Showing posts with label Kisah. Show all posts
Showing posts with label Kisah. Show all posts

Sunday, 16 June 2024

IPNU IPPNU Kota Bandung Siap Menjadi Penggerak Perubahan dan Berkarya

Hari sabtu, 15 Juni 2024 lalu PC IPNU IPPNU Kota Bandung resmi dilantik. Momen spesial ini menandai dimulainya babak baru bagi para kadernya. 

Dalam sambutannya, Ibram Ibrahim - selaku ketua pelantikan, menyampaikan tema pelantikan yang selaras dengan semangat perubahan dan berkarya.

Tema pelantikan ini diambil dari landasan pemuda-pemudi khusus dari Kota Bandung yang kosong dalam mental health."  - Ibram Ibrahim.

Lebih lanjut lagi ia menjelaskan jika untuk melakukan perubahan, kita harus keluar dari zona nyaman. "Untuk melakukan perubahan, kita harus keluar dari comfort zone. "

Ibram Ibrahim berharap IPNU dan IPPNU Kota Bandung dapat menjadi penggerak perubahan, khususnya di Kota Bandung dan kota lainnya. "IPNU beserta IPPNU kota Bandung semoga bisa menjadi penggerak khususnya di kota Bandung dan kota lainya," harapnya.

Pentingnya adaptasi terhadap perubahan juga jadi poin lain yang ditekankan oleh ketua pelaksana pelantikan ini. "Beradaptasi dari perubahan. Perubahan atau adaptif perubahan itu berperan sangat penting dalam ipnu dan ippnu maka dari itu saya mengambil tema ini agar IPNU dan IPPNU bisa manjadi perubahan yg lebih baik dan berkarya," pesannya.

Pelantikan PC IPNU IPPNU Kota Bandung ini dihadiri oleh berbagai tamu undangan, termasuk para pengurus NU dan IPNU IPPNU dari berbagai daerah. 

Acara pelantikan ini dimeriahkan dengan berbagai penampilan seni dan budaya dari para pelajar NU.



Share:

Tuesday, 31 August 2021

Donor Darah di Masa Pandemi

 Katanya ditolak itu rasanya menyakitkan. Setuju?

Saya pernah ngalamin, nih. Ceritanya suatu waktu saya meliputi sebuah event baksos donor darah yang diselenggarakan oleh sebuah rumah sakit swasta di Bandung. Btw ini kejadiaannya beberapa tahun sebelum pandemi. Kalau ga salah tahun 2018.

Salah satu tim marketingnya nyamperin saya. Terus dia nanya gini:

"Teh, mau donor darah, ga?"

Saya yang pernah baca pra syarat buat donor darah menggeleng, dong. Bukan karena takur jarum suntik, lho, ya. Tapi tau banget bakalan ga qualified.

"Nggak ah, Jay," gitu saya bilang.

"Emang kenapa?"

"Kurang gendut," saya ketawa.

Teman saya yang anak marketing itu ketawa. "Udah cobain aja dulu," katanya.  Yaudah biar dia  (bukan saya  hahaha) ga penasaran, saya iyain aja.

Saya nyamperin petugas di bagian screening yang lagi asntai kayak di pantai dan asik serasa di Tasik (lebay).

"Pak,.." saya nyapa beliau sok misterius.

"Gimana, Teh?"

"Saya mau donor, dong"

"Teteh?"  mukanya kelihatan sangsi.  Tuh, kan udah suspect ga layak ini. Ih emang saya udah siap lahir batin.

"Emang berat badannya ebrapa?"

"45 kg," jawab saya.

"Kayaknya ga bisa sih, Teh. Tapi ya udah kita cek dulu, deh" 

Saya nyebut tensi saya yang cenderung rendah.  Biar valid dan meyakinkan, bapaknya baik mau luangin waktu buat mastin. Ya mungkin aja jarum timbangannya rada ngesot dikit ke kanan gitu, hahaha.  

Tapi ternyata survei membuktikan saya emang ga bisa jadi pendonor. Pengalaman yang kurang lebih sama di tempat lain juga kayak gitu. Nih petugas PMI yang stand by udah punya jam terbang yang tinggi kayaknya. Sekilas aja udah tau bisa mengira-ngira apakah yang datang itu bisa lolos tes awal buat jadi pendonor atau enggak. 

Beberapa situs informasi kesehatan menyebutkan sayarat minimal berat badan minimal untuk donor darah adalah 45 kg. Ga ngerti juga kenapa dua kali pas saya menawarkan diri saya ditolak. Tapi ya sudahlah, ya. Mungkin juga pas waktu itu saya ga kelihatna lagi fit (hiks)...

