Saturday 22 December 2012

Kinanthi - Terlahir Kembali

Judul : Kinanthi - Terlahir Kembali
Penulis : Tasaro GK
Halaman : 44 halaman
Penerbit : Bentang
Cetakan : November – 2012
ISBN :978-602-8811-90-3
Harga : Rp. 64.000,00

Bebicara tentang TKW yang membenak di kepala kita adalah kebanyakan wanita muda yang bekerja sebagai (maaf) pembantu di negeri arab sana, dengan bekal skill pas-pasan, mendapat manjikan yang bengis dan nyaris terbunuh atau berakhir dengan hukuman mati lalu kembali ke tanah air tinggal nama, atau paling tidak membawa “oleh-oleh” luka dan lebam di sana-sini.

Pernah terbayang, bagaimana satu-dua dari mereka bisa lolos dari 'neraka' negeri gurun itu dan menemukan kehidupan yang lebih baik, lalu berubah menjadi seseorang yang jauh berbeda? Lebih baik dalam ekonomi, tentu saja. Dalam kisah nyata, rasanya mustahil, ya? Tapi setidaknya kita akan menemukan kisah itu dalam novel Kinanthi : Terlahir Kembali yang ditulis oleh Tasaro GK.
Novel Kinanthi : Terlahir Kembali ini bukan merupakan lanjutan dari novel Galaksi Kinanthi yang ditulis oleh penulis yang sama. Meski demikian, Novel Kinanthi ini adalah penyempurnaan dari buku sebelumnya dengan penambahan di beberapa bagian, tanpa merubah inti cerita.

Dalam novel ini dikisahkan Kinanthi yang kelahirannya seolah tidak diharapkan. Perlakuan ibu kandung yang dingin ditambah status sosial ayah kandungnya yang dicap buruk, membuat Kinanthi seorang gadis desa dikucilkan oleh masyarakat di dusun tempatnya tinggal, kecuali Ajuj yang berbaik hati mau bersahabat dengannya. Bukan cuma bersahabat, Ajuj juga yang selalu menolong Kinanthi dari perlakuan warga dusun yang tidak mengenakan, bahkan Ajuj pula yang menangis saat harus berpisah dengan Kinanthi demi lima puluh kilogram beras sebagai penukar yang diterima oleh ayah Kinanthi.


Kehidupan Kinanthi di tempat tinggalnya yang baru ternyata tidak lebih baik. Ia mendapati sahabatnya meninggal ditambah kematian kakak kelasnya membuat Kinanthi semakin tertutup. Kinanthi juga harus tabah menerima kenyataan ketika usianya dimanipulasi agar bisa dikirim sebagai TKW ke arab. Tiba di Arab, lagi-lagi Kinanthi mendapat kenyataan hidup yang tidak bersahabat. Berganti-ganti Kinanthi mendapat perlakuan majikan yang kejam dan melecehkannya, akhirnya Kinanthi berhasil mendapat pertolongan dari Miranda, seorang warga negara Indonesia yang bekerja sebagai penerjemah di sebuah pengadilan di Amerika Serikat.

Perlahan, Kinanthi mulai mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kinanthi diadopsi oleh Asma, seorang warga keturunan India. Bersama Asma, Kinanthi mendapat kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang menjanjikan masa depan yang sempat terendap. Kinanthi berhasil mendapat pendidikan yang tinggi hingga S-3, mengantarkannya pada puncak karir yang cemerlang, menjadi pembicara di berbagai seminar, buku-buku kedokteran yang ditulisnya bahkan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia dan tentu saja materi yang berlimpah.

Meski hampir semua sudah direngkuhnya, Kinanthi tetap merasakan kekosongan. Bayangan Ajuj, sahabat masa kecilnya tidak mudah dilupakan begitu saja. Lebih dari seratus surat yang ditulis Kinanthi untuk Ajuj sejak ia tinggal di Bandung tidak pernah mendapatkan satupun balasan. Kinanthi hanya bisa menatap galaksi cinta, gugusan gelap dibawah rasi Gubuk Penceng atau rasi Crux yang selalu diceritakan Ajuj, menjadi penawar rindunya. Kinanthi selalu mengingat ucapan Ajuj, “Nanti, kalau kita tidak bersama lagi, terus kamu mau cari aku, kamu lihat aja ke langit sana Thi, cari Gubuk Penceng. Dibawahnya ada galaksi yang tidak terlihat. Namanya galaksi cinta. Aku ada disitu.”

Membaca novel Kinanthi ini, rasanya seperti membaca novel terjemahan. Novel yang kaya dengan berbagai disiplin ilmu. Tasaro dengan lincah mengajak kita berkelana, mulai dari menyusuri dusun di kaki Gunung Kidul yang terbelakang dengan kultur masyarakatnya yang kental dengan ritual kejawen, lalu bergeser ke Bandung yang sejuk, lalu melompat ke panasnya udara yang membekap jazirah arab hingga terdampar ke Amerika yang masyarakatnya yang multi etnis dan modern.

Dengan judul setiap babnya yang mengadopsi nama rasi bintang, novel Kinanthi bukan cuma bertutur tentang hak wanita di Indonesia dan berbagai negara lainnya. Prosedur hukum yang berbeda antara Arab dan Amerika, perbedaan ber-aqidah dalam menjalankan kehidupan beragama di kalangan masyarakat jawa yang masih lugu, pandangan beragama yang sekuler , hingga kenekatan Asma mengimami shalat di gereja dengan imam wanita mengingatkan kita pada sosok Aminah Wadud yang kontroversial dengan ulahnya itu.

Kinanthi juga mengajak kita mengelilingi beberapa sudut kota di AS, menjelejahi Great Plains yang membentang dari Missisipi hingga Rocky Mountain. Seperti dalam novel Tasaro lainnya, Muhammad 2 : Para Pengeja Hujan, eksotisme Tibet kembali diangkat oleh Tasaro dalam novel ini. Ini bisa kita simak dalam diskusi hangat antara Kinanthi dengan Zaxhi, seorang editor yang juga sahabatnya, tentang poliandri. Pendeknya, novel ini bukan melulu berbicara tentang romantisme kerinduan dua sahabat yang terpisah hampir dua puluh tahun. Latar Belakang Penulis yang pernah berkecimpung dalam dunia penerbitan membuat kita sebagai pembaca juga sedikitnya mengetahui bagaimana proses sebuah buku layak untuk diterbitkan.

Bagaimana pergulatan Kinanthi mendamaikan hatinya yang didera perasaan nelangsanya? Karena suatu saat, mencintai adalah memutar hati tanpa seseorang yang engkau sayangi. Sebab, dengan atau atau tanpa seseorang yang engkau kasihi, hidup harus terus dijalani.
Nah, apakah Kinanthi berhasil menemukan kembali Ajuj? Mengapa tidak satupun surat-surat Kinanthi tidak dibalas oleh Ajuj, dan bagaimana perasaan Ajuj sesungguhnya setelah berpisah dengan Kinanthi? Baca saja novel yang kaya gizi ini.Saya jamin. :)
Share:

Like a Dessert Miss the Rain

Aku kembali.
Setelah belasan tahun meninggalkan rumah ini. Tunggu sebentar. Aku tidak meninggalkan rumah ini, tapi meninggalkan kota ini.
Semuanya masih sama, tidak ada yang berubah. Kecuali satu, pohon yang aku tanam dulu di halaman rumah ini sudah meranggas dimakan kemarau. Ibuku bilang, sudah tiga tahun berlalu langit di sini malu-malu menumpahkan rinainya, rinai yang biasa kita rayakan acapkali kita pulang sekolah.

Hujan, itu kan yang selalu engkau sambut dengan lengkung sumringah di sudut bibirmu itu? Tak peduli seberapa suntuknya hari itu berlalu, kekesalanmu pada guru Fisika nan killer itu seakan luluh, hanyut bersama buliran hujan.

Aku menatap pohon itu. Masih ingatkah kamu?

Share:

Monday 17 December 2012

Judul                :  La Taias for Akhwat :  Muslimat, Tersenyumlah!
Penulis             :  Honey Miftahuljannah
Dimensi              :  13,5 x 20 cm
 Tebal                :  192 halaman
ISBN                :  978-979-22-8967-1
Penerbit            :  Penerbit Kalil (Imprint PT. Gramedia Pustaka Utama), Jakarta
Cetakan            :  I, Jakarta 2012
Harga               :  Rp. 45.000,00


Fhay menatap nanar sosok yang berlalu. Sosok yang membuat suasana hatinya tidak karuan selama megikuti ‘pesantren cinta’. Getar-getar cinta, kekalutan dan ketakutan berbaur dalam ruang hatinya. Fhay tidak pernah  meminta rasa cinta itu hadir, hingga reaksi sinis dari sekelilingnya membuat Fhay semakin galau.
Fhay beruntung mempunyai sahabat-sahabat yang saling menguatkan dan seorang kakak mentor yang membantu menenangkan kekalutannya hingga Fhay rela melepas rasa cinta yang belum saatnya hadir itu.

Itu adalah sepenggal dari sekian kisah yang diangkat dalam buku La Taias For Akhwat : Muslimat,Tersenyumlah yang ditulis oleh Honey Miftahuljannah.

Dengan cover pink yang  eye catching,  buku ini mengulas kumpulan kisah para akhwat yang berbagi sisi lain kisah hidupnya. Buku ini dibagi dalam enam bab :  Ya, Kamu Spesial, Ketika Aku Berjilbab, Sampaikanlah Walupun Satu Ayat dan Cinta , bertasbihlah, Girls, Please Dont Cry, serta The Inspiring Woman.
 Kisah cinta yang menggores hati, pergulatan seorang wanita yang berusah menepis rasa yang tidak semestinya, pertolongan Allah yang datang dalam waktu yang tepat,  beberapa kisah lainnya dari para shahabiyah dan  kisah-kisah lainnya  yang menjadi titik balik para akhwat menemukan hidayah-Nya dikemas dengan apik dan renyah.

Meski buku ini merupakan buku solo perdana, dunia penulisan bukan merupakan hal yang baru bagi Honey Miftahuljannah. Bersama para penulis lainnya, Honey juga menjadi kontributor  beberapa buku antologi seperti  Ngaji Yuk,  Baby Traveller, Amazing Moms, For The Love of Mom.

Lewat buku ini,penulis mengajak pembaca untuk mentafakuri setiap episode perjalanan hidup. Setiap kesedihan yang tertorehkan,ada janji indah yang sudah Allah siapkan jika kita sabar menjalaninya. Hikmah indah yang kita petik dari setiap kisah  didalamnya menyadarkan kita bahwa kita tidak sendirian menghadapi ujian-Nya, setiap cobaan yang diberikan Allah tidak melebihi ambang batas  kemampuan bahu seseorang memikulnya.

Secara pribadi,keasyikan saya untuk membaca buku ini agak terganggu dengan lay out bukunya. Jika buku ini cetak ulang (insya Allah), ada baiknya kalau dicetak dengan lay out rata kiri kanan yang seimbang.

Muslimat,Tersenyumlah adalah buku perdana dari rangkaian seri La Taias yang terbit di penghujung tahun 2012 ini. Jika anda penggemar kisah-kisah inspiratif penguat hati seperti buku-bukunya Asma Nadia,buku ini sangat saya rekomendasikan untuk menjadi salah satu penghuni deretan koleksi buku anda.

Seperti yang dikatakan penulis : Muslimat, Tersenyumlah! Karen tidak ada cobaan yang tidak bisa kita taklukan.Juga karena dunia  jadi lebih indah saat kita tersenyum, sedahsyat apapun gelombang menerjang.
Share:

Friday 14 December 2012

Janur Kuning



(Awal Oktober 2011 kemarin aku mengikuti pelatihan menulis yang diselenggarakan IIDN Bandung. Semua peserta wajib membawa naskah cerpennya buat dikoreksi narsum (Teh Triani Retno a.k.a Teh Eno dan Suyatno Pamungkas). Ternyata oh ternyata banyak sekali yang dikoreksinya. Cerpen ini sudah aku perbaiki dari naskah sebelumnya, mulai dari ejaan, tanda baca sampai konfliknya. Mudah-mudahan ke depannya bisa nulis cerpen yang lebih baik lagi). 

“Ayolah Cit, temeni aku yaa? Please…” bujuk Mira setengah memelas. “Kamu tahu kan, kalo seorang perempuan dan seorang laki-laki berduaan yang ketiganya itu,…”

“Setan!” potong Citra. “Nah, itulah Mir. Kalo aku ikut, aku jadi setannya dong?ogah ah. Emang enak jadi kambing conge?”

“Ih Cit, yang bilang kamu setan atau kambing itu siapa?” Mira tertawa geli. “Sebentar aja. Bapak sama ibu kan lagi pergi. Kalau mereka udah dateng, kamu boleh pulang kok.”

Citra melongok ke jendela, sebentar lagi hujan turun, tidak ada salahnya menemani Mira sahabatnya ini. Lagi pula Citra penasaran dengan sosok Agas, calon dokter yang bakal datang  berkunjung sore itu. “Baiklah, tapi nanti traktir aku ya.!”

 “Anything,” Mira memeluk Citra senang sambil menjawil pipi  Citra yang tembam  mirip bakpau.

Citra meringis, “Mir, kira-kira dong.  pipiku ini ga diasuransiin. Kalo melorot gimana?”
Assalamualaikum!  bel di depan pintu berbunyi.

“Nah, itu dia,” Mira terlonjak dari kursi. “Kamu bukain dulu pintu ya, aku ganti baju sama pake berego dulu.
“Waalaikumsalam,” Citra membukakan pintu. Sesosok tubuh menjulang berdiri di hadapannya, tersenyum kikuk sambil membetulkan kaca-matanya.  “Silahkan masuk, aku panggil Mira dulu, ya.” 

 Tidak sampai lima menit, mereka bertiga larut dalam obrolan. Agas ternyata enak diajak ngobrol, berbeda 180 derajat dengan penampilannya yang cuek plus kacamata tebalnya itu yang justru membuatnya terlihat cool. Mira mengenal Agas lewat Yudi teman kuliahnya dulu. Agas yang sedang menjalani co-ass di sebuah rumah sakit swasta itu juga ternyata penggemar berat bola, sama maniaknya dengan Mira dan Citra. Maka semakin mengalirlah obrolan sore itu.

“Kalo aku sakit, ga usah cari dokter lain ya Mir. Berobat aja sama Agas, gratis kan?” canda Citra.“Boleh, tapi kamu kudu jadi upik abu dulu.”      

Share:

Sunday 25 November 2012

Sepotong Cerita dari Rumah Sakit

Rumah sakit? Entah itu rumah sakit besar atau rumah sakit kecil, begitu mendengar yang terbersit di benak saya adalah sebuah tempat yang tidak enak, meski kelas VIP sekalipun. Mulai dari aroma eter yang menusuk hidung, jarum suntik, belalai infus, kasur berseprai putih, kursi roda sampai ruang operasi. “Jangan sampai saya ngalamin dirawat di RS, kecuali kalau melahirkan,” begitu yang selalu terpikirkan.
Seumur hidup pun saya belum pernah merasakan dirawat di rumah sakit, kecuali menengok atau menunggui mama dan apa (sebutan buat orang tua saya) waktu mereka sakit.Itu pun jarang sekali. Alhamdulillah, keduanya jarang mengalami sakit yang serius.
Manusia punya harapan tapi Allah juga yang punya rencana lain. 16 Oktober 2012 silam adalah awal semuanya. Selasa sore, ditengah jam les bahasa Inggris yang saya ikuti  perut saya terasa mulas melilit. Beberapa hari sebelumnya memang perut saya rasanya tidak nyaman. Saya pikir cuma masalah kecil saja.

Share:

Saturday 10 November 2012

Bidadari-bidadari Surga




Judul               : Bidadari-bidadari Surga
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Republika - 2008
Halaman          : vi + 368
ISBN               : 978-979-1102-26-1
Dimensi           : 20,5 x 13,5 cm


Laisa mengabaikan kengerian  yang menyelimuti kaki gunung Kendeng yang selama ini menghantui warga kampung sekaliguas menyisakan trauma yang mengiris masa lalunya.  Dibalut dengan perasaan cemas, Laisa ditemani Dalimunte menembus pekatnya rimba di kaki gunung Kendeng  untuk mencari Ikanuri dan Wibisana, dua adiknya yang bandel. 
Insting Laisa yang tajam berhasil menuntunnya menemukan tiga ekor harimau hutan yang siap memangsa kedua adiknya itu. Sementara Laisa mempertaruhkan nyawanya, ia membiarkan ketiga adiknya  menyelamatkan diri. Laisa pasrah  mengorbankan dirinya diterkam harimau. Demi melihat Laisa yang berurai air mata sambil  memohon-mohon, ketiga harimau itu urung menerkamnya dan meninggalkan Laisa begitu saja.
Itu adalah sepenggal bagian dalam novel Bidadari-Bidadari Surga yang ditulis Tere Liye yang sangat menyentuh.
Nah, siapa yang tidak kenal dengan Tere Liye? Setelah novelnya Hafalan Shalat Delisha diangkat ke layar lebar, semakin banyak orang yang ngeh dengan keberadaan novelis asal lampung ini. Hampir semua novel-novel Tere Liye membuat mata para pembacanya berembun dan tidak jarang meluruhkan buliran air mata, termasuk diantaranya novel Bidadari-bidadari Surga ini.

Bidadari-bidadari Surga menceritakan seorang perempuan berhati lembut namun juga tangguh setegar karang bernama Laisa. Laisa mempunyai adik 4 adik; Dalimunte, si kembar Ikanuri dan Wibisana serta Yashinta. Pengorbanan Laisa untuk berhenti sekolah membantu ibunya mencari nafkah berbuah manis. Keempat adik-adiknya berhasil menyelesaikan sekolah hingga berhasil. Dalimunte menjadi seorang peneliti fisika, Ikanuri dan Wibisana yang gemar dunia otomotif dan menyelesaikan tender sasis mobil terkenal asal Italia dan Yashinta yang menjadi peneliti hewan.
Secara fisik, Laisa jauh dari gambaran cantik kebanyakan seorang perempuan. Laisa bertubuh gempal, berambut gimbal, berkulit hitam. Kekurangan fisik yang membuatnya sullit mendaaptkan jodoh hingga usianya menjelang empat puluh tahun. Tak tega melangkahi kakaknya,  membuat Dalimunte nyaris mengabaikan Cie Hui, gadis yang dicintainya.  Laisa memaksa Dalimunte  mengejar Cie Hui ke bandara. Upaya itu berhasil,Dali, panggilan Dalimunte akhirnya berhasil melamarnya Cie Hui yang turun dari pesawat sesaat sebelum  lepas landas. Setali tiga uang dengan Dali,  Yashinta yang begitu mencintai Laisa, bersikeras tidak mau melangkahi Laisa hingga membuat Goughsky yang naksir berat nyaris frustasi dan menjulukinya Miss Headstone.
Seperti kebanyakan novel Tere Liye lainnya, Bidadari-bidadari Surga ini dikemas dalam alur maju mundur, dialog-dialog yang sarat dengan pesan kehidupan serta tentu saja diksi yang apik dan menyentuh. Bukan itu saja, meski  berlatar belakang sarjana Ekonomi, Tere Liye juga piawai mengurai banyak hal-hal lain diluar sastra. Uraian ceramah Dalimunte yang berbau sains tentang badai elektromagnetik antar galaksi, pesona alam Semeru dengan deskripsi yang detil, konservasi populasi harimau yang semakin memprihatinkan atau tehnik menggerakan kincir angin dengan menggunakan bambu, membuat novel ini juga membuat wawasan para pembacanya semakin bertambah.
Secara tersirat, Tere Liye menyampaikan pesan kecantikanseorang perempuan bukan hanya karena pesona fisik semata, ketulusan hati dan hati setegar karang membuat Laisa layak dicemburui para  bidadari surga dibalik kekurangan fisiknya itu.
Bagaimana jatuh bangun perjuangan Laisa menyokong keempat adiknya menyelesaikn pendidikan hingga berhasil? Atau sikap Laisa terhadap suara-suara sumbang yang memandang sinis kekurangan fisiknya? Kisah Cinta Dalimunte dengan Cie Hui atau kenekatan Goughsky mengejar Yashinta? Bagaimana lika-liku Ikanuri dan Wibisana  segera mencari penerbangan pertama ke Indonesia, atau Yashinta yang bergegas menuruni  Gunung Semeru meninggalkan pesona alap-alap yang sedang ditelitinya demi kakak mereka Laisa? Jika ia berhasil mendesak Dalimunte untuk melangkahinya, apakah ia juga berhasil membujuk Yashinta untuk menikah dengan Goughsky? Nah, sebelum menonton filmnya nanti, saya berani jamin tidak ada ruginya untuk membaca dulu buku ini.
Share:

Friday 9 November 2012

Back to School





Akhirnya, setelah 3 minggu cuti, saya kembali masuk sekolah. Bosan rasanya terkapar dan cuma berbaring di tempat tidur. Meski selama sakit itu dua buku selesai saya baca.
Maka, rabu kemarin saya memutuskan kembali bekerja, masih dalam masa pemulihan jadi  mobilitasnya pun masih 'slow motion'.
Saat saya datang, anak-anak kelas empat yang sedang berolahraga melihat saya. Beberapa anak berseru,"eh ada bu Efi. Ada bu Efi."
Kontan saja mereka meninggalkan lapangan, menyerbu saya dan menyodorkan tangan mengajak bersalaman. 
Meski belum pulih 100% rasanya terharu sekali mendapat sambutan dari mereka, padahal saya enggak ngajar mereka.

Ah, nikmat sehat itu memng berharga sekali. "Sambutan kecil"pagi itu sungguh berartibuat saya.


*picture taken from 
Share:

Monday 5 November 2012

The Alchemyst



Judul : The Alchemyst (The Secrets of Nicholas Flamel)
Penulis : Michael Scott -2007
Penerbit : Matahati
Alih Bahasa : Berliani M. Nugrahani
Halaman : 503 Halaman
ISBN : 979-1141-22-3
Ukuran : 14 x 21 cm

Apa yang terlintas dibenak kita jika terlibat dalam peseteruan para penyihir dari masa silam dan bertempur melawan Bastet salah satu dewi dalam mitologi Mesir?

Itulah yang dirasakan oleh si kembar  Sophie dan Josh, putra-putri dari pasangan arkeolog Richard dan Sara Newman. Terobsesi memiliki mobil membuat  keduanya memutuskan untuk tinggal dengan bibi Agnes dan mencari kerja part time.  Josh diterima sebagai asisten di sebuah toko buku, sementara Sophie bekerja di sebuah café. Tempat keduanya bekerja hanya dipisahkan oleh ruas jalan di salah satu sudut kota San Fransisco.

Semuanya berjalan normal hingga satu hari keributan yang terjadi di toko Nick Fleming tempat Josh bekerja merubah semuanya. Kemunculan tamu aneh yang menarik perhatian Sophie membuat huru hara ditoko buku milik Nick.  John Dee -  seteru lama Nick Fleming alias Nicholas Flammel- bersama para Golem ciptannya  datang  berusaha merebut Codex, catatan rahasia milik Flamel. 

Josh berusaha membantu Fleming mempertahankan Codex. Saat Dee menocoba merebut buku itu, Josh hanya bisa mempertahankan dua halaman terakhir Codex,  sedangkan Dee bukan saja berhasil merebut Codex,  ia juga berhasil menculik Perenelle atau yang lebih dikenal Perry.

Mau tidak mau kejadian ini membuat jati diri Fleming terungkap  di depan si kembar Newman, setelah ‘perang sihir’ yang menyisakan kekacauan yang sulit dijelaskan dengan akal disaksikan keduanya.

Mengetahui  Josh berhasil merobek dua halaman terakhir  Codex , Fleming atau Flamel menyadari nyawa si kembar juga turut terancam.  Bersama Scathach - vampire yang terjebak dalam tubuh seorag gadis remaja - mereka berempat bergegas meninggalkan San Fransisco menemui Hekate  salah seorang Tetua untuk meminta pertolongan.


Sementara di tempat lain Dee menyadari dua halaman terakhir bagian terpenting dari Codex telah hilang. Dee segera menghubungi Morrigan,salah satu tetua gelap untuk meminta bantuan mengejar  Flamel dan kawan-kawan.  Josh remaja tanggung berusia 15 tahun itu memacu kendaraannya di tengah kepadatan lalulintas San Fransisco sambil berusaha berkelit dari  kejaran ribuan gagak yang dikirim Morrigan.

Flamel dan kawan-kawan memang berhasil lolos dari kejaran ‘tentara’ kiriman Morrigan dan menemui Hekate di alam bayangan.  Tapi Dee yang licin juga tidak mau menyerah.  Pertempuran sengit antara  Flamel dan kawan-kawan melawan Dee berlanjut di alam bayangan Hekate.

Michael Scott, penulis buku ini bertutur dengan lincah kisah fantasi The Alchemyst. The Alchemyst adalah logi pertama dari 6 logi yang dibuatnya (The Alchemyst, The Magician, The Sorcerer, The Necromancer, The Warlock dan The Enchantress - yang dirilis tahun 2012 ini).

Scott juga dengan cerdas mengurai fakta sejarah dan mitos dengan bahasa yang renyah dan mudah dicerna. Beberapa hal diantaranya,  seperti rekayasa DNA, penemuan manusia bajang  di Flores atau The Hobbit dari Indonesia,  Kebakaran besar di London pada tahun 1666, tenggelamnya Danu Talis atau samudra Atlantis yang masih jadi perdebatan hingga kini, legenda Joan of Arc, Tutankhament raja Mesir yang mati muda hingga pedang Excalibur peninggalan King Arthur.

Sejak bab pertama, hingga halaman terakhir kita disuguhi narasi yang sarat dengan fantasi yang luar biasa. Jebakan-jebakan maut seperti di dalam kuburan-kuburan kuno, Adu kekuatan sihir,  munculnye kembali Pterosaurus, biantang purba  bertubuh ular yang mempunyai sayap seperti kelelawar dan mahluk-mhaluk aneh ciptaan para penyihir membuat kita asik menekuri halaman demi halaman mengikuti petualangan si kembar Sohie dan Josh.

Jika kita mencoba mengetik nama Nicholas Flamel, Perenelle Delamere  dan Dr John Dee dalam perambah Google, akan kita temukan ribuan artikel tentang mereka. Menarik sekali karena mereka bukan sekedar dongeng,tapi memang pernah ada. Bahkan rumah  peninggalan Flamel dari abad 14 masih anggun berdiri di sudut kota Paris dan menjadi salah hostel sekaligus  satu bangunan bersejarah.

Sementara Dr John Dee sendiri adalah seorang ahli astrologi, astronomi, matematika,  penyihir, dan mata-mata  yang dekat dengan ratu Elizabeth I. Dee juga yang memilih tanggal 15 Januari 1559 sebagai tanggal penobatan sang ratu. Dalam aksi spionasenya, Dee selalu menggunakan sandi 007 dalam surat-surat rahasianya, ratusan tahun lebih awal sebelum Ian Fleming menciptakan tokoh James Bond! 

Kabarnya buku ini sedang digarap untuk diangkat kelayar lebar dan akan dirilis pada bulan Februari tahun 2013. Hmmm, bisa kita bayangkan ya bagaimana  efek canggih yang divisualkan dalam film nantinya ya?


Ada salah satu bagian menggelikan dalam cerita ini. Dalam pertempuran di Alam Bayangan, Sophie berhasil membuat Bastet sang dewi mitologi Mesir lari terbirit-birit ketakutan. Atau licinnya Dee yang bisa mengancam Morrigan yang juga keponakan Bastet.dengan pedang Excalibur.
Nah, apakah Dee berhasil merebut lembaran terkhir Codex? Apa yang membuatnya begitu terobsesi ingin merebutnya dari Flamel? Lalu sepenting apa keberadaan si kembar bagi Flamel? Apa maksud dari ramalan “dua yang menjadi satu dansatu yang mencakup semuanya”? Bagaimana dengan nasib Perenelle yang diculik Dee?  Jika tanpa keberadaan Codex,  Flamel bisa menua dan mati, apa yang membuat Dee begitu terobsesi dengan Codex? Karena sebelum merebut Codex itu pun Dr John Dee bisa bertahan hidup ratusan tahun.

Jawabannya bisa anda temukan dalam buku ini. Selamat bertualang!
Share:

Monday 24 September 2012

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Judul              : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis            : Tere Liye
Penerbit          : Gramedia
Halaman         : 264 halaman
ISBN               : 978-979-22-5780-9 
Ukuran           : 13,5 x 20cm


Pernah memendam perasaan dengan seseorang yang dekat dan kerap bertemu anda? Apa yang akan anda lakukan jika anda mengalaminya? Menunjukan perasaan itu dengan resiko bertepuk sebelah tangan atau malah dia yang kita sukai juga punya perasaan yang sama?

Cinta itu datang tiba-tiba. Itulah yang dirasakan Tania. Danar hadir bagai malaikat dalam kehidupan Tania. Danar sang pemuda berhati lembut dan berwajah simpatik itu datang  merubah kehidupan Tania dan adiknya Dede dalam sebuah pertemuan yang tak disengaja dalam bis kota - tempat di mana Tania dan Dede mengamen.
Sejak itulah Danar hadir dalam kehidupan Tania. Bagai malaikat, Danarlah yang mengangkat Tania dan Dede pada kehidupan yang lebih baik, bahkan hingga Tania meraih bea siswa di Singapura. Saat Tania merayakan ulang tahun, Danar menghadiahinya sebuah kalung liontin, sebuah hadiah yang membuat Tania ke ge-eran.

Riak-riak cemburu mulai mengusik perasaan Tania saat Danar memperkenalkannya dengan Ratna, kekasih Danar. Tania merasa  “bersaing” dengan Ratna untuk mendapatkan Danar. Anne, sahabat Tania mengajak Tania untuk berfikir logis dan menyadari perbedaan usia yang jauh untuk menerima kehadiran Ratna dalam kehidupan Danar. Sementara Dede malah terlihat acuh tak acuh dengan situasi yang dialami oleh Tania.

Setelah bertahun-tahun “mogok” pulang, Tania akhirnya mau kembali ke Depok, kota kelahirannya. Mencoba menguatkan hati untuk lebih bersahabat dengan Ratna. Namun Tania malah menemukan kenyataan yang mengagetkannya. Kenyataan apakah itu? Apa yang membuat Tania membenci kehadiran Ratna? Mengapa Dede, sang adik terkesan acuh dengan kegamangan yang dirasakan Tania/? Apakah Danar mempunyai perasaan yang sama dengan Tania? Jawabanya bisa anda temukan dalam buku ini.



Seperti biasa, novel Tere Liye selalu sarat dengan haru biru yang menyentuh. Novel ini dikemas dengan alur mundur dengan sudut pandang aku,- di mana Tania berperan sebagai tokoh  utama.. Diksi  khas Tere Liye membuat kita sebagai pembaca turut larut dalam cerita dan tentu saja ending yang sulit ditebak.
Jika kisah-kisah Tere Liye sebelumnya lebih banyak menguras air mata pembaca, tidak demikian halnya dengan buku ini. Bagi saya, sikap misterius Danar  dan masa bodoh yang ditunjukkan oleh Dede lebih membuat saya gemas ketimbang menangis sedih.

Tentu saja dengan sudut pandang aku - jalan cerita akan mengalir dari versi Tania, bagaimana sikap Danar yang tercermin berasal dari penilaian Tania. Mungkin jika sudut pandang dituturkan  dengan sudut pandang orang ketiga, gambaran karakter Danar akan kita dapatkan lebih banyak.

Buku ini seperti juga buku Tere Liye lainnya, selalu  memuat pesan tersirat bagi pembaca, bagaimana berdamai dengan hidup, keyakinan tinggi akan indahnya masa depan dan hati seteguh karang. Seperti yang dikatakan Danar saat menguatkan hati Tania dan Dede. “Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin. Dia membiarkan  dirinya jatuh begitu saja . Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.”
Share:

Friday 21 September 2012

Seperti Abah


*Cerpen ini pernah diikut sertakan dalam lomba Flash Fiction di FB, saya repost lagi di sini ya :)* 

“Eh San, kalo Budi poligami gimana?”  tanya Lia tiba-tiba.
“Langkahi dulu mayatku!”  tukas Susan sambil menyuapkan es campurnya.  Wina yang sibuk membaca koran sore mengangkat mukanya .

“Kalau aku,” timpal Wina sambil mencomot gorengan di depannya. “Aku yang bakal langkahin mayat perempuan yang mau jadi istri keduanya Bagus.”

“Gila, sadis bener sih Win?” Tanya Susan.

“Ya iya lah. Kalau langkahi mayatku, aku mati eh mereka merit dong?” Wina segera menutup wajahnya dengan koran sorenya itu, jadi tameng dari serangan pop corn. Asri termenung mendengar kicauan gokil teman-temannya. Tentu saja mereka tidak akan sesadis itu. Dua minggu lalu Arif mengajaknya berkomitmen. Jujur, Asri tidak mengkhawatirkan tampang Arif yang biasa saja. Dibanding suami-suami temannya yang sedang bercanda ini, Arif kalah gantengnya. Tapi dengan sikap Arif yang simpatik, pintar  dan ringan tangan, siapa sih yang gak kan dibuat ngelepek?


Share:

Wednesday 19 September 2012

The Brain Charger : Misteri Dibalik Pembunuhan Orang-orang Pintar


Judul             
:
The Brain Charger
Penulis           
:
Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi
Penerbit         
:
Salsabila, 2012
Halaman        
:
298 Halaman
ISBN              
:
9786029854398
Ukuran          
:
  14.5 x 21.5 cm


Apa yang terlintas di benak kita saat mendengar atau membaca berita kasus pembunuhan dengan mutilasi? Motif balas dendamkah? Apakah pembunuhnya mengidap kelainan jiwa?
Aroma misteri dapat kita rasakan dari sampul novel The Brain Charger buah karya Muhammd Pizaro Novel Tauhidi ini. Korban pertama adalah Intan Keumala Dewi,mahasiswa beprestasi jurusan Psikologi Universitas Islam Bangsa (UIB) ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan. Tangan, kaki dan beberapa bagian tubuhnya menghilang. Kepalanya yang terpisah dicukur botak oleh si pelaku. Belum selesai polisi menelusuri motif pembunuhan sadis ini, warga kampus digegerkan kembali dengan penemuan mayat Ghefira, mahasiswi jurusn Fakultas Sains dan Teknologi yang juga berprestasi. Sama dengan kasus sebelumnya, kondisi Ghefira ditemukan dalam kondisi mengenaskan,kaki kiri, tumit dan beberapa jari Gherfira juga menghilang.

Rizki, seorang mahasiswa semester VII Fakultas Dakwah UIB tertantang untuk menelusuri latar misteri dibalik pembunuhan ini. Selain menguak kasus pembunuhan berantai, ia juga tertantang untuk membuktikan ledekan Annisatu Lexa Meteorika  (Anna)seorang mahasiswi berprestasisemester VII, yang juga menjadi asisten dosen Psikologi di Fakultas Dakwah.
Anna, sangat terobsesi dengan ilmu pengetahuan terutama sains dan psikologi. Demi kecintaannya itu ia menyewa ruangan khusus untuk menyimpan ribuan koleksi buku-bukunya.  
Dalam kuliahnya, Anna kerap menantang Rizki dan kawan-kawannya untuk membutikan keberadaaan Tuhan. “Keberadaan sains adalah pasti,karena ilmu nyata.Sedangkan kebenaran Tuhan masih diperdebatkan.Karena Tuhan tidak nyata,” ucap Anna.
Ditengah-tengah pergulatan Rizki dan kawan-kawannya menjawab tantangan Anna, ia dititipi Arisiska (Upik) yang akan melanjutkan kuliah di UIB.Arisiska adik dari Herman,teman sebangkunya saat SMP. Meski kehadiran Arisiska menambah tanggung jawab Rizki untuk menjaga keselamatannya, Rizki sangat terbantu dengan analisa cerdas dari Arisiska untuk menguak tabir pembunuhan berantai ini.
Pizaro, penulis novel ini tidak melulu mengajak kita berkutat dengan teka-teki misteri pembunuhan sadis ini. . Dengan tema utama psikologi, alur cerita diracik dengan bumbu simbologi dan mistisme. 
Penulis juga mengurai teori-teori piskologi yang disusung oleh Sigmund Freud dan Fredrich Nietzsche dalam beberapa diskusi antara Anna dengan mahasiswa dalam kuliahnya, dengan lugas dan mengalir. Beberapa kelainan jiwa juga dibahas dalam buku ini dengan contoh yang mudah dimengerti pembaca.
Apakah yang menjadi motif pembunuhan sadis ini? Lalu apa hubungan simbol kuno yang ditemukan dalam salah satu tubuh korban? Akankah Rizki dan Upik berhasil menguak tabir misteri ini? Sanggupkah Rizki mencegah jatuhnya korban berikutnya? Siapakah Rosa gadis berkerudung dengan ekspresi datar yang dikenal Upik? Bisakah Rizki menjawab tantangan Anna untuk menbuktikan keberadaan Tuhan sekaligus menyadarkan Anna?
Latar belakang penulis sebagai redaktur Eramuslim membuat novel ini sarat dengan nuansa religi yang apik. Hal ini bisa kita lihat dalam dialog Rizki dengan teman-temannya dalam Forum Sains Islam. Rizki juga begitu gigih untuk menghidupkan kembali peradaban Islam yang dimulai dari kampusnya.
Sayangnya novel ini terasa kurang mencekam jika melihat tebalnya yang hanya 298 halaman saja. Dengan jumlah halaman yang lebih banyak,konflik yang tercipta dalam novel akan terasa lebih tajam dan menarik.
 Di sisi lain penulis berhasil menyampaikan kritikannya yang tajam terhadap kondisi pergeseran idealisme sekuler yang menjangkit banyak kampus-kampus terutama kampus Islam
Dialog antara Rizki dan Upik, panggilan Arisiska tentang simbol-simbol kuno mengingatkan kita dengan Dan Brown yang melejit lewat novel dan film Davinci Code. Menarik sekali, Sudamanda salah satu permainan rakyat yang sudah berumur ratusan tahun ternyata sarat dengan pesan mistis kuno. Bahkan beberapa pusaka budaya  kuno tanah air juga terungkap keberadaannya yang sudah tidak ada lagi di tanah air.
Bagi anda yang menyukai novel berlatar misteri, psikologi atau bahkan keduanya novel ini layak untuk memenuhi koleksi bacaan anda.


























Share:

Tuesday 4 September 2012

Surat Kecil Untuk Tuhan

Judul              :  Surat Kecil Untuk Tuhan
Penulis            : Agnes Davonar
Penerbit          : Inandra Publisher 2011
Halaman         : 228 Halaman + X
ISBN               :  978-979-18346-3-6
Ukuran           :  13 x 19 cm 



Apa yang terbayang di kepala kita jika orang yang kita sayangi atau malah kita sendiri divonis usia kita tinggal menghitung hari?
Sedih,marah, atau frustasi? Apakah kita kan terus menghitung detik yang tersisa sambil terus merajut masa depan?Ataukah hanya diam pasrah menanti sang malaikat maut datang menghampiri?

Kisah sejati Keke, panggilan dari Gita Sesa Wanda Cantika,   berhasil menginspirasi banyak orang. Kisahnya yang ditulis oleh blogger muda Agnes  Danovar dicetak hingga menembus angka 30.000 lembar eksemplar dan dicetak ulang belasan kali.

Meski ia harus terpisah dari ibunya yang sudah bercerai, Kehidupan Keke bersama ayah dan kedua kakaknya Chika dan Kiki berjalan sempurna, selalu bahagia, nyaris tanpa cela. Hingga suatu ketika, saat  Keke bermain voli bersama teman-temannya,ia merasa pusing dan mengalami mimisan.

Kondisi fisik Keke yang tidak menunjukkan pe
rbaikan, hingga membuat ayahnya membawa Keke berobat ke dokter. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, menunjukkan kanker jaringan lunak (Rabdomiosarkoma) bersarang di wajah Keke - yang menyebabkan wajahnya mengalami pembengkakan sebesar bola tenis.

Joddy, ayah Keke tidak tega membayangkan Keke harus menjalani operasi untuk mengangkat benjolan itu. Ia berusaha keras mencari alternatif lain selain operari. Keke dan ayahnya menjajal pengobatan  tradisional ke berbagai kota.

Sebuah infromasi berharga didapatkan Pak Joddy hingga membawa keduanya bertemu dengan Profesor Mukhlis. Keajaiban mulai muncul dan menerbitkan harapan kesembuhan. Keberhasilan Keke melawan penyakit kankernya itu, mengundang decak kagum dunia medis, hingga kasusnya diangkat dalam berbagai seminar nasional dan internasional.

Tak dinyana, kanker yang dikira sudah sembuh itu kembali muncul dan menyerang lebih ganas dari sebelumnya. Keajaiban yang semula diharapkan terjadi tak kunjung tiba. Sadar usianya tidak akan lama lagi, Keke bertekad untuk meninggalkan kenangan terindah untuk orang-orang yang dicintainya.

Selain mengangkat perjuangan Keke melawan penyakitnya, Agnes dan Davonar juga menceritakan kisah persahabatan Keke dengan teman-temannya, rivalitas gank teman sekelas yang berujung islah diantara kubunya Keke dan Angel, dan tentu saja kekasihnya Andi yang setia menanti kesembuhan Keke.

Agnes Davonar berhasil membuat pembaca buku ini mengharu biru, membaca kisah Keke yang dikemas dengan gaya diary ala anak SMP. Dialog yang tercipta antara Keke dan sahabat dan keluarganya pun khas ala ABG. Meski tidak ditulis dengan ejaan yang alay, ada beberapa penulisan yang terasa menganggu. Misalnya saja penulisan udah ditulis dengan uda. Tentu saja bukan homograf dengan panggilan abang  saudra tua dari Minang ya. Di bagian lain,  ada juga penulisan istilah bioksi yang merujuk pada proses pengangkatan contoh jaringan kanker di wajah Keke. Saya mencoba googling untuk mecari tahu pengertian tersebut dan tidak menemukan kecuali biopsi. Dalam beberapa bagian, penulisan partikel "Nya" yang merujuk sebagai kata ganti ketiga untuk Tuhan juga ditulis "nya", bukan "Nya".

Entah bagaimana dengan edisi perdana  buku ini. Embel-embel karikatur dari produk sponsor film dengan judul yang sama terasa menganggu sekali. Well, mungkin sponsor tidak mau rugi ya kalau tidak disediakan space khusus di buku ini.

Terlepas dari beberapa kekurangan buku ini,kisah sejati Keke melawan kankery ang dideritanya patut diacungi jempol.Seperti yang ditulis dalam buku ini, Pesan moral dari buku adalah untuk tidak menilai sesuatu dari tampilan luarnya saja.

“Di mata Tuhan, manusia cantik dari dalam hatinya, bukan dari rupanya. Kecantikan itu tidak abadi, pada akhirnya kita tidak akan meninggalkan apapun ketika kita menghadap-Nya.
Share: