Misalnya waktu beliau cerita soal warung nasi sedekah yang dibukanya dengan modal 10 juta. 10 juta yang jadi modalnya itu ga habis-habis setelah berjalan selama 1,5 tahun. Malah surplus.
Sampai di lain waktu, baru kemudian saya nemu lagi video lainnya tentang harga nasi kuning yang dijualnya Begini katanya:
"Saya beli nasi kuning 10 ribu. Saya jual 3 ribu. Secara matematika orang bilang rugi. Saya bilang untung. Kalau saya kasih gratis, saya memonopoli sedekah itu. Saya mememonopoli pahala itu. Tapi kalau saya jual 3 ribu, saudara-saudara yang biasa makan 10 ribu dia bisa makan 3 ribu, dia bisa sedekah buat orang lain di bawah dia 3 ribu juga. Dia masih save 4 ribu."
Ga memonopoli sedekah. Suatu hal yang baru saya dengar.
Balik lagi ke soal nasi kuning itu, kenapa ga digratisin? Jawabannya sungguh diluar dugaan saya. Beliau bilang kalau ingi berbagi pahala dengan yang membelinya.
Karena katanya kalau mereka membeli itu sama dengan membantu biaya produksi warung nasinya itu. Dari jualannya itu Juduf Hamka tidak sedikit pun mengambil untung. Untuk 1 porsi nasi yang dijual, beliau mengeluarkan sedekah 7 ribu rupiah. Sisanya yang 3 ribu itu didapatkan dari yang membeli. Jadi baik beliau sebagai pemodal utama warungnya maupun yang membeli, sama-sama dapat pahala.
Saya ga kepikirian ke situ. Soal memonopoli pahalanya.
Ternyata begini jawabannya..
Satu hari beliau bertemu dengan seorang ibu makan di warung sedekahnya. Dari penampilannya udah jelas dia orang berada. Pak Jusuf ini heran kenapa ibu itu mau makan di sana.Terus dijawab sama ibu itu, memang ga boleh? Oh enggak, tentu saja boleh jawab Pak Jusuf. Cuma kenapa si ibu mau makan di tempat seperti itu.Kan dia masih bisa makan di tempat lain yang lebih mewah.
Selesai makan, ibu itu membayar nasi yang dimakannya 10 juta. Kebanyakan. Tapi ibu itu bersikeras mau membayar segitu. Karena dia juga mau berbagi. Ini seperti mengulang ucapan Pak Jusuf sebelumnya. Jangan memonopoli sedekah.
Akhirnya saya paham kenapa di video sebelumnya Pak Jusuf cerita warungnya surplus selalu.Niat baik Pak Jusuf disambut Allah dengan mendatangkan orang-orang baik yang ingin berbagi juga. Sebuah penjelasan sederhana tentang matematika sedekah.
Di video lainnya saya menemukan qoute beliau seperti ini:
"Jadi orang kaya bukan sesuatu yang bangga. Kalau kamu kaya kamu tidak bermanfaat buat orang lain, mungkin lebih baik ga usah kaya. Jadi lebih baik sederhana tapi bermanfaat untuk orang lain."
Jleb.
Saya jadi mikir untuk merevisi proposal saya sama Allah minta banyak rezeki. Buat apa? Buat memperkaya diri sendiri? Terus gimana kalau malah ga bisa jadi manfaat buat orang lain? Padahal sebagai muslim saya belajar gimana beratnya hisab (perhitungan) di akhirat kelak. hartamu datang dari mana dan digunakan untuk apa?
Padahalnya lagi Pak Jusuf ini kayanya minta ampun. Bos jalan tol ini punya koleksi mobil mewah macam Lamborghini atau Alphard tapi dia cuek pake sendal yang sudah 15 tahun ga diganti-ganti. Celana jeans yang dipakaianya pun beli dari toko jeans di Cihampelas.
Semangat berbagi dan bermanfaat ini juga yang diusung oleh JNE, salah satu perusahaanlogistik terbesar di Indonesia.
Beberapa waktu lalu JNE mendapat pengahrgaan dari The Iconomics Research, sebagai 50 Indonesia Best CEO 2022 Awards “Employee’s Choice” Courrier Category.
M. Feriadi Soeprapto selaku Presiden Direktur JNE menjelaskan prinsip JNE soal berbagi, memberi dan menyantuni. Amanan kepemimpinan bukan cuma soal harta namun juga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang banyak. Baik bagi karyawan maupun masyarakat.
JNE bukan saja berpikir tentang omset berapa banyak paket yang bisa dikirimkan oleh pelanggannnya tapi juga membnatu para pelaku usaha untuk scale up usahanya. Sinergi ini yang menjadikan keberkahan dan simultan. Para pelaku ekonomi terus bertumbuh, sementara dari sisi JNE juga semakin banyak mendapat kepercayaan untuk mengirimkan barang sampai ke tangan konsumen.
Bisnis memang ga selalu harus cuan dan cuan alias untung terus. Tapi ada misi sosial yang kalau dijalankan dengan tulus, insya Allah akan dibalas Allah dengan dengan cara yang ajaib.
Ga heran ya kalau JNE mengusung tagline Connecting Happiness. Ternyata bukan sekedar menghantarkan kebahagiaan dengan mengirimkan paket dari pengirim ke penerima. Jauh di belakang itu ada banyak yang terbantu untuk tumbuh dan mandiri dalam berusaha