12 persen limbah rumah tangga nasional. Ga sedikit lho ini.
Makanya cara memperpanjang usia pemakaian pakaian second ini jadi salah satu kontribusi yang mudah dan menyenangkan untuk meringankan bumi mengelola limbah agar lebih mudah diproses. Pada sebuah kelas tadabbur Quran yang saya ikuti, saya juga dapat insight kalau di hari akhirat nanti bumi juga akan bersaksi apa saja yang sudah kita lakukan terhadap alam. Serem kan ya kalau di akhirat nanti kita dituntut sama alam.
Recycle
Pada bagian ini panitia menggelar agenda. Pertama campaign mengajak peserta dengan tagar #PakaiSampaiHabis produk kecantikan & daur ulang empties lewat dropbox yang disediakan @banksampahbersinar.id. Selain itu panitia juga bekerja sama dengan @noovoleumid, yang memungkinkan peserta menukar jelantah jadi rupiah senilai Rp6.000/liter.
Ngomong-ngomong udah tau kan jelantah ini bisa diolah jadi sumber energi biodiesel? Kalau di rumah kalian ada sisa jelantah yang ga tau mau diapain, jangan dibuang, ya. Saat ini sudah banyak pengepul yang menampung limbah-limbah jelantah dan dinilai dengan sejumlah uang yang dibayar. Jangan buang ke wastafel karena bisa bikin saluran air jadi mampet. Malah jadi nambah biaya lagi buat mengatasinya di kemudian hari.
Ada juga kerja sama dengan KANGASOI, pengelola sampah. Di sini peserta yang datang bisa bisa membawa dan memilah sampah anorganik yang dimiliki. Sampah anorganik yang bisa diterima misalnya botol bekas minuman, kertas dan sejenisnys.
Repair
Panitia juga memfasilitasi pengunjung untuk memperbaiki pakaian yang masih layang pakai tapi ada kerusakan di bagian tertentu seperti kancing lepas atau risleting rusak.
Cuma dengan bayar Rp. 10.000 saja, baju rusak yang diperbaiki oleh penjahit dari @toko_jahitku kembali bisa dipake.
REFILL
Untuk campaign ini panitia mengajak peserta membawa botol minum dan mengisi ulang di sini secara gratis di tempat yang sudah disediakan oleh @mountoya_id.
SUSTAINABLE MARKET
Selain pasar tukar barang atau menyetorkan sampah-sampah seperti yang saya ceritain di atas, ada juga stand yang menggelar produknya di sini. Tentunya produk-produk mereka juga mendukung gaya hidup berkelanjutan. Teman-teman bisa cek akun mereka di instagram seperti @kamisenitani, @bumijo.id, @botanina_id, @tufine.id, @twinke.well, dan Sanga Sanga @kutuskutusofficial.
Ada pengalaman seru nih waktu saya mampir ke stand Kamisenitani. Mereka punya konsep unik untuk mengenalkan bagaimana menghargai makanan yang prosesnya perlu waktu. Teteh yang jaganya cerita pengalamannya yang sedih ketika anaknya menolak makan masakan karena diambil dari kebun.Kok dari tanah? Gitu katanya. Anaknya ini maunya beli di swalayan baru mau makan. Huaaa, ga gitu nak.Sama aja. Cuma beda kemasan sama cara belinya.
Sambil ngobrol saya, Erry dan Nchie dikasih oleh-oleh produk alam di goodie bag yang berisi wortel, tomat, dan buah bit. Ketiga bahan ini udah siap dipakai jadi smoothies. Wih kesuakaan saya ini mah. Tinggal tambahin aja yoghurt biar enak, kata tetehnya. Ah, siaaap. Besoknya saya langsung praktikin bikin smoothiesnya. Yummy.
Sebelum acara utama (free market) di mulai, panitia menggelar talk show seputar seputar sustainable journey dan penerapannya. Di hari pertama ada nara sumuber Puspita Kemalasari Ahmadi (Officer Loyalty Program PT Pertamina Patra Niaga) yang membahas ‘Inisiatif Hijau Pertamina untuk Indonesia’ lalu ada sesi berikutnya ada oleh Siska Nirmala (Founder @tokonolsampah) dan Febriyanti SR (Founder @banksampahbersinar) membahas ‘Jalani Sustainable Living di Bandung’ yang bererita pengalaman mereka seputar kegiatannya.
Menurut founder LWL, Cynthia S lestari acara timnya ingin memperluas dampak kegiatan ini dengan mengajak Warga Bandunguntuk normalisasi & perpanjang manfaat barang bekas sambil mengenalkan peserta tentang konsep decluttering. Tiga values yang selalu dibawanya di acaraSSFM adalah clutter-free, sharing economy, dan sustainability.
Masih menurut Cynthia, nih lewat SSFM, mereka ingin banyak orang bangga #GapapaPakaiBekas. Bukan hanya memakai barang bekas, tetapi juga meminimalisir sampah yang berujung ke TPA dengan bijak berkonsumsi dan tidak menjadikan donasi sebagai kambing hitam over consumption. Karena donasi yang tidak tepat sasaran malah akan jadi masalah baru.
"Kita ingin menciptakan Generasi #SalingSilang jadi konsumen yang lebih berdaya dan bertanggung jawab,” jelasnya.
Selama di acara ini semua peserta dapat semacam passport yang berisi aktivitas selama di acara. Setiap selesai menyelesaikan tantangan, panitia akan memberikan stamp pada Sustainable Journey Passport.
Satu stamp ini setara dengan saldo MyPertamina sebesar Rp.25.000. Kalau berhasil menyelesaikan semuanya bisa dapat total saldo Rp.150.000. Mayan banget tuh buat isi BBM di SPBU Pertamina. ya, kan?
Dan karena konsep acaranya memang mendukung keberlanjutan alam, kertas-kertas passport tadi setelah selesai challenge dikembalikan ke panitia untuk didaur ulang oleh @rubahkertas. Kereeen pisan.
Untuk aktivitas lainnya dari Life With Less, kalian bisa mengunjungi websitenya di www.lyfewithless.com. Bisa juga simak podcastnya Lyfe With Less. Jangan lupa, follow akun media soailanya di Instagram @lyfewithless, Facebook Page Lyfe With Less, dan Telegram LyfeWithLess di https://t.me/lyfewithless.
Sampai ketemu di event Bersaling silang volume berikutnya.