Bagi orang-orang Bandung, lalu lintas yang macet di hari-hari libur akhir pekan apa lagi long weekend kemarin adalah hal yang biasa. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah saja daripada terjebak kemacetan yang mengular. Kalau pun mau keluar rumah buat sekedar nongkrong cantik, mendingan cari lokasi tidak lebih dari 2 km atau bisa ditempuh dengan jalan kaki. Sekalian olahraga.
Sementara itu untuk para freelancer seperti saya, mau libur panjang atau tidak, angka merah di kalender bukan yang istimewa.
Malah rasanya angka merah itu cuma pemanis (((pemanis))) visual aja. Jadi pas ada seruan "horeee libur!" Rasanya aneh. Karena setiap hari nyaris ga ada bedanya buat saya. Percaya lah tanggal merah versi saya lebih banyak daripada yang tertera di kalender hehe
Memang, ada plus minusnya jadi freelancer. Saat orang-orang santai misal di malam hari pas waktunya istirahat, saya malah berpacu dengan waktu mengejar deadline. Entahlah kenapa terkadang Mas Ide ini suka datangnya di last minute.
Suka Duka Jadi Freelancer: Antara Fleksibilitas dan Deadline yang Mengejar
Banyak suka duka yang saya alami sebagai freelancer. Kalau ditanya mana yang lebih banyak, tentu saja lebih banyak sukanya. Sebagai freelancer, saya punya fleksibilitas dalam segi waktu. Apalagi kalau bosan dengan rutinitas 9 to 5, berseragam harus diam lama di ruangan. Duh jenuh banget. Sementara kalau jadi freelancer pekerjaan bisa dilakukan di mana saja. Di rumah sambil selonjoran, ngopi di kafe, atau sambil pegang gawai sambil ngantri di obat buat ngambilin obat anggota keluarga yang sakit misalnya.
Ga akan ada yang ngomelin jam 9 kita baru beres mandi, atau jam 2 siang udah kelar dan lanjut hiburan tipis-tipis nonton film dulu di aplikasi nonton.
Oh iya satu lagi, kita bisa meminimalkan keruwetan di kantor yang suka bisik-bisik tetangga. Sound familiar ya? Iya seperti lagu dandgut.
Tapi di sisi lain, ada kalanya kejar-kejaran sama deadline yang kadang membuat waktu tidur jadi berkurang. Still, masih banyak enaknya. Bisa sambil maskeran atau kostum rumahan versi ternyamannya saya.
Kalau soal persaingan, baik dunia kantor atau dunia freelance akan selalu ada aroma seperti itu. Tinggal bagaimana strategi kita mencari proyekan yang nyaman dan halal pastinya.
Toh kita udah punya rekam jejak alias portofolio sebagai tools untuk menggaet klien baru. Betul? Lagi pula yang sudah tertakar tidak akan tertukar. Saya percaya, jodoh dan rezeki itu udah diatur tapi tetep harus diusahakan :D Halah kok jadi bahas jodoh ya? hahaha
Tips Produktif untuk Freelancer Lancar di Tengah Deadline
Saat harus begadang sampai jam 11-12 malam masih bisa dijalani. Tapi kalau harus stay melek lewat jam 1 pagi saya suka dibikin kliyengan pas bangun pagi besoknya. Yang ada besoknya malah jadi ga produktif karena dilanjutkan dengan balas dendam dengan tidur siang.
Padahal secara medis, kualitas tidur siang masih kalah jauh dengan kualitas tidur malam. Jadi, memang bener seperti dibilang Bang Rhoma Irama :
"begadang boleh saja kalau ada artinya'
Menjadi freelancer memang menawarkan fleksibilitas waktu dan tempat kerja. Tapi bukan berarti kita bisa ugal-ugalan mengatur waktu. Karenanya, agar tetap produktif, kita perlu membuat jadwal kerja yang teratur dan pastinya komitmen buat menjalani. Memang cuma relationship aja yang harus komitmen? Tentu tidak. Tandai di kalender atau planner agar tidak lupa agenda yang harus dituntaskan.
Prioritaskan tugas yang paling urgent atau yang deadline-nya paling dekat. Jangan ragu mengerjakan tugas yang lebih ringan lebih dulu, biar moodnya tetap terjaga.