Padahal nih kalau layak dan qualified sebagai pendonor, ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Selai hadiah hiburan konsusi gratis (hahaha) rutin melakukan donor darah bakal ngasih sejumlah benefit. Misalnya:

* Kalau ada penyakit serius bisa segera terdeteksi

* Meningkatkan produksi sel darah merah

* Menjaga kesehatan tubuh dan membantu aliran drah jadi lebih lancar

* Sebagai muslim, jadi disayang malaikat karena jadi amalan jariyah buat menyelamatkan nyawa orang lain, dengan syarat niatnya tulus dan ikhlas lho, ya.


Selain screening yang tadi saya bilang berupa berat badan badan minimal beberapa syarat ini perlu kita perhatikan. Biar ga kecewa gundah gulana merana karena batal jadi pendonor:

* Berusia minimal 17 tahun - 65 tahun

* Kadar hemoglobin 12,5 = 17 gram

* Tekanan Darah Sistole 100-170

* Minimal rentang waktu donor darah sebelumnya adalah 12 minggu atau  atau 3 bulan

Yang juga harus diperhatikan saat akan berdonor adalah tubuh dalam keadaan sehat dan bugar serta tidur malam yang cukup sebelumya.  Dalam situasi ini petuah dari Bang Haji Rhoma terbukti nyata. Begadang jangan begadang.... kalau tiada artinya hihihi malah nyanyi.

Pernah kepikiran ga sih kalau bisa donor darah tuh adalah salah satu bukti nikmat sehat yang kadang kita lupain?

Coba bandingkan dengan mereka yang harus ke sana ke mari nyari donor darah yang cocok atau macam saya ini, mau donor ya ga bisa. Saya jadi envy sama yang bisa melakukan donor darah secara rutin. 

Sebagai mahluk sosial yang bermasayarakat, donor darah ini juga jadi salah satu bentuk interaksi sosial alias silaturahmi. Beberapa waktu lalu saya sempet baca berita kalau sejak pandemi ini, jumlah sediaan darah dari pendonor yang tersedia di PMI jadi berkurang. Padahal di saat pandemi seperti ini pun bakalan tetep ada aja yang membutuhkan. Misalnya saja sahabat-sahabat kita para penyandang talasemia yang tetap membutuhkan donor setiap bulannya.Belum lagi kondisi lain yang tiba-tiba membutuhkan.

By the way, kalau mau donor darah di masa pandemi gini, aman ga, sih?

Seperti yang dilansir oleh situs kementerian kesehatan, berdonor di masa pandemi tetap aman. Selain dengan protokol kesehatan yang diterapkan dengan ketat  Beberapa hal yang harus dilalui oleh petugas yang melakukan pengambilan darah antara lain:

* Sudah menjalani tes PCR secara rutin

* Mengenakan masker dan handscoon (sarung tangan medis)

* menggunakan antiseptik


Saya jadi ngilu bayangin kalau petugas pengambil darahnya harus rela hidungnya dicolok secara berkala. Hal mana yang sangat kita hindari, kecuali terpaksa hihihi. Terpujilah para petugas medis yang selalu stand by termasuk yang harus berjaga untuk melakukan pengambilan donor darah ini.

Dari segi pendonor pun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Selain dalam keadaan sehat juga perlu diperhatikan jenis vaksin yang diambil (kalau sudah vaksin). Apakah menggunakan jenis vaksin yang dimatikan atau dilemahkan. Ternyata ini juga berpengaruh dengan toleransi waktu menunggu. Pengguna vaksin yang dimatikan waktu nunggunya lebih cepat dibanding dengan yang pakai vaksin yang dilemahkan. Info detilnya bisa baca di sini:

https://yankes.kemkes.go.id/read/302/donor-darah-di-rsup-ham-tetap-aman-selama-pandemi

Ngomong-ngomong soal baksos donor darah, beberapa waktu yang lalu Smartfren berkolaborasi dengan komunitas nirlaba Blood for Life Indonesia (Blood4LifeID) Indonesia dalam rangka meningkatkan jangkauan pencarian donor dan ketersediaan darah /plasma darah. Baik terakit kasus Covid-19 maupun tidak. 

Terkait acara baksos yang berjalan, pihak Smartfren juga memberikan dukungan berupa kartu perdana GOKIL MAX  berikut paket data yang diberikan kepada seluruh relawan Blood4Life Indonesia. Dengan adanya dukungan ini jadi emudahkan berkomunikasi secara online. Jangankan saat pandemi, yang namanya kuota ini jadi jadi kebutuhan dasar untuk menunjang aktivitas. Apalagi saat ini. Udah deh, ga ada data bisa berantakan kerjaan juga koordinasi yang harus atau perlu dilakukan. Ya, ga?

Menurut Valencia M. Randa, aktivitas Blood4LifeID selama ini kebanyakan dilakukan secara online, di mana di dalamnya terdapat puluhan Relawan Tim 'IGD Virtual Blood4Life.ID' (media sosial & website Blood4LifeID) yangposisinya tersebar di berbagai kota di Indonesia. Makanya untuk memudahkan komunikasi, penting sekali memastikan koneksi internet tetap terjaga. Dengan terjaminnya koneksi internet yang memadai, tim Blood4LifeIDyang juga didukung oleh Smartfren Community lebih mudah untuk memantau ajakan donor darah yang dipublikasikan di website kami

Blood4LifeID selama ini telah menerima banyak permintaan untuk mem.enuhi kebutuhan pendonor darah. Pada Juli lalu, permintaan bantuan donor darah yang masuk ke Blood4LifeID mencapai puncaknya dan mencapai 230 permintaan dalam satu hari. Hingga saat ini pun permintaan masih cukup tinggi, dengan rata-rata sekitar 100-an permintaan donor yang masuk.


Jadi gimana, nih? Udah ga khawatir lagi untuk donor darah, kan? Kalau kamu yakin memenuhi kualifikasi sebagai pendonor, udah deh jangan ditunda lagi buat donor darah. Akses pendaftarannya bisa dilakukan ke www.donordarah.link lalu ikuti instruksi panduan yang ada di sana.

Sehat selalu buat kita semua, ya. Aamiin.


Share:

Sunday, 25 November 2012

Sepotong Cerita dari Rumah Sakit

Rumah sakit? Entah itu rumah sakit besar atau rumah sakit kecil, begitu mendengar yang terbersit di benak saya adalah sebuah tempat yang tidak enak, meski kelas VIP sekalipun. Mulai dari aroma eter yang menusuk hidung, jarum suntik, belalai infus, kasur berseprai putih, kursi roda sampai ruang operasi. “Jangan sampai saya ngalamin dirawat di RS, kecuali kalau melahirkan,” begitu yang selalu terpikirkan.
Seumur hidup pun saya belum pernah merasakan dirawat di rumah sakit, kecuali menengok atau menunggui mama dan apa (sebutan buat orang tua saya) waktu mereka sakit.Itu pun jarang sekali. Alhamdulillah, keduanya jarang mengalami sakit yang serius.
Manusia punya harapan tapi Allah juga yang punya rencana lain. 16 Oktober 2012 silam adalah awal semuanya. Selasa sore, ditengah jam les bahasa Inggris yang saya ikuti  perut saya terasa mulas melilit. Beberapa hari sebelumnya memang perut saya rasanya tidak nyaman. Saya pikir cuma masalah kecil saja.

Share:

Friday, 21 September 2012

Seperti Abah


*Cerpen ini pernah diikut sertakan dalam lomba Flash Fiction di FB, saya repost lagi di sini ya :)* 

“Eh San, kalo Budi poligami gimana?”  tanya Lia tiba-tiba.
“Langkahi dulu mayatku!”  tukas Susan sambil menyuapkan es campurnya.  Wina yang sibuk membaca koran sore mengangkat mukanya .

“Kalau aku,” timpal Wina sambil mencomot gorengan di depannya. “Aku yang bakal langkahin mayat perempuan yang mau jadi istri keduanya Bagus.”

“Gila, sadis bener sih Win?” Tanya Susan.

“Ya iya lah. Kalau langkahi mayatku, aku mati eh mereka merit dong?” Wina segera menutup wajahnya dengan koran sorenya itu, jadi tameng dari serangan pop corn. Asri termenung mendengar kicauan gokil teman-temannya. Tentu saja mereka tidak akan sesadis itu. Dua minggu lalu Arif mengajaknya berkomitmen. Jujur, Asri tidak mengkhawatirkan tampang Arif yang biasa saja. Dibanding suami-suami temannya yang sedang bercanda ini, Arif kalah gantengnya. Tapi dengan sikap Arif yang simpatik, pintar  dan ringan tangan, siapa sih yang gak kan dibuat ngelepek?


Share:

Wednesday, 11 July 2012

Bebek Goreng dan Soto Ayam.

"Teh, dah tau belum ada lapak bebek goreng. Enaaak banget!" celotehku suatu hari. 

"Hah? ada? asyiiik. Selasa nanti kita ke sana ya! Sekalian buka puasa, temenin ya," sambut temanku riang.

"Iya, gurih, garing pula," aku berpromosi.

Maka hari selasa kemarin sepulang les, aku memenuhi janjiku, menemani Teh Imas  - begitu aku memanggilnya - menikmati makan malamnya. 

gambarnya pinjem dari 
htlovestoeat.wordpress.comSebentar saja  kami menunggu. Tidak sampai sepuluh menit, bebek pesanan kami sudah tersaji lengkap dengan nasi panas yang masih mengepul dan sambalnya yang enak itu,
satu - dua pengamen datang menghampiri lapak, bernyanyi seadanya berharap imbalan recehan untuk jasanya malam itu. 

Share: