Meski nyali saya cukup berani buat mencoba beberapa wahana semacam roller coaster, naik sky tree, ayunan swing mountain,dan zip bike atau meluncur di flying fox, sebenarnya ga 'seperkasa' itu. Duh perkasa, kesannya Xena Warrior princess. Waktu menjajal beberapa wahana Trans Studio di Bandung misalnya ada wahana yang tersa ekstrim. Saya skip demi menghindari sensasi mual atau pusing sesudahnya. Arung jeram di alam terbuka belum pernah saya coba. Kalau semacam Nigara-gara gitu mah hayu aja. Entahlah, menjajal arung jeram asli di alam terbuka hehehe... Meski dibekali pelampung, masih belum kepikiran.
Selain itu masih ada juga hal yang bikin saya parno dan ogah mencobanya. Meskipun adik-adik atau beberapa teman menganjurkan untuk mempelajarinya, yaitu mengendarai motor.
Iyes, sampai sekarang masih lebih suka jadi penumpang dibanding harus mengendarai sendiri. Bawaan saya yang fokusnya mudah terdistraksi (padahal tampang mah keliatannya serius ini :D) juga suka gugup dalam suasana yang riot jadi alasannya. Buat saya, suasana lalu lintas dengan, deru mesin yang kencang atau hembusan angin dari sebelah sisi lain motor yang berseliweran bisa bikin sutres aja.
Beberapa waktu lalu, adik saya pernah pingsan setelah jatuh dari motor. Di lain kesempatan merasa ngilu saat menyimak cerita seorang teman. Setelah kecelakaan motor yang dialaminya, ada bagian kaki yang harus dijahit karena sobek akibat luka kecelakaan. Itu lebih dari cukup bikin persisten bilang, "No, Thanks", saat dibujuk untuk belajar naik motor. At least, sampai saya sedang menulis postingan ini.
Beberapa waktu lalu, adik saya pernah pingsan setelah jatuh dari motor. Di lain kesempatan merasa ngilu saat menyimak cerita seorang teman. Setelah kecelakaan motor yang dialaminya, ada bagian kaki yang harus dijahit karena sobek akibat luka kecelakaan. Itu lebih dari cukup bikin persisten bilang, "No, Thanks", saat dibujuk untuk belajar naik motor. At least, sampai saya sedang menulis postingan ini.
Yaaa sih, meskipun sebagai penumpang risiko yang sama juga bisa saja dialami, ya. Tapi rasanya lebih safe jadi penumpang. Begitu juga saat jadi penumpang mobil. Rasanya lebih secure kalau jadi penumpang aja. I put my trust on him or her.*ish, kok kayak lirik lagu siapa ya* Udahlah saya jangan nambah-nambah kadar stres drivernya dengan ngomel. Pernah juga naik mobil rental yang drivernya ngambek ga jelas. Bawanya ga enakeun, mau nanya takut dianya nyolot dan tambah gila bawain mobilnya. You know what? Setelah japri-japrian sama temen buat kasih tambahan tips baru deh raut mukanya jadi rada mendingan. Yeee, mungkin itu "kode keras" pengen tips. Ya sudahlah, kalau punya kendaraan cukup punya supir dan ojek pribadi aja lah hahaha.... *apa cobaaa?*
Baca juga: Angkutan Masal, Transport-Aplikasi Atau Kendaraan Pribadi?
Baca juga: Angkutan Masal, Transport-Aplikasi Atau Kendaraan Pribadi?
Ngomongin soal mengemudi kendaraan, kalau memerhatikan lalu lintas di jalanan, saat ini udah banyak banget lihat pengemudi mobil atau motornya para ladies, alias perempuan. By the way Tau ga sih, dari data Korlantas yang dirilis pada tahun 2014 tercatat selama tiga tahun terakhir ternyata jumlah pengendara perempuan baik motor maupun mobil mengalami peningkatan pesat sampai 42%?
Di satu sisi fakta ini menunjukkan semakin banyak wanita yang mandiri dan berani untuk melajukan kendaraannya. Baik untuk kepentingan karena harus bekerja, mengantar anak atau alasan lain (FYI, survey Queenrides ini mewawancarai sekitar 800an perempuan dengan segmen usia antara 24 sampai dengan 40 tahun menunjukkan fakta kalau , 80% dari perempuan yang berkendara ternyata ditujukan mencari nafkah untuk keluarganya).
Di satu sisi fakta ini menunjukkan semakin banyak wanita yang mandiri dan berani untuk melajukan kendaraannya. Baik untuk kepentingan karena harus bekerja, mengantar anak atau alasan lain (FYI, survey Queenrides ini mewawancarai sekitar 800an perempuan dengan segmen usia antara 24 sampai dengan 40 tahun menunjukkan fakta kalau , 80% dari perempuan yang berkendara ternyata ditujukan mencari nafkah untuk keluarganya).
Eh tapi tunggu dulu.
Ternyata peningkatan populasi para women rider ini juga dibarengi dengan data statistik kecelakaan yang juga melibatkan perempuan pengendara kendaraan bermotor dengan angka yang meningkat sampai 49,5%. Ini sama dengan setiap 1 jam 3 nyawa melayang di jalan raya. Duh mules saya membayangkannya.Rasio kasus kecelakaan lebih tinggi dibanding peningkatan angka pertumbuhan para perempuan yang mengendarai motor atau mobil. Kenapa ya?
Satu waktu saya pernah menumpang taksi online dan ngobrol dengan pengemudinya. Disela-sela obrolannya, sang driver ini bilang kalau dia harus berusaha menjaga jarak ketika mobil yang dikemudikannya berjarak cukup dekat dengan pengemudi perempuan.
"Ngeri teh, sering kecelakaan. Tuh lihat ibu yang di depan sana," katanya sambil menunjuk seorang perempua yang mengemudikan motornya massih sempat membuka gadgetnya.
"Duh Iya, riskan sekali," jawab saya.
Walaupun pihak kementrian dan kepolisian menaruh perhatian dan mengurus masalah ini, ternyata kondisi krisis berkendara yang secure alias aman masih luput dari perhatian masyarakat. Mau berkendara sendiri atau menumpang kendaraan, Yakin banget deh ketika kita masih di jalan menuju rumah atau ke tempat lain, ada orang-orang yang sibuk merapalkan doa. Mendoakan keselamatan kita agar selamat selama di perjalanan dan sampai di tujuan
Keadaan Industri otomotif dan transportasi yang imejnya masih kental dengan aroma maskulin alias laki banget juga belum menunjukan keberpihakan yang cukup serius. Belum kelihatan keseriusan penanganan khusus untuk para perempuan, Padahal hari gini kan udah banyak para wanita yang berkendara mobil atau motor.
Coba kalau ditanya, siapa sih pihak atau institusi yang concern sama isu safety riding ini? Ada ga yang ngasih edukasi atau sosialsasi yang efektif kepada perempuan? Ternyata ada, lho. Saya aja baru ngeh belakangan ini.
Adalah #womenridesafe sebuah movement yang diinisiasi oleh Queenrides (www.queenrides.com). Queensrides ini adalah start up social enterprise yang berbasis teknologi. Mereka bergerak di dunia virtual dan nyata (offline). Movement ini ternyata juga merupakan yang pertama kali ada untuk mengedukasi para perempuan lho. Tujuannya adalah untuk mensosialisasikan bagaimana pentinggnya kesadaran berkendara yang aman bagi para perempuan. Belum lagi para perempuan juga bisa jadi sasaran empuk para pelaku kejahatan ketika sedang jalan sendiri, melalui area sepi /gelap. Daripada ngambil jalan pintas, lebih aman ngambil jalur yang ramai. Dan tentu saja tetap hati-hati ketika lalu lintas lagi lumayan hectic.. Jaga mood jangan sampai memengaruhi konsentrasi.
Sebagai catatan, sejak Januari 2016 sampai saat ini (awal November), dengan pengelolaan bisnis yang professional dan tanpa donasi, Queenrides sudah memiliki lebih dari 200 ribu komunitas online offline tersebar di seluruh Indonesia. Yeay, respek saya! Queenrides juga sudah mengadakan 15 kali aktifitas offline yang mengedukasi sekitar 1000 perempuan. Dari yang semula hanya bergerak di lingkup yang kecil, Queenrides terus bergerak menjangkau lebih banyak perempuan dan memberikan mengadakan edukasi di berbagai tempat. Bukan cuma di kantor-kantor saja, di mall pun sudah pernah dilakukan, lho.
So Ladies, please more aware dan satay safe saat berkendara, ya. Sayangi diri sendiri dan orang-orang yang menyayangi kita. Kehadiran kita saat kembali berkumpul akan memberikan ketenangan bagi mereka. Kalau ada acara edukasi #womenridesafe, luangkan waktu dan ambil benefitnya agar selama berkendara selalu safe,
pertamax dulu...
ReplyDeletemungkin sekarang jaman kartini mbak, jadi emansipasi wkowkwo..... tapi saya sering sebal jika ada ibu2 nyalip gak pake perhitungan bikin kita dedekser wae
Asalkan jangan writing kanan beloknya Kiri ya Bu...hehehe
ReplyDelete