Manfaatkan deh waktu produktif dengan sebaik-baiknya. Kalau dirasa paling ready dan terinspirasi setelah jam 10 pagi, so patuhi jam biologis versi kita ini. Mungkin di minggu depan kita akan siap di jam yang berbeda karena satu dan lain hal, setidaknya kita sudah tahu seperti apa pola kesibukan kita dalam seminggu ke depan. Di sini kita harus komitmen dengan rencana yang sudah diset.
Hindari juga distraksi yang bisa mengganggu konsentrasi. Kalau ini kita pasti pada setuju, godaan terbesarnya datang dari notifikasi sosial media. Sekalinya buka notif bisa lanjut like, komen, share dan bonus scroll-scroll.Ada yang merasa relate? :)
Menyiapkan Snack Sehat
Selain memastikan untuk ga lupa makan, menyediakan selalu makanan ringan tidak kalah penting. Sebagai seorang freelancer, snack atau cemilan adalah sahabat setia yang menemani sepanjang hari kerja. Bayangin, di saat ide-ide udah mengalir deras atau deadline sudah di depan mata, tiba-tiba keroncongan tapi lupa belum masak nasi. Bisa buyar tuh ide.
Snack bukan cuma soal pertolongan pertama pada kelaparan, tapi juga membantu untuk bisa konsentrasi dan mendapatkan inspirasi. Prinsip saya, untuk pilihannya harus memenuhi kriteria halal, sehat, murah eh tapi bikin kenyang.
Kabar bagusnya saya nemu snack yang murah, cuma 2.000an saja harganya. FOCA Sachima ini sudah memenuhi kriteria yang saya bilang di atas.
Sachima: Cemilan Praktis untuk Segala Suasana
Kesan pertama waktu lihat packagingnya agak surprise juga. Beneran ini 2.000an? Murah banget. Bakalan zonk ga, ya? Ternyata waktu mencicipinya, teksturnya terasa lembut, tapi juga tidak lembek. Seperti kombinasi antara roti dan bolu yang unik. Begitu juga dengan manisnya. Pas. Dengan kemasan praktisnya saya bisa menikmatinya di mana saja dan kapan saja.
Jangan terkecoh dengan ukurannya yang imut. FOCA Sachima cukup buat mengenyangkan dan bisa jadi pengganjal lapar atau pengganti sarapan pagi. Sachima juga bisa jadi pelengkap untuk teman ngopi, ngeteh, atau menyesap nikmatnya seduhan coklat. Apalagi saat ini cuacanya bikin lapar dan bawaannya pengen ngemil terus.
Berasal dari China
FOCA Sachima memang baru diluncurkan di akhir tahun 2024, tapi siapa sangka sih kalau Sachima merupakan makanan tradisional khas dari China yang sudah ada sejak masa dinasti Yuan dan Ming? Bayangin aja, dinasti Yuan berkuasa di China mulai tahun 1271. Itu artinya, sudah ada selama ratusan tahun. Sungkem dulu sana sama Sachima :).Dulunya makanan ini disajikan sebagai sajian ritual masyarakat China, tapi kemudian kehadiran Sachima bukan hanya dikenal di kawasan China. Makanan ringan ini pun menyebar ke wilayah Asia lainnya, termasuk Timur Tengah.
Seiring perjalanan waktu, Sachima mengalami modifikasi sesuai dengan kearifan lokal masing-masing daerah. Walau begitu, ada satu hal yang tetap menjadi ciri khasnya, yaitu bahan pembuatannya yang terdiri dari tepung terigu, gula, dan madu atau sirup maltose. Tekstur uniknya terlihat seperti butir beras yang direkatkan dengan sirup sesuai varian rasanya.
![]() |
varian kismisnya ini hmmm, paling menggoda buat saya |
FOCA Sachima hadir dalam 5 varian rasa yang menggugah selera, yaitu original, kismis, karamel, stroberi dan cokelat. Kalau soal rasa, saya paling suka sama kismis dan karamel. Toping biji labu pada varian kismis memberi sensasi tersendiri. Sementara untuk varian karamel sepertinya enak banget dipasangin sama kopi susu. Yummy!
