Hari itu, Elizabeth Santosa, M.Psi, SFP, ACC seorang psikolog cantik yang wajahnya mengingatkan saya sama aktris Happy Salma nanya gini sama audiens (termasuk saya):
"Mau anaknya sukses atau mau anaknya bahagia?"
Sebagian menjawab sukses, sebagian lagi menjawab bahagia. Sebagian lainnya terdengar menggumam pelan menjawab dua-duanya. Seolah ga yakin, ya karena emang opsinya cuma dua, bukan tiga :). Eh tau tidak? Ternyata jawaban yang mengingkan keduanya itu diamini oleh beliau, lho.
Katanya nih, sambil melanjutkan penjelasan, Elizabeth juga menginginkan anaknya sukses dan bahagia. Kedengerannya egois. Tapi yaaa, yakin deh, semua orangtua dan calon orangtua (iya saya maksudnya) pasti mengharapkan punya anak-anak yang sukses dan bahagia. Ya, kan? Duh, mules saya membayangkannya. Bukan apa-apa, effort untuk mewujudkannya ga gampang. Banyak hal yang harus dilalui dan diperjuangkan.
Rabu kemarin, tepatya tanggal 26 September 2018 bertempat di Ambrogio Patisserie, Jalan Banda No. 26 Bandung, LACTOGROW mengadakan talkshow dengan tema LACTOGROW Grow Happy.
Seneng sekali saya bisa menginvestasikan waktu untuk menyerap ilmu baru seputar tumbuh kembang anak yang membahas dari sisi psikologisnya dengan bahasa orang awam. Ga ada deh, yang ngantuk menyusup di sela-sela acara. Materi-materi yang disampaikan terasa begitu renyah, enak dicerna. Mata pun melek, dan perhatian tetap fokus. Paparan materi yang disampaikan 2 narasumber lainnya yaitu Gusti Kattani Maulani selaku Brand Manager Nestle LACTOGROW dan dr Fatima Safira Alatas PhD (dokter spesialis anak) pun ga kalah serunya. Banyak insight baru yang saya dapatkan dan dengan senang hati bakal saya share di sini. Yuk, simak terus, ya.
Gizi dan Kebahagiaan
Walaupun gizi yang diberikan cukup kalau ga dibarengi dengan rasa kebahagiaan, proses tumbuh kembang anak dari sisi psikologis akan terganggu. Masalahnya, di Indonesia masih banyak juga orang tua yang juga kurang aware soal pemenuhin gizinya. Sedih deh ngebayangin anak-anak yang terjebak dalam situasi seperti ini. Ya gizi kurang, afeksi (kasih sayang) juga ga cukup. Sebagai informasi nih, menurut paparan yang disampaikan oleh Gusti Kattani Maulani, hasil survey menemukan fakta kalau 3 dari 4 anak mengalami kekurangan asupan berupa energi, lemak dan zat besi.
Pantesan ya, kalau saya bandingin anak-anak di Barat mereka tuh badannya bongsor-bongsor. Asupan lemak yang cukup bisa memenuhi kebutuhan protein yang diperlukan buat tumbuh kembang fisiknya. Semenara itu di daerah-daerah atau pedesaan kekurangan zat besi pada anak-anak lebih banyak ditemukan. Hmmmm, kira-kira kenapa, ya? Padahal sayuran seperti bayam yang kaya akan zat besi kan bukan sesuatu hal yang mahal dibanding daging misalnya. Sepertinya edukasi atau tingkat kesadarannya masih kurang.
Konsep Bahagia dan Tumbuh Kembang Anak
Sesi kedua bersama Elizabeth ini yang paling saya sukai. Soalnya eksplorasi konsep kebahagiaan yang disampaikan aplikatif dengan keseharian orang-orang dewasa. Ga aneh sih, karena sebenarnya untuk menjadikan seoarang anak yang bahagia itu dimulai dari orangtuanya dulu. Kalau orangtuanya bahagia, ya anaknya juga bakal bahagia. Dari sini saya jadi sedikit lebih paham juga soal hormon yang dikaitkan dengan kebahagiaan yaitu hormon dopamin, oksitosin , serotonin dan endorfin. Dulu masih samar dan mbulet, apa sih bedanya?
