Sunday 30 April 2017

Nutrimoist, Pertolongan Pertama Untuk Luka dan Iritasi Pada Kulit

Meskipun ga jago masak, bukan berarti saya anti turun ke dapur, lho. Sekadar bikin mie/instan atau goreng menggoreng  mah gampil, lah. Nah, soal goreng menggoreng ini saya punya cerita. 

Dulu waktu kecil, ketika masih belajar masak (sampai sekarang, kok, ga jago-jago sih, masaknya? hihihi) kalau memasukan bahan yang akan digoreng,  gaya saya rada gahar bercmpur norak. Agak-agak dilempar!  Hahaha... Ibu saya suka negur kalau lihat kelakuan saya macam gini. Dulu itu. Nah, giliran adik saya yang beberapa tahun kemudian mengulang kekonyolan saya seperti ini, saya balas dendam. Gantian ngetawain. *dih, kakak macam apa saya?* 

Padahal mah, kan bisa ya digelosorin dengan lemah lembut. Ga usah dilempar gitu. Niatnya cari aman. Tapi yang terjadi malah minyaknya pada nyiprat. 

Akan tetapi,  sampai sekarang, untuk menggoreng ikan, udang, dan beberapa jenis bahan lainnya saya masih dibuat kesel juga. Udah pelan-pelan digelosorin, tetep aja ada minyak yang loncat dan dengan cunihinnya nyoelin tangan atau muka saya. Panas dan perih deh, jadinya. Apa saya kudu masak pake helm dan sarung tangan biar aman? Kan enggak harus segitunya juga.  

Satu waktu, saya pernah menggoreng cimol (cireng kecil yang bulat-bulat).  Sependek ingatan saya, cireng ini kalau adonannya kering biasanya aman. Tapi ternyata tidak juga. Cimol yang sudah kering itu pas digoreng masih saja menimbulkan efek luar biasa. Bukan cuma minyak yang berloncatan, cimolnya juga ikut-ikutan. Waduh!  

Saya buru-buru ngambil tuutp panci buat dua alasan. Yang pertama untuk keamanan.Yang kedua, untuk alasan ekonomis. Masa cape-cape menggoreng tapi sia-sia, karena banyak cimol yang berserakan di lantai dapur?  Yang bikin gemes, walau apinya sudah dimatikan dan ditunggu 1-2 menit, pas tutup pancinya dibuka, masih aja cimolnya ada yang centil loncat-loncat. Ga separah sebelumnya juga, sih. Kan,  kalau cimolnya  kelamaan terendam minyak ga sehat, ya?

Setiap terkena cipratan minyak, biasanya yang buru-buru dilakukan adalah mematikan kompor dulu. Paling gampang nyari keran, menyirami tangan  yang kena cipratan itu tadi dengan air untuk meredakaan rasa panas dan perih yang timbul. Cuma itu saja. Berhasil? Enggak  Yang terjadi kemudian, saya lanjutkan memasak sambil meringis. Harusnya kan pake obat yang tepat. Dan... mitos jadul yang bilang olesin pake pasta gigi itu ga berlaku buat saya. Beuh, peruntukannya kan beda. Itu buat gigi, bukan kulit. Gimana coba kalau infeksi atau ada komplikasi?

Terus gimana, dong?
Ternyata untuk meredakan rasa perih dan mencegah luka yang timbul karena terkena cipratan minyak itu bisa diatasi dengan Nutrimoist dari CNI, lho. Baru tau, saya. Ih ke mana aja, Ceu?
Selain membantu mengatasi efek yang timbul karena cpratan  minyak, nutrimoist ini juga bisa menyembuhkan luka yang timbul karena tersayat pisau, tersiram air panas, luka tertusuk benda tajam/pecahan kaca atau gatal akibat gigitan serangga bahkan bisa gigitan ular!  Kok bisa?

Begini. Nutrimoist adalah ramuan alami dari cina dengan 4 bahan utama berupa  Panax Ginseng, Polygonum cuspidatum, Polygonum multiflori, dan Angelica sinensis. Keempat bahan ini berkhasiat untuk memberi nutrisi pada kulit, membantu proses regenerasi pada kulit,  menjaga kelembaban alami pada kulit sekaligus mengatur produksi minyak dari kelenjar minyak, mempercepat proses penyembuan luka dan meredakan rasa gatal atau sakit yang dirasakan. Kan, biasanya kadang rasa sakit pada bagian kulit yang luka suka dibarengi dengan rasa gatal.  Serba salah deh, jadinya. Dibiarin gatel, tapi kalau digaruk malah menyakitkan. Aih keren, ya Nutrimoist ini?  Kepincut, kan? cus aja Gerai CNI untuk mendapatkannya.

Sebelum mengoleskan Nutrimoist pada kulit yang bermasalah, pastikan dulu sudah disterilkan dengan air dingin atau kapas dahulu. Baru kemudian oleskan Nutrimoist. Kondisikan agar bagian yang bermasalah tidak terkontaminasi dari udara terbuka seperti menutupnya dengan kasa atau sapu tangan. Jika kasus yang dialami cukup berat, segera bawa ke doker atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan tindakan medis berikutnya.

Share:

Saturday 29 April 2017

Mengoreksi Kembali Gaya Hidup dan Rasa Bahasa

Apa sih, penyakit nomor satu yang mematikan di dunia? Kita mengenal  Aids sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Namun dari hasil penelitian, ternyata terjadi pergeseran persentase penyebab penyakit mematikan antara penyakit menular dan penyakit tidak menular.  Pada tahun 1990 perbandingan antara penyakit menular dan penyakit tidak menular adalah sebesar 56% untuk penyakit menular, 37% disebabkan penyakit tidak menular dan sisanya sebesar 7% terjadi karena cedera.
Foto: pribadi
 Namun dalam selang waktu 25 tahun, persentase penyebab kematian yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular mengalami kenaikan yang signifikan. Dari data yang dirilis oleh WHO, ternyata pencetus kematian yang dikarenakan penyakit tidak menular menyumbang angka sebesar 57%,  30%  oleh penyakit menular dan sisanya  13% dikarenakan cedera.
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/media-kit/20170421/1520574/temu-blogger-kesehatan-jawa-barat-2017/
Tingginya kesadaran masyarakat untuk mengantisipasi risiko terkena penyakit menular ternyata tidak dimbangi oleh kesadaran untuk menjaga kesehatan agar terbebas dari risiko penyakit tidak menular. Kok bisa, ya?  Gaya hidup modern sekarang ternyata jadi salah satu penyebabnya. Itu yang saya dapatkan ketika mengikuti acara Urang Bandung Dukung Germas yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan di hotel Savoy Homann, pada 21 April 2017. Bersama 20 blogger Bandung dan 15 blogger Jawa Barat lainnya, saya mendapatkan pencerahan untuk mengoreksi lagi gaya hidup yang selama ini berisiko.Apalagi  umur saya udah ga muda lagi, lho. .
Tanya jawab blogger dengan narsum Foto: pribadi
Dalam paparan yang disampaikan oleh nara sumber drg Oscar Primadi MPH, Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Masyarakat, Indra Rizon, Kepala Bagian Hubungan Media dan Lembaga Kemenkes RI,dan Uus Sukmana, Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, disampaikan beberapa contoh gaya hidup yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif. Misalnya saja stroke,diabetes, darah tinggi, paru-paru bahkan diare yang juga bisa menyebabkan kematian. Penyakit-penyakit ini umumnya timbul karena :
  • Jarang bergerak/beraktivitas/malas
  • Kurangnya makan makan berserat (buah dan sayur)
  • Minum minuman bersoda
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/media-kit/20170421/1520574/temu-blogger-kesehatan-jawa-barat-2017/
Dari penyebab di atas, yang paling mudah saya hindari minum-minuman bersoda. Dalam sebulan belum tentu saya minum minuman ini. Pernah juga kecele waktu nonton di bioskop. Waktu itu, saya lapar dan haus berat. Akhirnya memutuskan untuk membeli paket pop corn dan minuman dari pramuniaga yang wara-wiri di dalam studio beberapa saat sebelum film diputar. Eh,  dasar, Saya lupa minta minuman teh (biasanya ada dua pilihan, soda atau teh). Saya terima aja  waktu dikasih minuman dalam gelas ukuran kecil. Oalah, begitu diseruput rasanya ga enak banget di tenggorokan. Ternyata isinya soda. -_-.  

Sebenarnya untuk makan makanan berserat, bukan hal yang sulit bagi saya. Bahkan kalau lagi ada jamuan atau makan di luar nemu salad, saya bakal  mendahulukan salad buah atau sayur.  Selalu begitu. Rasanya sudah seperti ritual wajib saja. Sedangkan kalau di rumah, kebanyakan pas lagi inget  :).  Lebih suka beli buah di tukang buah potong, karena porsinya pas, ga mubazir.  Memang sih, lebih murah kalau beli banyak satu buah/per kilo. Sayangnya suka bersisa dan berakhir di tempat sampah. Sayang banget, kan? 
sebenarnya kurang banyak porsi buahnya, nih :) Foto: pribadi
Beberapa waktu lalu saya sempat menjalani diet food combining (FC),  memulai hari dengan minum air lemon dan sarapan dengan buah. Barulah setelah jamnya makan siang saya makan biasa sampai malam. Memang bener kok, waktu itu saya merasa sehat, lebih bugar dan ehm... wajah terlihat lebih segar. Sekarang, terlalu lama cheating susah rasanya mau balik lagi menjalani pola mana ala FC.
Salad... yummy.... Foto: pribadi
Kalaupun saya enggak bisa diet ala-ala FC itu kembali, setidaknya porsi makan sayur dan buahnya nih yang harus ditambah lagi. Kalau dibilang mahal sih enggak juga. Tergantung buah dan sayur apa yang akan kita konsumsi dan bagaimana memvariasikannya.  Ya, biar enggak bosen lah.  Makanya kalau ada kesempatan nemu buah dan sayur, sayang sekali kalau dilewatkan. Lagi pula buah-buahan lokal  selain murah juga lebih segar  dan sehat karena  bebas dari pengawet . Misalnya saja apel lokal yang bebas dari wax/lilin yang biasa digunakan untuk mengawetkan apel impor agar tidak cepat rusak.
Pisang lokal juga ga kalah bagus kualitasnya dan pasti menyehatkan juga. Foto: pribadi
PR terbesar alias nomor satu buat saya adalah olahraga.  Pernah terbersit keinginan untuk lari pagi ke gor Pajajaran, lari-lari kecil dengan porsi waktu/putaran yang pas dengan kemampuan. Sayangnya masih dalam rencana. Niatnya yang kurang banget  :).

Tapi ada kabar baiknya juga kalau ternyata belum sempat berolahraga. Aktivitas fisik lain seperti jalan kaki,  naik tangga datipada menggunakn lift/eskalator atau melakukan pekerjaan rumah juga ternyata bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko terkena penyakit tidak menular itu tadi.  Hayooo,  masih malas dan nyari alasan buat enggak bergerak?

Walau tidak menular, penyakit degenaratif ini  bisa disebut 'silent killer'.  Kebanyakan orang merasa baik-baik saja tapi begitu diperiksa ternyata sudah sampai kondisi siaga. Penyebabnya ya karena cuek atau tidak mau memperbaiki gaya hidupnya.

Di tengah paparan materi hari itu, kami diajak untuk bergerak, semacam senam ringan untuk melakukan peregangan.
Foto: Mbak Wawa
Dari layar di sisi kanan dan kiri panggung acara, saya dan teman-teman blogger mengikuti beberapa gerakan selama kurang lebih 5 menit. Aktivitas yang sama juga kami ulangi pada sore hari. Aktivitas peregangan ini juga jadi aktivitas harian yang dilakukan oleh jajaran pejabat dan staf serta karyawan di kementerian kesehatan.  Gerakan peregangan yang ringan ini bisa dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja.  Tentu saja,  untuk tempat dikondisikan kan, ya.  
Gerakan Masyarakat  Hidup Sehat (Germas) yang dikampanyekan oleh Kementerian Kesehatan adalah suatu tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku hidup sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Kita garis bawahi kualitas hidup. Kalau sudah sakit, produktivitas akan menurun, pekerjaan yang harusnya selesai jadi terbengkalai dan mengganggu target-target yang ingin dicapai. Sayang sekali, kan?  Di sisi lain gaya hidup yang tidak sehat juga bisa membuat pos pengeluaran kita mengalami kebocoran karena ada pos tambahan untuk berobat.   Sehat itu murah, sakit itu mahal. Setuju?

Beberapa aktivitas hidup sehat yang bisa dilakukan agar kualitas hidup tetap terjaga antara lain adalah seperti yang digambarkan berikut:
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/media-kit/20170421/1520574/temu-blogger-kesehatan-jawa-barat-2017/

Jangan lupa juga untuk melakukan tes kesehatan secara berkala.  Ini juga jadi PR besar dan masih banyak yang enggan menjalani. Adanya kekhawatiran  akan ada hasil yang bisa membuat parno adalah alasan yang paling umum kita dengar.
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/media-kit/20170421/1520574/temu-blogger-kesehatan-jawa-barat-2017/
Padahal kalau sudah menjalani tes, kemungkinannya hanya ada dua. Bersyukur karena ternyata kekhawatiran tidak terjadi setelah hasil tes/pemeriksaan keluar. Sedangkan jika sebaliknya, bisa segera menegakan diagnosa untuk mengobati atau meminimalkan risiko yang mungkin akan muncul dari penyakit yang ditemukan. Saya sudah melalui tes  gula darah, tensi dan kolesterol beberapa waku lalu. Alhamdulillah, hasilnya  positif. Tapi tes lainnya belum, nih :)  

Selesai mendapatkan paparan seputar gaya hidup sehat, acara selanjutnya diisi oleh Anwar Natari, yang membahas rasa bahasa dalam gaya tulisan. Saya tergelak, sedikit tersentil juga ketika narsum yang akrab disapa Mas Awai ini memberikan contoh penggunaan diksi yang bis membingungkan atau mengaburkan makna.
Aanwar Natari, mengajak audiens mengoreksi rasa bahasa  biar ga salah paham. Foto: pribadi
Sebelum acara di Savoy Homann ini saya sudah pernah mengikuti  paparannya juga di acaranya Bloggerday bersama Blogger Crony. Bosen? Enggak juga, tetap asik, apalagi di sesi games parmainan kata. Apa yang ingin kita sampaikan ternyata belum tentu  pemahamannya sama dengan lawan bicara. Misalnya saja ketika mendeskripikan kata 'bingung',  saya dan teman-teman dalam kelompok meja yang sama tidak bisa sekaligus menerangkan kata bingung kepada teman yang ditunjuk sebagai penebak.

Begitu juga ketika muncul kata malu, deskripsi yang disampaikan bermacam-macam namun  pemahaman yang diterima oleh penebak ternyata tidak sama. Pengalaman setiap orang kan beda-beda. Bagi orang lain contoh kejadian yang memalukan belum tentu punya rasa yang sama buat yang lainnya. Kami sukses ngakak dibuatnya di sesi ini. Seru, deh.


Beberapa hal lain yang juga  bisa membuat komunikasi jadi masalah. Penggunaan tanda baca (dalam tulisan) atau latar belakang suku di mana pemakaian kata tertentu bisa menimbulkan penafsiran yang berbeda.  Kata kami dan kita misalnya.

Di daerah tertentu, kata 'kita' digunakan sebagai kata ganti orang pertama dalam bentuk jamak, punya arti yang sama dengan kami. Padahal di tempat lain,  kata kita umumnya dipahami sebagai kata ganti orang pertama yang melibatkan lawan bicara. Jika bertemu dengan orang lain yang pemahamannya berbeda, bukan tidak mungkin bisa menimbulkan salah paham. Kita?  Elu aja kali. Pernah dengar ungkapan ini,  kan?

Sementara untuk rasa tulisan, sebenarnya tidak masalah apakah kita akan menggunakan bahasa gaul, rada western atau bahasa Indonesia yang umum. Kalau  sudah mengenal segmen pembaca di blog misalnya, sudah tersegmen pada karakter atau usia tertentu, diksi yang digunakan tidak jadi masalah. Sementara itu penggunaan bahasa Indonesia yang umum dan sudah dikenal banyak orang bisa memperluas khalayak yang membaca blog.

Akhirnya semua keputusan kembali lagi pada diri kita sendiri untuk berkomunikasi dengan cara apa. Saya percaya kok, seperti juga genre film atau musik, setiap blog juga sudah punya pemirsa/pembacanya masing-masing. Iya, kan?
Foto: Mbak Wawa

Share:

Friday 28 April 2017

Kartini, Mengulik Fakta Sejarah yang Belum Terungkap Lewat Film

Banyak hal yang saya temukan setelah menonton film Kartini (2017) besutannya Hanung Bramantyo. Bahwa Kartini yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo adalah pejuang emansipasi wanita sudah banyak yang tahu. Tapi sisi-sisi lain dari kehidupannya, saya yakin  masih banyak yang belum ngeh. Misalnya saja ayahnya Raden Mas Adipati Aria Sosroningrat (Dedi Soetomo) yang ternyata bukan tipe ayah yang otoriter, kalah galak dari ibu tirinya, Moeryam (Djenar Maesa Ayu), punya banyak saudara dari ibu yang berbeda, mempunyai ibu dari kelas sosial rakyat jelata atau perhatiannya yang besar terhadap kesejahteraan perajin ukir kayu di Jepara. 


Fim Kartini dibuka dengan adegan yang mirip dengan awal Film Perempuan Berkalung Sorban - yang kebetulan juga disutradarai oleh Hanung. Kartini kecil (ini yang main siapa, ya? suka saya sama aktingnya) menangis dan memberontak tidak mau tidur terpisah dari ibunya, Ngasirah muda (Nova Eliza). Selain itu Kartini harus memanggil ibu kandungnya Yu, bukan ibu, karena alasan adat istiadat saat itu memosisikan ibunya masih sebagai rakyat jelata, bukan perempuan berdarah biru seperti Moeryam. Bersama dua saudara perempuannya yang paling dekat, Roekmini (Acha Septriasa) dan Kardinah (Ayushita) Kartini tumbuh menjadi trio gadis remaja (belakangan dikenal dengan sebutan tiga saudara) yang kompak. Mereka memberontak pada aturan adat jawa yang kaku, menuntut persamaan hak perempuan dan orang-orang miskin serta minat belajar yang tinggi. Keinginan mereka ini diwujudkan dengan membuka sekolah untuk anak-anak perempuan di Jepara.


Kalau diperhatikan, dalam beberapa film berlatar sejarah kita akan mendapatkan gambaran pemerintah kolonial Belanda sebagai  karakter penjajah yang menindas pribumi, suka menyiksa, menangkap dan membunuh pribumi yang memberontak. Lain halnya dalam film ini. Para   pejabat Belanda diceritakan sebagai figur yang ramah, bersahabat  bahkan mendukung cita-cita Kartini yang menuntut kesetaraaan hak. Soal gambaran para bule Belanda di film ini yang terkesan bersahabat dengan pribumi berkaitan dengan politik etis yang dijalankan Belanda. Politik etis pada saat itu dijalankan untuk mengambil hati penduduk Indonesia dengan memberikan akses informasi dan pendidikan. Kartini beruntung, selain ayahnya yang terbuka soal ini juga kakaknya, Kartono (Reza Rahadian) yang meminjamkan buku-bukunya untuk dibaca. Pesona Reza Rahadian tetap proporsional di sini walaupun tidak sebanyak dalam film lain. Apalagi film Kartini ini memang bertabur bintang-bintang  yang juga memainkan perannya dengan baik.

Perkenalan Trinil - panggilan lain untuk Kartini yang lincah dan pecicilan - dengan Marie, istri dari Ovink Soer, asisten residen Jepara. Marie  mengantarkannya bisa berkorespondensi  dengan Stella Zeehandelaar (Rebecca Reijman), aktivis feminis dari Belanda. Bagian ini  juga menyadarkan saya kalau Kartini bukan hanya gemar membaca dan menulis, tapi juga punya kecerdasan linguistik yang mengagumkan.  Hanya lulus sekolah setara SD, Kartini  dengan Stella saling bertukar cerita menggunakan bahasa Belanda dengan usianya yang masih belasan tahun. Ia juga rajin membuat karya tulis yang dimuat di jurnal berbahasa Belanda (walaupun menggunakan nama ayahnya untuk alasan lain). Seorang remaja tamatan sd bisa menulis jurnal tentunya memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Duh, saya merasa ga ada apa-apanya dibanding beliau :).

Tadinya, saya mengira ayah Kartini adalah sosok ayah yang keputusannya sukar ditawar, titahnya harus dipatuhi tanpa kompromi.  Di film ini saya malah menemukan Raden Mas Adipati Aria Sosroningrat adalah seorang family man, ayah yang sangat pengertian dan menyayangi anak-anaknya, suka ngajak jalan-jalan bertemu kolega. Sementara pada kesempatan lain, dirinya tidak bisa memberikan kata ya, saat Kartini meminta izin melanjutkan sekolah.  Berbeda dengan kemudahan seperti Kartono yang pergi ke Eropa. 

Ayahnya memang tidak mengizinkan Kartini mengenyam dunia sekolah yang lebih tinggi, tapi tidak menutup akses bagi Kartini untuk terus membaca dan menulis. Bahkan dalam sebuah adegan, diceritakan Kartini  dan keluarganya mengikuti pengajian di mana ulama yang datang membacakan terjemahan Al Fatihah oleh Kyai Sholeh Darat. Kartini terpesona dengan keindahan ayat suci Al Quran dan berharap lebih banyak lagi ayat Quran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Saya juga menemukan fakta menarik kalau ternyata silsilah Kartini dari garis ayahnya berasal dari ulama.  Itulah mengapa bukunya yang terkenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang sepertinya terinspirasi dari ayat Quran surah Al Baqarah ayat 257 yang berbunyi minadzulumati ilannur: dari kegelapan menuju cahaya.

Ada dua adegan dalam film ini yang paling berkesan. Yang pertama adalah ketika saat-saat Ngasirah tua (Christine Hakim) membongkar papan yang menutup jendela kamar Kartini yang juga simbol keinginan untuk mendobrak kakunya aturan feodal yang berlaku saat itu. Ngasirah mengajak Kartini berbicara dari hati ke hati sebagai ibu dan anak, bukan raden ayu dan abdi dalemya. Ngasirah memang buta huruf  latin, hanya bisa mengajarinya huruf jawa. Lewat analogi tanda baca, Ngasirah mengingatkan Kartini arti tentang kebebasan dan kepatuhan. 

Berkawan dengan orang-orang Belanda memang membuat Kartini belajar tentang kebebasan tapi tidak dengan arti kepatuhan sebagai anak. Kartini akhirnya luluh, menuruti perjodohan dengan Raden Adipati Joyodiningrat (Dwi Sasono)  dengan mengajukan 4 syarat. Salah satunya adalah keinginan agar semua saudaranya memanggil Ngasirah dengan sebutan ibu, bukan Yu. Ini adalah cara Kartini ingin memuliakan ibunya dalam lingkungan feodal agar mendapat posisi yang terhormat.

Bagian lain dari film ini yang paling membuat saya patah hati adalah ketika Kartini menjalani prosesi pernikahan. Kartini meminta izin untuk bersimpuh, memohon restu dan pamit pada ibunya karena dirinya akan menjadi seorang raden ayu. Jika dalam pernikahan umumnya yang mendampingi mempelai di pelaminan adalah ayah ibu sendiri, Kartini tidak bisa melawan tradisi mendapati ibunya duduk bersimpuh di antara deretan abdi dalem, dengan pakaian yang sederhana.

Kartini mendapatkan kompensasi  dari pernikahannya  berupa dukungan suaminya mendirikan sekolah bagi kaum perempuan. Lagi-lagi saya dibuat penasaran kalau ternyata istri tua bupati Rembang sangat mengagumi pemikiran Kartini dan menginginkan Kartini menjadi istri keempat Joyodiningrat. Sangat bertolak belakang sekali dengan sikap  Moeryam yang terkesan memandang Ngasirah sebagai rival, walaupun kedudukan sosialnya lebih tinggi. Akting bagus Djenar membuat saya penasaran (sampai sekarang belum tahu alasannya) kenapa Moeryam yang diperankannya terkesan sangat dendam benci pada Ngasirah? Padahal kedudukannya sebagai istri utama dan selir pun terlihat jelas berbeda. 

Lingkaran pertemanan Kartini pun tidak sempit hanya pendidikan dan kesetaraan bagi kaum perempuan atau memajukan ekonomi rakyat di Jawa saja.  Beasiswa ke  Stovia di depan mata  yang didapatkan Kartini tapi tidak bisa diambilnnya kemudian diberikan pada Agus Salim yang kita kenal sebagai tokoh Sarikat Islam dan menjadikannya sebagai salah satu dokter pertama di Indonesia. Baru tau lho saya, ada andil Kartini untuk ini.

Kalau suka membaca, mestinya setelah menonton film Kartini akan membuat kita penasaran dan mencari tahu hal-hal lainnya yang diceritakan dalam film ini. Misalnya saja bagaimana dan siapa Kartono, Apa yang dilakukan oleh Roekmini dan Kardinah sepeninggal Kartini dan jejak -jejak lainnnya yang ditorehkan oleh Kartini.

Saya enggak akan bosan bilang kalau mencintai sejarah lewat film itu selalu mengasikkan. Di luar improvisasi sebagai gimmick agar semakin menarik, adanya keterbatasan waktu membuat film tidak bisa menyajikan fakta sejarah secara utuh. Membaca atau mencari tahu lewat referensi lain membantu kita membuka cakrawala baru.  Mudah-mudahan Hanung atau sutradara lainnya membuat semakin banyak film biopic seperti ini.

Beruntunglah Kartini mempunyai ayah berdarah ningrat, membuatnya bisa mengakses hal-hal yang belum tentu bisa didapatkan jika ia berasal dari ayah ibu rakyat biasa. Tanpa menyisihkan andil para pahlawan wanita Indonesia lainnya, yang membuat Kartini menjadi istimewa karena dia menulis, meninggalkan jejak sejarah dan inspirasi yang lebih panjang. 
Share:

Wednesday 26 April 2017

Mengenal Serba-serbi Trading Forex Bareng ForexIMF.com

Tadinya saya pikir ForexIMF ini ada hubungannya dengan badan moneter dunia itu, alias International Monetary Fund. Eh, ternyata bukan. ForexIMF adalah perusahaan broker (pialang) berjangka resmi di Indonesia yang bertujuan memberikan jaminan transaksi bagi para nasabah valuta asing. Menarik. Waktu saya diajak ikut kelas edukasinya, saya bilang iyes. Karena yang selama ini saya bayangkan, berkutat dengan dunia investasi apalagi pasar uang adalah tindakan spekulasi bila enggak ada ilmunya.  Terus apa ya, peran ForexIMF ini?

Hari Jumat, 21 April 207 kemarin, barengan dengan Teh Ida setela menghadiri sebuah acara di jalan Asia Afrika, saya meluncur ke kantor ForexIMF yang beralamat di Jalan Sunda No. 57, Bandung. Suasana kantornya sangat hommy, nyaman. Enggak ada kesan suasana kantor yang formal.  Poin bagusnya, menghabiskan waktu di sini jadi lebih betah, jauh-jauh deh dari yang namanya stress saat memutuskan apakah harus buy atau sell ketika bertransaksi mata uang ini. Ya, kan?
Foto: Ima Rochmawati
Setelah makan malam, kami diajak masuk ke kelas edukasi dengan ruangan yang mirip kayak bioskop mini. Wih, mata yang suda kriyep-kriyep ngantuk jadi seger lagi. Saya ngambil posisi duduk di sayap kanan barisan kedua untuk menyimak paparan materi apa sih dunia forex itu dan serba-serbi dunia broker forex Indonesia bersama dengan Adi Nugroho.

Menurut Adi, dalam paparannya malam itu trading forex bukanlah investasi tapi perdagangan. Dari namanya saja sudah jelas, ya. Trading. Ya kalau diterjemahin, jadinya perdagangan.  Makanya ForexIMF.com terdaftar di kementerian perdagangan, bukan OJK (Otoritas Jasa Keuangan). ForexIMF.com sudah tergabung dalam 2 bursa berjangka, yaitu Future Exchange dan Indonesia Commodity and Derivatives Exchange juga Kliring Berjangka Indonesia (KBI).