Sebagai produk yang baru diluncurkan, FOCA Sachima sudah dilengkapi sertifikasi BPOM dan halal MUI. Kalau kita cek deretan angka di pojok kiri bawah, akan terlihat kodenya seperti ini.
![]() |
kode halal pada kemsaan Sachima |
![]() |
hasil pencarian status halal varian karamel Sachima |
![]() |
keterangan tanggal kadaluarsa pada kemasan |
Teman-teman yang kesibukannya menjadi freelancer, jangan lupa untuk masukan FOCA Sachima ini dalam list belanjaan cemilannya, ya. Makanan ringan dan sehat ini pun sudah bisa didapatkan di warung atau toko terdekat atau bisa pesan juga via https://shopee.co.id/aisafood.
Boleh juga nih dijadikan alternatif ngemil sehat saat sedang hectic dengan deadline tulisan yaaa... Baca asal-usul sachima terkesima juga nih, ternyata penganan udah sejak jaman dahulu. Waahh berasa ikut mengalami dinasti2 Tiongkok era baheula nih. ;)
ReplyDeletemenarik banget ya foca sachima ini, terlihat enak dan cukup mengenyangkan kalau di jadikan cemilan sambil bekerja, tapi kadar gulanya pas kan ya mba, karena saya kurang begitu suka manis
ReplyDeleteWaktu produktif saya untuk menulis biasaya setelag Isya. Suka lapar juga, tapi agak malas makan malam. Kayaknya enak nih kalau ngemil FOCA Sachima aja. Varian rasanya juga banyak.
ReplyDeleteTernyata kita samaan Fii...
ReplyDeleteFOCA Sachima ini juga jadi cemilan praktis yang nemenin saya kalau sedang ngerjain tulisan atau bahan konten lainnya. Rasanya enak, teksturnya lembut, dan gak terlalu manis, cocok juga untuk nahan lapar.
Ide stok camilan yang kudu dicoba ini, jadi nggak ceritanya nggak ada gangguan konsentrasi karena dikejar DL oleh perut bunyi-bunyi nahan laper.
ReplyDeletePenasaran ingin nyicip rasa Foca Sachima ini.
Toss.. Sama kita mak. Aku suka banget nyetok camilan. Biasa kalau sudah ngejar DL perut sama mulut ikutan panik hahaha. Wajib juga nih nyobain Foca Sachina ini untuk stok camilan nanti.
ReplyDeleteNamanya unik. Ternyata harganya murah dan sehat, ya. Layak buat diburu nih buat order yang banyak
ReplyDeleteFreelancer mah mau tanggal merah atau hitam tetep aja kerja ya Teh, hehe. Namun tetep enjoy dan happy, apalagi ditemenin kerjanya dengan FOCA Sachima yang bisa jadi moodbooster mantuls
ReplyDeleteaku belum pernah coba. jadi penasaran sama roti Foca Sachima ini. kalau lihat dari sejarahnya cukup panjang juga perjalanan roti Sachima ini.
ReplyDeleteNgemil sehat dengan citarasa kuat ya dengan Foca Sachima ya...
ReplyDeleteHarus nyetok emang nih untuk persediaan di rumah
Saya yakin yang suka lupa sarapan bisa jadikan roti ini sebagai alternatif ngemil sehat ya
Aku makan sebungkus aja dah berasa kenyang banget lho mbak. Lumayan juga kalau dijadikan bekal ke sekolah yang ga sempet sarapan dari rumah
ReplyDeleteGalfok sama kalendernya yang ucul ituuu. Emang kalau jadi freelancer kudu menentukan target deadline sendiri ya supaya pekerjaan juga lancar dan klien senang.
ReplyDeleteKadang saking semangatnya ngejar detlen eh lupa makan, maka camilan kek Foca Sachima ini bisa banget dijadikan ganjalan perut biar gk gampang kena maag juga.
Pilihan rasa dari FOCA Sachima banyaakk..
ReplyDeleteAku jadi pingin ikutan teteh, ngemils sehat ala ala orang China ((hehhee.. soalnya snacknya asalnya dari China)).