Sederhananya gini, hormon dopamin itu berkaitan dengan rasa jatuh cinta, semangat, rasa percaya diri dan motivasi. Sementara hormon serotonin kaitannya erat dengan mood dan depresi. Kalau kadarnya cukup dalam tubuh kita, akan menghsailkan mood yang baik dan meredakan depresi. Sedangkan hormon oksitosin yang lebih sering dikaitkan dengan aktivitas seksual ternyata juga berpengaruh pada sifat keibuan seseorang. Psikologis yang stabil dari seorang ibu kan perlu dan berpengaruh banget dalam proses mendampingi tumbuh kembang anak. Makanya saya setuju dengan qoute yang dijelaskan di sesi ini, yaitu:
Happy Parents Resilient Children
Dari beberapa pengamatan yang pernah saya lakukan, suasana hati yang dialami ibu juga akan menular pada anak-anak. So, pesan saya buat para ayah dan calon ayah, baik-baiklah dan perlakukan emaknya anak-anak agar mereka bisa membesarkan anak-anak yang bahagia.
Ngomong-ngomong soal anak-anak yang bahagia ternyata mereka punya potensi lebih besar jadi orang yang berhasil. lho. Bukan cuma isapan jempol atau angan-angan muluk. Penjelasan sederhananya gini, kalau anak-anak dibesarkan dalam keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang dia akan bersemangat untuk ke sekolah, bernteraksi dengan teman-teman dan kemampuan otaknya untuk menyerap informasi juga jadi lebih baik.
Konsep kebahagiaan pada anak juga dijelaskan dari sisi motivasi dan kepercayaan diri. Ada baiknya anak-anak terutama pada usia 4-5 tahun mereka dibantu untuk menemukan skill yang mereka miliki. Mereka yang berhasil menemukannya akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Karena pada usia ini mereka butuh pengakuan, bisa melakukan sebuah pencapaian karena usahanya sendiri. Bukan dibantu orangtuanya. Kebayang kan, kayak gimana? Ga harus sesuatu hal yang wah, dan spektakuler. Untuk hal-hal sederhana pun bisa jadi kebanggan buat mereka.
Di sela-sela materi, para audiens diajak untuk mengisi kartu yang berisi pertanyaan. Sederhana padahal, tapi lumayan bikin saya mikir keras ngisinya. Selain diminta untuk menyebutkan hal-hal yang membahagiakan dalam 7 hari terakhir beberapa pertanyaan berikut ini juga diminta untuk diisi:
- Saya mencintai diri saya sendiri karena....
- Saya berbakat dalam hal.....
- Saya merasa bahagia jika...
- Menurut orang terdeka saya, saya berbakat dalam hal...
- Orang terdekat saya memuji sikap positif saya, yaitu....
Gimana, bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas ini dalam waktu singkat?
Wait, tadi saya belum bahas soal hormon endorfin kan, ya? Nah, ini yang menarik karena hormon endorfin yang juga menghadirkan rasa bahagia bisa dihasilkan ketika kita sudah bekerja atau melakukan aktivitas. Ini juga PR banget buat saya karena kebanyakan aktivitas dilakukan kalau ga di depan laptop yang ngetik di layar HP, menyelesaikan kordinasi ini itu dari chat WA :).
Sebenernya itu bukan alasan buat saya untuk tidak bergerak. Karena memang aktivitas fisik itu diperlukan. Makanya, ga heran kalau Michelle Obama juga mengampanyekan agar anak-anak dan orangtua lebih banyak bergerak. manfaatnya ganda, ya bahagia ya mengurangi masalah obesitas yang emang banyak ditemukan di Amrik sana. Seru juga lho, karena kami juga diajak untuk mengikuti gerakan joged yang mirip aerobik ini di layar yang ada di sisi panggung.
Yang saya highlight juga dari sesi psikologi ini adalah hal-hal berikut:
- Bahagia itu damai karena membentuk karakter anak ketika anak dewasa
- Perbanyak aktivitas yang bisa membuat anak bahagia termasuk diantaranya melibatkan diri dengan aktivitas dunia anak.
- Kalau nanya pun bukan asal nanya, buatlah si anak antusias bercerita tentang teman-teman atau peristiwa yang dialaminya di sekolah misalnya.
- Berikan waktu tidur yang cukup buat anak
- Berikan cinta tanpa syarat
- Bahagia mahal karena perlu usaha
Sumber kebahagiaan itu ada banyak. Kondisi yang sifatnya afektif (tertawa, damai,vpemenuhan diri), negatif afektif (marah, sedih, curiga) dan tingkat kepuasan hidup juga perlu dipahami agar bisa mengajarkan pada anak, bagaimana sih arti kebahagiaan yang sesungguhnya.
