Saturday, 14 July 2018

Sukses Digital Marketing Ala Dewa Eka Prayoga

Apa yang terakhir kali kita lakukan sebelum tidur? Atau kalau pertanyaannya dibalik, apa yang pertama kali kita lakukan begitu bangun tidur?

Jawabannya sama, aja. Yakin deh, 90 persen lebih itu bakalan bilang gini: buka HP, cek notif di WAG atau sosmed. Yekan? Pede amat ya jawaban saya hahaha.... Eh tapi di jaman milenial yang serba digital gini, siapa sih yang ga punya gawai? Terserahlah mau merek apa dan modelnya kayak gimana, tapi yang namanya HP kayaknya udah jadi separuh nyawa, belahan jiwa gitu. 

Daripada makin ngaco, saya mau ngobrol soal iklan yang suka wara-wiri di lini masa kita. Ya FB, instagram, bahkan kalau lagi blogwalk atau baca-baca berita di web, iklan yang ga sengaja kita liat di lini masa media sosial mendadak jadi fans kita. Ngintilin ke mana-mana. Pernah ngalamin, kan? 

Bersyukurlah dengan kecanggihan teknologi di ujung jari kita. Sekali colek, apapun bisa kita dapatkan, termasukkalau mau jualan online. Ga usah pusing mikiran tempat dan sewanya yang mehong alias mahal itu dan printilan lainnya yang membuat kita merasa jualan itu ribet, perlu modal banyak dan sebagainya.


Beberapa waktu yang lalu, sebagai penyedia jasa kurir yang akrab dengan aktivitas jual-beli secara online alias daring, JNE menggelar acara Pengembangan Industri Kreatif di Era Digital. Nara sumber yang hadir pun ga nanggung. Ada Dewa Eka Prayoga: Dewa Selling & FOunder Billionare Store, Noor Al Kautsar atau akrab disapa Kang Ucay, mantan vokaslisnya Rocket Rockers juga pemilik brand FYC dan Winny Caprina, pemilik Jumma Kids.

Bertempat di Auditorium lantai 3 Bandung Creative Hub, Jalan Laswi, seminar UMKM pada tanggal 10 juli kemarin ini dihadiri oleh para pelaku online ini adalah seminar lanjutan dalam rangkaian program pelatihan yang digagas oleh JNE Bandung setiap tahunnya. Ternyata nih, masih banyak lho produsen atau pebisnis yang belum memaksimalkan manfaatkan internet dan media sosial untuk mendongkrak penjualannya. Makanya, edukasi tentang pentingnya akun digital dan strategi penggunaannya jadi hal yang diperhatikan banget oleh JNE.


Dewa Eka Prayoga yang punya banyak fans dari para emak-emak olshoper ini bercerita tentang suka dukanya memulai usaha di usia belia, 21 tahun. Cate, 21 tahun. Seumuran beliau, kita udah ngapain? Saya masih uyel-uyelin tugas akhir dan masih mint auang sama ortu buat ongkos kuliah. Duh malu ngakuinnya :)

Yang namanya usaha, pasti deh ga selalu untung. Ada masa-masa trial and error dan berisiko kerugian. Soal kerugian ini Dewa cerita kalau usahanya mengalami kebangkrutan dan harus nombok 7,7 milyar. Huaaaa..... bisa nangis darah dan stres saya kalau ada di posisinya. Tapi kemudian Dewa bisa bangkit. Seperti yang kita lihat sekarang, usahanya merambah ke berbagai macam lini. Selain brand pakaian muslimah Shaliha, ada juga bisnis properti syariah, dan kosmetik. Hmmmm... siapa bilang kalau soal pakaian muslimah dan kosmetik itu ga bisa dilakukan oleh laki-laki? Nih buktinya.

Lanjut, ya. Salah satu kunci kesuksesan bisnisnya adalah jeli memanfaatkan pasarnya lewat sosial media. 

Maksudnya gimana?
Jadi gini. Ga semua produk yang dijual bakal laku di IG dan FB misalnya. Sebagai pelaku bisnis (bisnis ya, bukan jualan) perilaku di media sosial ini bisa jadi modal kita buat riset. Ada toolnya lho, Pixel namanya. Silakan cari tau saja ya via googling. Makanya, ada produk tertentu yang jualannya laku keras di FB, tapi di IG biasa aja, atau sebaliknya. Dari obrolan santai hari itu, ada beberapa hal yang saya rangkum di sini:

  • Dengan jualan online kita bisa membidik target sesuai umur, wilayah, jenis kelamin dan sebagainya dengan iklan yang diseting (misalnya FB adwords). Ada yang pernah liat iklan kaos gini ga? 

Yang lahir di bulan November cantik , eh yang lahir di bulan Januari juga cantik, Februari, Maret dan bulan lainnya juga, gitu. Jadi ga da yang ga cantik, dong? Kalau dijual secara offline alias luring susah lakunya. Karena pas liat pajangan ya ga ada yang spesial.  Beda kalau  jualannya secara online, perangkat iklan yang digunakan bisa diarahkan sesuai target.

Kuasai trafik, mainkan bisnisnya


  • Mindset. 
Iya, pola pikir maksudnya. Jangan minder dengan skill yang pas-pasan. Itu mah bisa udah biasa. Yang penting sugersti positif dulu yang kita lelepin dalam pikiran. Kudu yakin. Gitu, lho.

  • Tau bedanya omset dan aset? 
Untuk pemula biasanya omset yang akan dikejar. Nah kalau udah expert atau mastah alias jagonya bakal lebih mikirin aset. Dengan adanya aset, omset bakal tercipta. Yang dimaksud aset di sini misalnya tim, karyawan, reseller, kontak pembeli (misalnya WA dan email). Makanya, kadang kita suka dapat update produk terbaru dari toko online yang kita beli via email atau blast WA. Jadi, fokus aja deh sama aset, omset bakalan nyamperin. Pikirin who, how bakal datang. Ga ada superman tapi yang ada superteam. Lagian, cape kan, kalau semuanya dikerjain sendiri?


  • Ide Kreatif
Ngomongin soal skill, karena yang namanya jualan bukan profesi ga usah mikirin apakah kita harus punya skill montir kalau mau buka bengkel, atau jago masak kalau mau buka resto misalnya. Ide kreatif adalah kuncinya. Untuk yang satu ini ada contohnya, Warung Upnormal yang jaringannya ada di banyak kota. Padahal sederhana aja kan, ya. Tapi, konsep yang ditawarkan berupa tempat nongkrong dengan menu murah meriah ala anak kost dan wifi kencang bikin jaringan kafe ini terus meluas.  


Selesai paparan dari Dewa, selanjutnya Kang Ucay yang mendapat giliran berbagi. Mantan vokalis Rockt Rockers ini juga memperhatikan sekali interaksi dengan para pembelinya. Kalau pujian udah biasa lah. Nah yang luar biasa itu kalau ada komplain yang masuk segera ditanggapi. Jadinya membangun chemistry dulu alias keakraban. Bikin pembeli merasa nyaman dan diperlakukan spesial. 

Lalu, kalau Ngomongin soal ciri khas produknya, brand FYC miliknya mempunyai ciri khas pada model sol bawahnya. COba deh perahtikan, banyak lho merk lain yang desain upernya beda-beda gitu, eh pas sol bawahnya samaaan. Sekali lagi, kreatitifitas dan ciri khas jadi salah satu kunci kesuksesan bisnis. 

Sementara itu Winny Capriani pemilik Jumma Kids bercerita bisnisnya dimulai ketika ia sedang meimirikan usaha macam apa yang bisa dilakukan sebagai emak-emak yang stay di rumah. Digital marketing jadi pilihan bisnisnya. Dengan akses yang tidak terbatas dan gaya hidup jadi peluang bisnis online. Walau bisnis onlinenya udah berkembang pesat, toko offlinenya tetap berjalan.    

Yang jadi PR bagi para pelaku bisnis online adalah meyakinkan kualitas produknya dan kalau sudah diterima konsumen, tetap terjaga, tidak rusak/cacat. 

Melalui Branch Manager JNE Bandung, Iyus Rustandi JNE sedari dulu berkomitmen untuk mendukung sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) agar jadi tuan rumah di negeri sendiri dan bersaing di psar internasional. Untukbisa berkompetisi itu, pemanfaatkan berbagai fasilitas untuk mendukung aktifitas pengiriman yang dilakukan dilakukan secara maksimal. Dari data Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) pada tahun 2016, tercatat ekspor produk ekonomi kreatif Indonesia mengalami peningkatan sebesar 3,23% atau setara US$20 miliar dari aktivitas sebelumnya pada tahun 2015. ga bisa enggak deh kalau inovasi produk dan layanan pengiriman barang jadi hal yang penting untuk mendukung pengembangan UMKM Indonesia.

Gimana, sudah siap terjun  ke dunia digital marketing?



Share:

1 comment:

  1. wiii, enak banget ya kota-kota besar di jawa. ada acara kayak gini . :(
    pengen ikut yang kayak gini

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.