Apa rasanya kalau tiba-tiba HP kita ada yang melempar? Udah gitu jatuhnya ke genangan air pula. Aduh pengen nangis dan nyubit yang ngelempar tuh hp. Sialnya yang melempar hp itu malah pasang tampang innocent, cuek. Menganggap kalau itu ga masalah. Ngeselin, kan?
Itulah yang dirasakan oleh Saras (Karina Salim) saat meminta Salawaku (Elko Kastanya) memberikan hpnya yang tertinggal di sampan setelah mereka sudah sampai ke tepian. Saras yang awalnya tidak apa-apa harus sendirian balik lagi ke hotel tempatnya menginap malah balik lagi, bareng kembali dengan Salawaku sambil menunggu hpnya kembali kering.
Itu adalah adegan awal-awal di mana Saras yang sedang patah hati, traveling sendirian ke Pulau Seram bertemu dengan Salawaku yang sedang mencari kakaknya Binaiya (Raihaanun), - satu-satunya keluarga yang dimiliki - yang entah di mana. Saras sebagai gadis yang tumbuh di kota besar Jakarta tentu saja salah satu anak muda yang sangat update dengan gadget dan media sosialnya. Saras juga kaya dengan perbendaharaan kata khas gank milenia. Salawaku? Boro-boro ngerti dengan penting eksisnya di dunia maya, ketika kebekuan antara mereka mencair pun masih saja katrok kalau benda kira-kira ukuran 5 inch itu bisa digunakan untuk memotret.
Ide sederhana tentang patah hati yang banyak diangkat dalam film-film tentang cinta jadi menarik dengan kemasan 'culture shock'. Saras menemukan sifat Salawaku yang moody-an, polos tapi ngeselin. Kelihatannya malah jadi lucu menyaksikan 'gagal faham' yang terjadi.
Saras mulai terbiasa dengan hal-hal baru yang ditemuinya dengan sabar menjelaskannya pada Salawaku. Saras yang senang hpnya kembali menyala pun dengan rela hati jalan bareng Salawaku dan Kawanua ke pulau Piru mencari Binaiya.
Salawaku adalah film yang bergenre "road film", yang menghibur dengan indahnya panorama Pulau Seram yang 'gokil' dengan sunsetnya, lautanya yang bening serta keindahan taman laut atau memesonanya air terjun di sana. Sinyal yang susah ditemukan di sana pun jadi tidak ada apa-apanya. Lebih dari cukup mengalihkan dunia Saras yang sempat terusik 'cinta lokasi' dengan Kawanua (J-Flow), putra dari Upulaku (orang yang sangat dihormati di kampungnya).
Anyway, soal cinta lokasi itu seperti yang sudah-sudah, umurnya pendek nian. Jatuh cinta pada kesan pertama kadang tidak selalu indah. Dalam hitungan pendek bisa berubah 180 derajat ketika membangkitkan kenangan lama yang nyesekin. Ini bukan curhat tapi analisa saya selama nonton film ini. Suer deh :)
Labajua punya hati adalah ungkapan yang terngiang-ngiang setelah saya nonton film ini. Salawaku dan Kawanua juga manusia biasa. Manusia yang punya hati dengan segala kekurangannya. Sayang sekali, film Salawaku tidak bertahan lama di layar XXI Bandung. Kalau di kota kalian film ini masih tayang, saran saya buruan ke bioskop buat nonton deh. Lewat film ini kita tahu Indonesia itu juga bukan hanya indah dengan bentang alamnya. Keberagaman budaya setiap daerah menjadi hal yang tidak kalah menariknya. Saya jadi penasaran dengan kuliner papeda atau sagu yang punya filosofinya.
Mari tersenyum dan tertawa dalam getir bersama Saras, Salawaku, Bianiaya dan Kawanua. Jangan lupa seperti yang dibilang Saras: Like dan commentnya, ya hahaha.
iya..kak efi, karena yang datang akan pergi, begitu seterusnya siklus kehidupan..terkadang yang pergi juga datang kembali :)
ReplyDeleteKayaknya komen ini berbau curhat hihi. Peace ya, Danang.
DeleteHm, oke, curhat ditampung :)
ReplyDeleteAhaha... Terimaksih, Mak.
Deletewah jadi pingin nonton, masih ada gak ya
ReplyDeleteCoba saja cek webnya cineplex atau cgv, ya.
DeleteJarang banget nonton di bioskop semenjak ada Raya, palingan nunggu filmnya turun di tv atau dvd aja deh XD
ReplyDeleteTapi feelnya beda sih kalau nonton langsung di layar lebar.
DeleteApa iya ya masih ada orang yang belum pernah lihat hp? :D eh ya mungkin bisa juga. Salawaku kabarnya film festival ya.
ReplyDeleteMungkin lihat hp dengan fitur terbaru buat sebagian orang masih aneh. Iya, film ini pernah menang festival.
Delete