Maghrib itu entah kenapa perut
saya terasa sakit. Awalnya saya cuma mengira gejala normal siklus bulanan.
Tapi, kok ya, rasanya luar biasa banget. Tidak seperti biasanya kalau sedang
menstruasi, saya woles aja, tidak ada keluhan. Maka, materi bahasa Inggris yang saya ikuti di
tempat les tidak bisa saya cerna dengan
baik seperti biasanya. Rasa sakit itu
semakin hebat sampai ketika salat pun saya terbungkuk-bungkuk melakukannya,
meski begitu saya memaksakan untuk terus berdiri. Lupa, kalau dalam keadaan
seperti itu saya punya dispensasi melakukannya sambil duduk.
Sumber gambar dari sini |
Selesai les, saya terpaksa pulang
sendirian, tidak seperti biasanya karena teman saya yang selalu saya panggil Teh Imas dijemput temannya.
“Kamu yakin, ga apa-apa? Boncengan
ama kita, gimana?”
Saya menggeleng. Dengan jalur
jalan Kerkof Cimahi sampai ke rumah saya yang tidak semuanya mulus. Rasa sakit di perut sepertinya akan
semakin menyentak. Lagi pula berdesak-desakan di motor bertiga, dengan keadaan
sakit seperti itu tidak nyaman juga.
“Ya sudah, hati-hati dijalan ya,” Teh Imas mewanti-wanti.