Hal sederhana dalam interaksi sehari-hari yang melibatkan emosi misalnya saja ketika kita berjabat tangan dengan orang lain. Pertanyaan apa kabar sesungguhnya punya makna yang dalam, bukan hanya jawaban yang basi-basi sepetrti alhamdulillah, sehat. Kontak mata yang dilakukan ketika berkomunikasi dengan orang lain juga berperan secara emosional. Sesuatu hal yang sering kita abaikan padahal punya arti penting.
Kebahagiaan dan Tumbuh kembang Anak dari Sisi Medis
Sesi dari sudut pandang medis yang disampaikan oleh dr Fatima pun ga kalah apiknya. Dokter yang cantiknya mengingatkan saya sama Maudy Koesnadi ini, bercerita pentingnya bakteri baik (probiotik) yang diperlukan oleh tubuh anak terutama dalam 1.000 hari pertama masa tumbuh kembangnya. Gizi yang tidak tercukupi anak membuat seorang anak rentan mengalami stunting, anemia dan sulit berkonsentrasi.
dr Fatima yang spesialisasinya fokus pada masalah salur cerna anak menjelaskan jika pencernaan seorang anak sehat bukan saja akan memiliki daya tahan dan salur cerna yang baik. Fungsi-fungsi organ dalam tubuhnya juga akan bekerja optimal, memiliki komposisi tubuh dan potensi genetik yang baik dan juga memiliki rasa bahagia .
Saluran cerna yang baik dan daya konsentrasi juga saling terhubung, karena kondisi otak berpengaruh juga terhadap saluran cerna. Pantesan ya, kalau saya lagi stres untuk hal sepele nyari sesuatu dalam waktu terbatas, tiba-tiba saja perut saya terasa mules ga jelas. Begitu barang yang dicari ketemu mulesnya hilang, sirna seketika.
Untuk menjaga saluran cerna dalam keadaan sehat, bakteri yang baik dalam jumlah yang cukup juga diperlukan, Menariknya tidak ada batasan jumlah maksimal bakteri baik dalam usus, lho. Semakin banyak bakteri baik dalam usus, akan membantu penyerapan nutrisi yang dibutuhkan anak selain melawan bakteri jahat dalam tubuh.
Dalam 1.000 hari pertama masa tumbuh kembang anaknya, dr Fatima juga tetap menekankan peran penting ASI bagi anak. Gizi yang terkandung dalam ASI itu paling juara, terutama untuk anak di bawah usia 6 bulan. ASI yang cukup diterima oleh anak akan menciptakan lingkungan asam di usus, sangat ideal untuk mendukung pertumbuhan bakteri baik. Selain itu ASI juga meningkatkan antibodi, membantu sekresi lendir-lendir yang dibutuhkan usus. Bila anak sering sakit bukan saja pertumbuhan fisiknya jadi terhambat, tapi ia juga cenderung mudah sedih dan murung.
Untuk mendukung gizi yang cukup bagi anak, beberapa hal ini perlu diperhatikan:
- Perhatikan komposisi gizi anak, jangan sampai kebanyakan gula dalam menu makan sehari-harinya, karena kebutuhan kalori anak hanya 30%.
- Kebutuhan susu bagi anak di atas 2 tahun hanya 400-500 cc/hari Selebihnya tetap harus dipenuhivmelalui asupan makanan.
- Makanan harus bervariasi, harus dicoba dengan memberikan pilihan berbagai menu, bukan mengikuti maunya anak.
- Makanan berfermentasi seperti tahu dan tempe baik karena mengandung probiotik yang dibutuhkan tubuh/usus anak.
- Bila anak sakit, perhatikan juga, jangan sampai kebanyakan antibiotik, karena akan memicu berkembangnya bakteri buruk.
- Selain mencegah penyakit yang berurusan dengan saluran cerna seperti daire, kembung, sembelit, probiotik juga membantu regenerasi sel tubuh, bakteri baik (lactobacillus) juga ternyata membantu menyerap vitamin D. Meski demikian, aktivitas dan sinar matahari juga tetap harus diupayakan terpenuhi.
Jelas banget untuk membesarkan seorang anak dengan bahagia, dibutuhkan keselerasan antara nutrisi, stimulasi serta keterlibatan orangtua dalam membangun masa-masa yang disebut Happy Grow itu tadi. Kampanye Grow Happy Parenting terus digalakkan oleh Nestle selaku produsen LACTOGROW - yang diperkaya dengan DHA, kalsium, minyak ikan dan Lactobacillus reuteri, - terus dilakukan. Selain melalui workshop/talkshow juga dengan edukasi di media sosial mengenai pola asuh dan tips-tips pola asuh anak dan informasi nutrisi yang cukup dan seimbang bagi anak.