Karena yang namanya transaksi ga akan terhindar dari risiko rugi. Kalau untung sih, jangan ditanya. Semuanya juga mau.  Jangan sampai terobsesi ego yang pingin untung terus. Nah ilmu itu bisa didapatkan di ForexIMF.com  Bagi calon nasabah atau sekedar pengen tau, ada kelasnya di sini. Gratis, lho.

Ada beberapa hal yang harus diketahui ketika memutuskan untuk terjun dalam bisnis forex ini. Selain pergerakan/fluktuasi mata uang asing (dolar, poundsterling, yen dsb) di mana pasar uang dan terlibat dalam menentukan nilai tukar yang berlaku. Lalu jangan lupakan juga untuk mengenali teknik analisa dan fundamental serta manajemen risiko.  Setelah itu buatlah perencanaan, dan tetep, tetap gunakan logika untuk tidak memikirkan ego yang ingin cepat-cepat untung itu tadi.


Dulu waktu masih kuliah, saya paling males kalau udah ketemu yang namanya kurva. Bikin pusing :). Eh hari itu reunian lagi dengan yang namanya kurva di mana polanya juga  rumit. Kayak tampilan layar detak jantung :). Pergerakan kurva yang rapat dan naik turun itu juga dipengaruhi dari faktor lain. Jaman kuliah dulu saya mengenal ceteris peribus. Entahlah apa istilah yang tepat digunakan dalam forex ini. 

Nilai tukar mata uang asing selain dipengaruhi  aktivitas di pasar uang juga kan bisa ditentukan oleh data yang bersifat fundamental seperti kondisi politik sebuah negara atau bencana alam. Data kuantitatif ini lebih memudahkan untuk membantu mengambil keputusan daripada analisa fundamental, Kejelian pelaku trader dalam nenentukan buy (beli) atau sell (jual) bisa menggunakan analisa grafik seperti yang ada di foto atas itu.  

Jika diambil sebuah garis lurus yang menentukan titik-titik puncak atau dasar apda grafik, kita akan mendapatkan  dua tahanan. Garis di atas dinamai resisten sedangkan garis di bawah kita sebut support.  Ketika berada di puncak resisten,  inilah saatnya untuk memutuskan buy, sedangkan  bila situasinya berada di titik terbawah, saatnya untuk mengambil keputusan sell.

Segampang itu? Enggak juga. Karena seperti yang sudah saya bilang tadi, harus banyak mengasah ketajaman analisa, selalu melek dengan perkembangan informasi dan menahan ambisi ingin selalu untung.

Untuk menjadi seorang trader forex, pastinya diperlukan modal agar bisa ikut bertransaksi.  Agar aman bertransaksi. Misalnya seorang nasabah memiliki modal sebesar $5.000, maka risiko modalnya yang dimilki adalah sebesar $2.500.  Risiko perdagangan sebesar 10%  adalah sebesar $250 di mana ia  bisa mendapatkan 2.500 pips untuk 0.1  lot. Dengan kriteria stop  loss sebanyak 500 pips (setara dengan $5.00), baginya masih aman untuk bertransaksi sebanyak 0,5 lot ($250/$2.500).

Pusing dengan ilustrasi estimasi di atas? Ya udah, kalau pengen tau lebih banyak,  meluncur saja ke kantor ForexMF untuk ikutan edukasinya. Kalau tidak sempat untuk berkunjung masih bisa ikutan layanan chat via website  (24 jam selama 5 hari kerja) atau webinar untuk umum. Bagi nasabah yang sudah bergabung di ForexIMF ada fasilitas khusus webinar yang membahas strategi trading bersama team market analyst.



Share:

Tuesday 25 April 2017

SoMan: Menjaga Kebugaran dan Daya Tahan Tubuh

Please jangan sakit... sehat sehat....
Sugesti itu yang selalu saya rapalkan ketika badan mulai terasa ga enak, pusing bin kliyengan atau bersin-bersin yang datang sebagai isyarat saya harus istirahat. Ga bisa dibantah, nih. Saat usia kepala 3 dan hampir mendekati kepala 4. saya jadi gampang cape atau lemes. Badan rasanya ringsek kayak abis nguli (padahal mah, belum pernah kerja sekeras kayak kuli gitu :D).

Ternyata gejala cepet cape seperti itu kalau dicuekin bisa memicu menurunnya daya  imun  atau ketahanan tubuh. Sekitar sebulan yang lalu,  saya bareng Icoel, meluncur dari Jakarta menuju Bogor, mengikuti  BloggerCrony dan BloggerDay 2017 by SoMan pada tanggal 18-19 Maret 2017 lalu. Hari sudah larut, lewat Maghrib waktu kami tiba di Kampoeng Wisata Rumah Joglo. Melewatkan sesi-sesi awal acara, saya ikut menyimak acara lainnya yang kembali digelar selesai makan malam sampai hampir tengah malam. 

Kelopak mata yang rasanya digelayuti entah apalah (ngantuk maksudnya) lumayan sedikit ternetralisir ketika Mas Awai (Anwari Natari) menyampaikan materi soal penggunaan diksi dalam tulisan. Salah olah kata bisa bikin salah paham.

Saya ikutan ngikik bersama peserta lain. Rasanya seperti dikitikan. Kayaknya masih ada gaya bahasa saya di blog ini yang masih harus dikoreksi. Maafkan ya kalau ngalieurkeun alias bikin pusing.

Karena ga memerhatikan  lembaran siaran pers yang dikasih Uci waktu tiba, saya ga ngeh kalau botol kecil yang mengemas SoMan malam itu bisa membantu memulihkan badan saya yang udah pegal-pegal. Begitu dikasih, saya langsung masukin ke tas, biar ga hilang :).

Besok paginya, sebelum sarapan, dengan muka masih agak lecek kurang tidur saya ikutan sesi tes kesehatan. Sedap-sedap ngeri karena khawatir  kalau hasilnya yang keluar hari itu juga ngasih sinyal waspada. Ya siapa sih, yang ga ngeri kalau ternyata kadar gula darah atau kolesterolnya sudah melampaui batas aman?  

antri tes kesehatan, ngeri-ngeri sedap
Apalagi ayah saya punya riwayat medis DM, di mana punya potensi menurun sama anak-anaknya. Karena itu juga saya menghindari ga  banyak-banyak makan yang manis. Khawatir bisa memicu potensi kadar gula darah.  Kalau makanan terasa kurang manis, tinggal ambil cermin aja, sih. Makan sambil ngaca. Hahaha... please jangan muntah.

Kalau cuma harap-harap cemas aja dan ga mau menjalani sesi tes kesehatan, mana bisa tau kan kondisi kesehatan saya? Mumpung gratis juga #eh. 

Dan ternyata... ini hasil tes kesehatan saya saat itu. Alhamdulillah, aman. Sempat khawatir kolesterol saya status siaga karena suka makan gorengan dan snack yang asin-asin. Gini deh pelarian dari yang manis lari ke yang asin. :)



 Tekanan darah saya ada di angka 127/86. Angka yang wajar karena tensi darah saya emang ga pernah jauh-jauh dari kisaran angka ini. Lalu gula darah 101 dan kadar kolesterolnya 163. Aman, masih jauh dari angka tanda siaga. Mungkin yang belum ketahuan itu kondisi asam urat yang sepertinya ga memungkinkan di tes pada hari itu.  

Tes kesehatannya selesai? Belum. Masih ada tes kebugaran dengan cara jalan cepat atau lari keliling lapang. Apapun pilihannya, baik lari atau jalan harus konstan dan konsisten selama mengitari lapang setara 1 mil (lupa berapa keliling). Kalau awalnya lari ya lari terus. kalau awalnya jalan atau jogging ya jogging lah terus. Berhubung saya ga mau cape 9dih) jadi milih memulai dengan jalan dan mengakhirnya dengan jalan lagi. Save player, ga? :D

tes kebugaran untuk mengukur VO2 max
 Saya bisa menempuhnya dengan jalan kaki selama 12 menit. Hasilnya, VO2 max saya menunjukkan angka 33. Cukup bugar. Kejutaan!  Lho, kok? Iya, karena saya kurang olahraga hahaha.... Di sini saya belajar jangan terlalu rendah juga menilai diri sendiri dalam soal kebugaran. Saya ternyata lebih strong, lebih kuat :).

Tapi rasanya ga puas, ya kalau hanya mempertahankan kondisi kebugaran di kisaran angka itu-itu aja. Kok ga ada kemajuan. Sebelum sarapan pagi saya sempat nanya-nanya sama tim kesehatan yang melakukan screening hari itu.  

Di mana-mana yang namanya perubahan kalau terjadi secara tiba-tiba bisa ngagetin. Begitu juga dengan cara kita memelihara kebugaran. Tubuh kita bisa kaget dan malah ngedrop kalau porsi yang diambil ternyata sudah melewati kemampuan tubuh untuk beradaptasi. Masih ingat kan berita meninggalnya Adjie Massaid setelah bermain futsal atau Mike Mohede?  Setelah olahraga lho mereka meninggalnya. Jangan sampai semangat olahraga hanya karena ingin langsing atau membentuk otot misalnya malah mendatangkan masalah.

Salah satu ciri ketika tubuh kita masih bisa kuat diajak berolahraga adalah ketika di sela-sela olahraga kita bisa santai ngobrol tanpa nafas yang ngos-ngosan. Ya, kayak tentara yang suka berlari-lari kecil sambil nyanyi. Mereka enjoy aja, kan? Coba bisa ga melakukan seperti mereka? Kelihatannya cetek tapi belum tentu semua orang bisa.*ini sesi curhat kebugarannya kok panjang amat,ya?*

Untuk kadar VO2 max kayak saya, olahraga yang dianjurkan adalah jalan santi, jalan cepat,  jogging, bersepeda, senam, renang, step dance dan diskorobik. Tentu saja porsinya harus disesuaikan. Surprise lagi karena saya paling males diajak renang, dengan alasan merasa nafas pendek. Padahal mah kurang niat aja ini mah :D  Sementara kalau senam/dance/diskorobik alasannya adalah gerakan saya yang aneh, kayak robot.  Enggak mau diketawain. Gitu aja, sih :)

Balik lagi soal kesehatan, saya tuh sering merasa pusing kalau bangun pagi suka merasa masih mengantuk, lemes dan cape sisa semalam masih tertinggal. Kalau ga ada rencana ke mana-mana, ya santai aja diem di rumah. Yang repot itu kalau harus keluar, apalagi kalau seharian malah balik malam.

Saya lalu inget satu hal. Kan punya SoMan! Ekspektasi awalnya saya pengen stamina yang lebih baik setelah mengonsumsinya. Enggak lebih. Padahal ternyata SoMan bukan hanya membantu menjaga tubuh biar ga cepet lemes atau cape saja. Beberapa hal khasiat yang bisa dirasakan jika diminum secara teratur antara lain adalah seperti ini. 
  • Meningkatkan kerja otak/daya ingat
  • Menjaga fungsi organ
  • Meningkatkan imunitas termasuk melawan kanker
  • Membantu pertumbuhan (lupakan yang satu ini kalau usianya sudah lewat :D)
  • Menyeimbangkan kadar kolesterol
  • Membakar lemak
  • Membantu pembentukan kolagen yang baik untuk kulit
  • Mempercepat penyembuhan luka
  • Menurunkan depresi
  • Menangkal radikal bebas dan meningkatkan antioksidan (baik bagi sel tubuh maupun kulit dan rambut)
  • Pembentukan jaringan tubuh
  • Memenuhi kebutuhan gizi untuk janin
  • Menormalkan tekanan darah
  • Mengurangi risiko serangan jantung dan stroke
  • Meningkatkan fungsi syaraf dan penglihatan

Soal kandungan pH yang terdapat dalam SoMan ini yang bikin saya tertarik, lho. 9 +! Kadar pH enggak melulu harus berurusan dengan komposisi dalam kosmetik.  Saat ini semakin banyaknya klaim kosmetik atau skin care produk-produk perawatan kecantikan yang mengandung pH yang tinggi. 

Jika kosmetik atau skin care yang bekerja di permukaan kulit bisa membuat kita mupeng alias kepingin beli, sesungguhnya perawatan dari dalam atau suplemen yang kita konsumsi setiap hari bisa memberi efek luar biasa. Bukan cuma kulit yang terlihat sehat dan kinclong tapi juga organ tubuh dan stamina yang prima. PR besar buat saya karena pola makannya masih suka nabrak rambu-rambu kesehatan.  Cemilan gurih, gorengan atau junk food sebagai pertolongan pertama pada kelaparan kerap jadi 'dosa' terindah menjaga pola makan -_-.

Padahal kalau terlalu banyak makan makanan yang gak sehat itu bisa merangsang pertubuhan radikal bebas, mengikis kadar antioksidan dalam tubuh dan memicu bebagai penyakit degeneratif seperti kanker. Ngeri kan?

Sudah mencoba minum SoMan dong, Fi?
Sudah. Walau belum konsisten alias teratur :P. Idealnya konsumsi SoMan adalah sebanyak 3 kali dalam sehari. Dosisnya adalah 5 tetes setiap minum untuk menjaga daya tahan tubuh. Sedangkan untuk pencegahan penyakit adalah sebanyak 7-10 tetes setiap minum yang dicampur dengan air putih (kocok dulu sebelum diteteskan dan jangan pakai air panas). Jangan lupa, satu botol SoMan ini harus habis dalam satu bulan setelah segelnya dibuka, ya.

Minum SoMan ini bisa dibagi dalam 3 waktu yaitu pagi hari setelah bangun tidur, siang sebelum makan dan malam sebelum tidur. Baiknya  diminum dalam keadaan perut kosong. Cara ini seharusnya membantu kita mengerem hasrat ngemil. Sayang aja kan kalau jarak ngemil, minum SoMan dan makan berat dijeda dengan ngemil. Bahan-bahan alami SoMan nantinya ga bisa bekerja dengan ideal. Rugi kalau cuma numpang lewat aja.
sumber foto: web SoMan Indonesia
Karena diolah dari bahan yang alami, SoMan aman diminum oleh berbagai kelompok usia termasuk oleh balita atau ibu hamil. Nyaris tidak ada efek samping namun reaksinya tidak akan terlihat secara langsung  alias perlu waktu.  Secara medis, SoMan, - seperti yang dismpaikan oleh konsultan medis PT SoMan Indonesia, dr Grace Maria Salindeho, M.Kes - sudah memuhi standar obat yang baik dan benar. Lulus uji klinis da diproses di pabrik berstandar CPOTB (Cara pembuatan Obat Tradisional yang Benar). 

Kandungan 39 bahan alami yang ada di dalamnya (diantaranya buah merah, manggis, sirsak, mangga, temu putih, bawang putih, bayam, seledri, umbi mnggata dsb) sudah pernah diujikan pada pasien diabetes Melitus tipe 2.  Selama 3 bulan,  reaksi yang dirasakan adalah kadar gula darah turun secara berturut-turut sebesar  33,65%, 26, 65% dan 28,53%.

sumber foto: web SoMan Indonesia
Karena riwayat kesehatan setiap orang tidak sama satu lain, reaksi yang dirasakan tentu tidak akan sama. Jika beberapa teman blogger bercerita reaksi ngantuk yang dirasakan setelah meminumnya, hal itu tidak saya alami. 

Sempat khawatir saya bakal kesulitan menahan kantuk waktu mengikuti seminar seharian. Eh, saya bisa melek terus, lho. Malah sampai malam hari lewat jam 22 ketika kembali ke rumah. Setelah selesai ritual malam seperti cuci muka dan gosok gigi, saya tidak lupa minum lagi SoMan biar bisa enak tidur.  Yes! Saya bisa tidur nyenyak sampai besok paginya walau masih menyisakan kantuk dan sedikit lemas.  Kan reaksinya perlu waktu untuk beradaptasi sampai tubuh saya benar-benar bugar.

O, ya satu lagi yang saya rasakan,  ritual pagi alias BAB  berjalan lancar, ga pake lama. Plong deh sesudahnya hehehe....

Saya sudah mencobanya, nih. Kamu, kapan?



Share:

Monday 24 April 2017

Film Perempuan Berkalung Sorban: Tentang Emansipasi dan Melek Literasi

Kalau masih mengindentikan film Indonesia bernuansa religi selalu identik dengan hal yang berbau poligami itu tidak salah. Tapi ga selalu film religi di sini harus melulu bercerita tentang poligami. Misalnya saja film Perempuan Berkalung Sorban (PBS) yang dibintangi Revalina S Temat dan Reza Rahadian.

PBS memang bukan film anyar, kok. Sudah dirilis tahun 2009 silam, dibawah arahan sutradara Hanung Bramantyo yang pada saat itu sempat menuai kontroversi. Mengambil latar kehidupan pesantren di Jombang dan masyarakat Yogya,  dalam beberapa alur film diceritakan Annisa yang diperankan oleh Revalina harus menerima kenyataan dirinya dipoligami. Namun yang menjadi isu utama film ini adalah tentang emansipasi wanita dan melek literasi. 

Hari Rabu, 19 April 2017 kemarin, saya bersama teman-teman pengamat film dan konunitas FFB pergi ke Pesantren Suryalaya di Tasik untuk mengikuti diskusi film ini. Sebelum pemutaran dan sesi diskusi film,  kami sempat bersilaturahmi dengan  pengurus pesantren juga berziarah ke makam perintis pesantren, Abah Sepuh juga putranya Abah Anom.



Ada beberapa benang merah yang saya tangkap dari acara diskusi film kemarin.  Film sesungguhnya bukan hanya media hiburan saja tapi juga jadi sebuah gerakan budaya. Tidak selamanya film bagus mendapat apresiasi penonton. Sebaliknya film yang tayangannya di bioskop dijejali penumpang terkadang tidak mempunyai esensi apa-apa bagi penontonnya. Ehm :)

Ada banyak hal menarik yang saya dapatkan dalam acara ini. Kalau semuanya saya ceritakan di sini akan jadi tulisan yang panjang. Jadi, kita sepakati kalau ceritanya hanya fokus pada beberapa hal saja, ya.

Keadilan dan Kebebasan

PBS dibuka dengan adegan Anissa yang protes tidak boleh menunggang kuda oleh ayahnya, Kyai Hanan (Joshua Pandelaki). Anissa yang punya hobi membaca tidak puas hanya dengan alasan larangan itu berlaku karena dirinya perempuan. Ia  lalu menyebutkan para shohabiyah yang piawai menunggang kuda dan turun dalam peperangan. Jawaban Ayah Anissa yang melarang karena ia anak Abi (panggilan ayah dalam bahasa arab) tidak bisa diterimanya.

Kekecewaan  dan  ketidakadilan juga dirasakan Anissa ketika  ia harus rela melepas kemenangannya dalam pemilihan ketua kelas meski unggul 1 suara dari temannya yang laki-laki. Anissa  tidak boleh melanjutkan kuliahnya ke Yogya karena alasan ia tidak punya muhrim untuk menemani berpergian. Sementara  itu ia harus pasrah untuk dinikahkan dengan  Samsudin (Reza Rahadian), putra pemilik Pasantren Al Ikhlas, kolega ayahnya yang disegani.

Alih-allih mewujudkan mimpinya untuk sekolah lagi karena sudah mempunyai muhrim,  ia mendapati kenyataan suaminya berahlak buruk, temperamen dan menzinahi wanita lain.  Demi nama baik dan alasan izin beristri sampai 4 orang, Anissa sampai harus rela berbagi suami dengan Kalsum (Francine Roosenda).

Jika Anissa  memaknai kebebasan dengan mudahnya akses literasi dan persamaan hak wanita untuk bisa belajar dan memimpin, Umi (Widyawati) memilih untuk diam karena memilih keutuhan keluarga.

Aisyah, sahabat Anissa  merasa bebas dari pesantren dan menikmati kehidupan bebasnya sebagai mahasiswi termasuk bergaul sesuka hati dengan lawan jenis. Sesuatu hal yang sempat membuatnya kaget meski masih tetap bersahabat setelah mengetahui sisi lain dari temannya sewaktu di pesantren dulu.

Sedangkan kedua kakak-kakaknya Anissa lama sekali baru menyadari maknanya kebebasan  ketika merasa sikap Samsuddin sudah keterlaluan dan merendahkan harga diri keluarga dan pesantren Al Huda.

Pergaulan yang Baik

Anissa memang punya karakter keras dan penentang. Tapi bukan berarti  ia tidak tahu kodratnya sebagai anak dan istri. Anissa mengabaikan nelangsanya melupakan Khudori (Oka Antara) sahabat juga, kerabat dari garis ibu yang paling memahaminya. Trauma masa lalu dengan Samsudin masih membayanginya. Setelah bercerai dan akhirnya menikah dengan Khudori, Anissa tidak serta merta siap bergaul dengan suaminya dan memiliki anak. 

Beruntungnya Annisa yang sejak kecil sudah merasa nyaman dengan Khudori, ia mendapatkan jaminan punya hak yang sama sebagai istri. Padahal ketika masih di pesantren dulu, saat menanyakan hak wanita untuk meminta cerai (khulu) atau inisiatif meminta lebih dulu pada suami untuk berjima, Anissa mendapat kecaman keras dari Ayahnya. 

Jika semua suami mempunyai kesabaran dan pemahaman yang lusa bagaimana caranya menghargai wanita sebagai istri, mungkin tidak akan ada lagi atau setidaknya kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh para klien  Anissa di LSM tempatnya bekerja.

Bukan hanya di film saja, tapi pada kenyataannya masih banyak wanita yang memilih pasrah pada tekanan yang dialami. Hanya untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga dan nasib anak-anaknya jika tidak ada kehadiran suami untuk menafkahi anak-anak. Sangat menyedihkan, ya.

Ada salah satu adegan di film ini yang bikin saya pingin nangis yaitu ketika Anissa bermimpi bertemu almarhum ayahnya. Adegan berpelukan dalam film ini terasa mengharukan. Sekeras apapun  ayahnya mendidik, Anissa tidak pernah bisa membenci ayahnya. 

 Natur dan Nurtur

Sehebat apapun seorang wanita dan luasnya akses yang didapatkan untuk berekspresi, tetap saja ada kewajiban yang harus dijalankan. Ada hak ada kewajiban, kan? Misalnya saja,  secara alami seorang wanita tidak bisa mengalihkan kodratnya sebagai seorang calon ibu yang mengandung bayi dalam rahimnya. Tidak akan pernah bisa kodrat alam ini dipindahkan pada suaminya.  

Dari Khudori, Anissa dan santri wanita di pesantren mendapat dukungan dan pencerahan kalau semua wanita mempunyai hak yang sama untuk mengakses ilmu,  melaluinya dengan cara yang baik tanpa emosi. Meski menyebalkan, Anissa mematuhi saran Khudori. Ia berhasil mewujudkan membangun ruang perpustakaan di pesantren yang sudah lama dirindukan dirinya, juga para santri di sana. 


Dalam sesi diskusi yang juga menghadirkan Tya Subiakto (penata musik film PBS) dan Mellya Baskarani (aktris FTV dan Putri Muslimah 2014) ada beberapa hal menarik yang mengemuka dari tanya jawab dengan para santri.

Ketika minat baca (apalagi menulis) masih rendah di Indonesia, jika dilihat dalam perjalanan sejarah, ada banyak penulis-penulis yang bisa menginspirasi saat terkurung dalam penjara. Misalnya saja Profesor Hamka yang produktif menulis dari balik tembok penjara. 

Bagi Tya, Anissa  adalah sosok yang bisa menginspirasi para wnita untuk mewujudkan mimpi. Jangan pernah meremehkan mimpi, lho. Siapa yang tidak menyangka kalau kerennya arahan musik dari Tya sudah dirintis sejak masih berusia 10 tahun? Arahan musiknya dalam film Hafalan Salat Delisa juga yang mengantarkan Tya ke ajang Festival Film Internasional di Macau.

Untuk mewujudkan keinginan yang ingin dicapai ada 3 tips yang disampaikan oleh Tya, yaitu kemauan, kemampuan dan waktu. Dalam pandangan saya soal waktu ini yang selalu jadi alasan kita untuk memulainya. Ya, ga? :)

Sementara Mellya Baskarani tidak menampik kodratnya sebagai wanita. Meskipun ia punya mimpi bebas berekspresi dan berkarya, kodratnya sebagai wanita membuat dirinya bercita-cita untuk menjadi guru bahasa Inggris karena lebih fleksibel dalam hal waktu.


 ---

Share:

Saturday 22 April 2017

Kuliner Bumbu Kacang yang Bikin Kangen

Kalau ngomongin wisata kuliner di Bandung, bakalan ga ada habisnya. Dari dulu sampai sekarang selalu ada tempat makan yang baru. Dari yang murah sampai yang mahal. Dari yang olahan lokal sampai rasa interlokal eh  makanan luar (western, chinese food, arabian, korean dsb). Dari gerobak pinggir jalan sampai resto, dan dari cemilan ringan sampai makanan berat. Komplit. Ada yang disajikan pake kuah, digoreng biasa dengan bumbu saos atau dicemil biasa dengan tambahan cabe rawit misalnya. Slruuup... Saya yang ngetik jadi lapar sendiri :D
sumber foto: http://www.wisatabdg.com

Asiknya beberapa kuliner lokal Bandung levelnya udah naik lokal lho, disajikan di hotel-hotel saat ada jamuan. Misalnya semacam seblak, cilok, karedok, bakso tahu, Soto Bandung sampai Batagor Bandung. Diantara jajanan khas Bandung tadi, pasti pernah dong makannya pake plastik dan dicemil sambil jalan, di rumah/tempat kerja, di angkot atau lainnya.  Cilok dan batagor itu itu yang paling sering. Kalau bakso makannya pake plastik sepertinya ribet, ya. Aneh juga hahaha... Gimana coba ngabisin kuahnya? Diseruput?
dokumen pribadi
Sekarang udah banyak yang jualan batagor pake kuah seperti layaknya bakso. Tapi saya lebih suka batagor kering alia bumbu kacang.  Pemakaian kemasan plastik memang gak go green alias gak ramah lingkungan. Tapi lebih gak ramah lingkungan lagi kalau sisa plastiknya kita buang di mana aja.

Saya pernah lihat angkot yang gak banyak penumpang dan di dalamnya banyak sampah plastik berserakan. Ck ck ck.... Itu mamang sopirnya tau gak, sih?  Kalau tau, kayaknya bakal negur penmpang yang seenaknya nyampah. Zalim, iiih! Udah ngerjain yang punya angkot bisa memutus rejeki orang. Coba kalau misal pas angkotnya  lagi ngetem terus ada calon penumpang yang mau naik dan dia gak jadi naik karena lihat sampah yang tercecer itu, gimana?
sumber foto: radiob956fm.com
Mungkin bakal ada yang bilang gini, " Ya elah, Fi! Apa susahnya? Daripada si mamangnya  bengong nunggu penumpang mending beres-beresin kabin (duh, apa coba istilah yang pas?) penumpang? Ya ya ya... kalau kita yang ada di posisi mamang sopir angkot itu gimana? Atau yang nebeng mobil kita nyampah seenaknya. Kesel, gak? Kesel, kan?

Eh kenapa ini jadi bahas sampah, ya? Hehehe... Baiklah kita kembali ke topik. Kita bahas lagi soal makanan. Kalau yang bumbunya pake kacang bisa dicemil pake platik, itu gak berlaku buat lotek/karedok, sate atau pecel.

A post shared by Efi Fitriyyah (@efi_thea) on

A post shared by Efi Fitriyyah (@efi_thea) on

dokumen pribadi
Kalau lagi di mall, resto atau hotel pasti kita bakal jaim lah gak akan mengudap pake plastik. Jaim alias jaga image dikit. Malu, lah :).  Tapi pas lagi di rumah  mah, cuek aja.

Kalau lewat sekolah dan banyak tukang dagangan biasanya suka bikin kita kangen masa bocah dulu dan pengen  membelinya. Walaupun terkadang kehigienisannya meragukan. Pinter-pinternya kita aja samperin yang gerobaknya bersih, yang si mamang jualannya gak culas masukin platik ke minyak penggorengan biar katanya kriuk atau kekhawatiran lainnya. Kalau mau aman enaknya sih bikin sendiri (kalau gak ribet) atau beli di gerai-gerai kulineran yang udah kita yakini kalau bahan yang diolahnya emang aman dimakan. Ya, kan?





Share: