Baru saja
kemarin saya nonton film Shrek 2 di TV. Saya bukan mau nyorotin kisah cintanya
si Ogre ama Putri Fiona itu, ho. (Perasaan beberapa posting terakhir saya,
auranya love melulu, ya? Kayak taglinenya
Sarah Sechan waktumasih jadi vj MTV itu deh). Ah, suatu kebetulan aja.
*Abaikan*
sumber : www.sternpinball.com |
Yang mau saya
bahas sekarang adalah persahabatan di antara hewan dengan hewan dan hewan
dengan manusia. Sudah lihat dong film Shrek 2 itu? Si Puss, keledai, tikus,
babi dan binatang hutan lainnya ternyata bisa rukun dan nge-blend jadi tim yang
akur, ya? Enggak seperti karakter Tom and Jerry yang doyan ribut aja.
Iya sih, itu
di film kartun. Tapi dalam kisah nyatanya ada juga kok. Coba deh tengok http://www.neatorama.com/2011/02/04/13-animal-friendships-sure-to-melt-your-heart/,
di sini ada rangkuman kisah cerita hewan yang bersahabat dengan beda
species. Anjing, kucing dan tikus yang bisa
akur, kucing dengan beruang, atau hamster dengan ular! Deuh, hewan yang
kodratnya jadi seteru ternyata bisa rukun, lalu kenapa orang-orang di tv doyan
berantem, ya? (mulai deh melebar).
sumber : www.imdb.com |
Jadi inget
dulu waktu saya masih SD, sekitar awal 90an gitu (tapi saya masih tampak imut, secara postur saya yang mungil ini), ada
film yang menceritakan persahabatan anak-anak dengan seekor anjing. Yang
umurnya ga jauh-jauh dari saya, familiar dong sama film Rin Tin Tin? Itu lho
seekor anjing Shepard dari Jerman atau karakter Lasie seekor anjing jenis
Collie. Hayoo, pasti inget, dong?
Nah, saya jadi
tertarik buat ceritain buku yang baru saja saya baca. Segmennya sih buat
remaja, rentang usia SD atau SMP lah. Terbitnya sudah lama, tahun 2003. Jadi sepertinya bakalan jadi buku langka,
nih. Ga pantes dong saya sebut sebagai resensi, makanya ga papa kan saya spoil
alias bocorin endingnya di sini. Akur, ya!
Buku dengan
judul Shiloh : Persahabatan Sejati ini, adalah buku terjemahan yang ditulis oleh Phyllis
Reynolds Naylor. Doi seorang cewek, lho. Eh, sebut aja oma, ya. Karena usianya sudah sepuh, kelahiran 1933 lho.
Kisah Shiloh
ini diangkat dari kejadian nyata, lho. Perjalanan Phyllis ke West Virginia membuatnya
menemukan seekor anjing jenis beagle yang pemalu dan ketakutan. Lalu
mengalirlah sebuah cerita tentang seorang anak yang berani berbuat apa saja
untuk membebaskan seekor anjing yang diperlakukan secara tidak
berperikebinatangan dari pemiliknya yang punya kecenderungan ‘insane’.
Karena Oma
Phyllis ini cerdas, wajarlah karakter Marty sebagai tokoh utama dalam novel ini
digambarkan bukan saja sebagai anak usia
11 tahun yang punya kepekaan, tapi juga pintar dan punya logika melampaui
anak-anak seusianya. Bayangin aja, saat usia 11 tahun, saya paling taunya
main-main saya kucing, ngasih makan seingetnya dan kadang bete kalau ada kucing
kampung yang slonong boy meninggalkan ‘jejak’ yang membuat saya harus mau
membersihkan setelah mama saya protes dengan aroma khasnya itu. Asem! :D
Nah, si Marty
ini, rela membagi setengah makannya untuk Shilloh, berbohong sama ortu untuk menyembunyikan
keberadaan Shilloh, membuatkan kandang yang nyaman, memungut kaleng buat dijual
buat membelikan makanan anjingnya sampai berpikir soal saksi dan sanksi hukum
untuk aktifitas berburu yang belum waktunya. Ckckck.... kalau beneran ada anak
seperti itu, salut,deh!
Jadi Marty ini
secara tidak sengaja menemukan anjing yang kondisinya bikin iba. Marty yang tidak tahu bagaimana membuat
anjing ini memahami perintahnya tiba-tiba seperti menekan password yang cocok
untuk mengakses komunikasi dua mahluk berbeda itu. Siulan!
Karena sebuah
siulan itu, anjing yang ditemukan Marty di depan gedung tua sebuah sekolah itu
menjadi responsif untuk setiap perintahnya. Sampai Marty pulang ke rumah,
anjing yang dinamainya Shiloh, nama yang sama dengan gedung sekolah tempat
mereka ketemuan (cieee, kayak yang
pacaran aja, nih) terus ngikutin.
Ayah Marty,
yang hanya seorang pengatar surat dan Ma yang seorang ibu rumah tangga tidak
mengijinkan Marty untuk mengajak Shilloh tinggal. Alasannya selain ayah tau
kalau Shiloh adalah anjing milik Judd Travers - tetangganya yang selebor dan
suka kasar sama binatang - juga tidak pernah punya uang cukup untuk memiara
seekor hewan. Beberapa waktu sebelum Shiloh muncul, Dara Lynn adik Marty yang
berusia 7 tahun sempat merengek untuk memiara kucing dan tentu saja ditolak
Ayah dan Ma.
Untuk membeli
shiloh dari Travers dengan banderol 35 dolar (kalau dikonversikan dengan nilai
sekarang setara dengan kurang lebih Rp.360.000an, ya? ) saja orang tuanya
keberatan. Marty yang kemudian berpikir keras untuk mencoba berbagai pekerjaan
yang cocok untuknya, mengalkulasikan perlu sampai ia duduk di bangku SMA untuk
mengumpulkan 35 dolar. Hmmm, semurah apa sih upah loper keran di amrik sana,
ya?
Saya jadi
iseng mikir, apa ada missing link di sini
buat saya? Selain tidak mampu membeli seekor anjing seharga 35 dolar, Mr
Preston, ayahnya Marty enggak punya dana cukup untuk memasang line telepon di
rumah. Sementara itu sebagian gajinya disisihkan untuk menyumbang biaya
perawatan nenek Marty yang tinggal bersama bibinya. Rumah Marty juga terbilang sederhana, saking
sederhananya, Marty tidak punya kamar dan selalu tidur di sofa rumahnya. Eh
tapi, keluarga Marty bukan Cuma punya halaman yang luas, tapi pekarangan sampai
ke bukit yang dekat hutan. Duh, saya bingung ngulik keisengan yang satu ini. Skip
saja, ya. Lanjut ceritanya.
Demi Shiloh,
Marty bukannya balikin Shiloh sama
Travers, tapi dia juga berbohong dengan mengatakan Shiloh kabur. Marty bukan cuma menyembunyikan keberadaan
Shiloh dari Judd Travers, orang-orang
rumah, tapi juga dari David Horward sahabatnya di sekolah. Marty membuatkan
kandang sekadarna untuk Shiloh dibawah pohon di bukit di belakang rumah. Namun, sebuah kecelakaan membuat rahasia Marty
terbuka juga. Anjing herder milik Baker, tetangga Marty lepas dan menyerang Shiloh sampai nyaris tewas.
*Bersambung*
penasaran lanjutannya..jng lama2...:)
ReplyDeleteTenang, sudah saya buat kok, tinggal launching besok jam 12 mbak :)
ReplyDeleteDi tunggu launching nya ya mbak
ReplyDelete