Raungan dan dengkingan Shiloh akhirnya terdengar ke rumah Marty. Sebelumnya nih, sebelum ajing Baker menyerang, Marty berhasil mengajari Shiloh untuk diam, menahan suaranya agar tidak menggonggong.
Ayah Marty
yang juga mendengar kejadian itu membawa Shiloh ke rumah Dok Murphy,
tetangganya yang seorang dookter umum. Akhirnya, bukan Cuma orang rumah,
Travers yang sudah lama mencari anjingnya ini mengendus jejak Shiloh dan
menuntut anjingnya untuk dikembalikan. Marty hanya diberi waktu selama beberapa
hari sampai Shiloh sembuh.
Saat Shiloh
dirawat di rumah, Ayah, Ma, Dara Lynn dan si bungsu Becky juga jatuh
cinta dengan Shiloh. Namun, ayah Marty bersikeras untuk meminta Marty berlapang
hati menyerahkan Shiloh sesuai perjanjian pada Judd Travers. Bukannya menutup mata dengan ulah Judd Travers
yang suka sadis sama binatang ini, tapi Mr Preston punya pertimbangan
lain. Shiloh adalah milik Judd Travers,
dan siapaun tidak boleh turut campur dengan milik Travers.
Marty yang
tidak pernah terima dan selalu dibuat galau dengan pelajaran dari alkitab
tentang konsep bohong berpikir keras bagaimana untuk melawan Judd Travers.
Marty yang mengakui semakin banyak kebohongan yang dibuat demi menolong Shiloh
merasa yakin bohongnya adalah untuk kebenaran. Menurut Marty lebih baik ia
berbohong daripada membiarkan Shiloh disiksa.
Pagi hari,
beberapa jam sebelum Shiloh dikembalikan, Marty mendapati Judd Travers yang
menembak seekor rusa betia tidak jauh dari rumahnya. Marty yang melek hukum ini
tahu kalau Travers punya dua kesalahan besar. Pertama, Judd Travers menembak kijang bukan pada musim
yang diijinkan. Kedua, meskipun diijinkan, undang-undang yang berlaku tidak
membenarkan untuk memburu hewan betina.
Keberanian Marty
muncul tiba-tiba. Marty setengah
mengancam Travers untuk melepaskan Shiloh kalau tidak mau dilaporkan dan bakal didenda
sebesar 200 dolar atas ulahnya berburu itu.
Judd Travers
jengkel, akhirnya sepakat untuk membayar Marty sebesar 40 dolar setelah bekerja
2 jam selama 10 sehari. Upah sebesar itu dianggap sebagai tanda lunas untuk
mebeli Shiloh. Sepakat. Marty setuju. Artinya selama 2 jam dalam sehari itu Marty
mendapatkan 4 dolar. See? Segitu mudahnya
dapat 40 dolar dalam 10 hari dibanding ‘nyambi’ jadi loper dan selama itu?
*fokus sama cerita, dong, ah*
Marty yang
masih skeptis dengan kesungguhan Travers memintanya untuk menulis diatas
selembar kertas. Secara serampangan, Judd Travers menulis beberapa kalimat di
balik struk belanjanya untuk memenuhi permintaan Marty.
Marty
dikerjain habis-habisan oleh Judd Travers.
Bocah usia 11 tahun itu disuruh membelah kayu dengan kapak sebagai bahan
untuk perapian miliknya, mencangkul tanah, membereskan gelondogan kayu,
membersihkan rumah, pekarangan, memetik buncis dan pekerjaan berat lainnya yang dalam kacamata saya itu sudah lebih dari
sadis dari perbuatan eksploitasi terhadap seorang anak di bawah umur.
Tapi karena
kecintaanya terhadap Shiloh, Marty menyanggupi tugas dari Travers. Selain itu,
Marty juga menyembunyikan fakta dari orang tuanya dengan tidak menyebutkan
alasan kesepakatan yang dibuat dengan Travers dan tentu saja tugas-tugasnya
yang tidak layak iu.
Menjelang
tugasnya berakhir, Travers mengolok-ngolok Marty . Travers menakut-nakuti Marty
kalau ia tidak akan memenuhi janjinya. Marty yang cerdik membalas omongan
Travers dengan ucapan kalau ia serius dengan komitmen. Ia juga tidak peduli
dengan olok-olok Travers lainnya soal ketiadaan saksi untuk kesepakatan mereka.
Marty cuek,
malah dia melakukan pekerjaan yang tidak diminta Travers. Akhirnya, perlahan
Marty menemukan sisi lain dari Travers. Marty yang menikmati masa-masa kebersamaan
bersama Ayah merasa lebih beruntung dibanding Travers. Travers yang curcol
bercerita ia hanya punya 1-2 kenangan dengan ayahnya yang mengajaknya berburu.
Selebihnya adalah perlakuan kasar yang ia dapatkan.
Perjanjian
antara Marty dan Travers selesai. Kegelisahan Marty terjawab sudah dengan sikap
Judd Travers yang akhirnya memenuhi perjanjiannya itu. Malah sebelum pulang,
Marty diberi ban yang lebih layak untuk Shiloh. Bukan itu aja, Travers juga
akhirnya mau menyebut nama Shiloh setelah sebelumnya hanya mau menyebut
'anjingku atau 'anjing itu''.
Dalam
kenyataannya, Shiloh yang benar-benar ada ini juga jadi pusat perhatian di
Amerika sana. Malah sampai ada yang bela-belain daari Kanda datang ke West
Virginia,setting di mana novel ini dibuat.
Novel remaja
ini mengingatkan saya sama mainstream novel-novel remaja jaman saya macam 5
sekawan, Semester di Malory Towers, Trio Detektif, Stop, dan cerita-cerita lainnya yang beda
banget dengan aliran teenlite sekarang yang aduh udah bicara cinta-cintaan.
www.lautanindonesia.com - |
Well, emang
beda jaman sih, tapi saya ngeri bayangin pakem novel teenlite beberapa tahun ke
depan. Semoga enggak kesampaian kecemasan saya itu. Mudah-mudahan masih banyak
penulis yang aware soal ini. Dan saya
yakin tuh, Dalam lingkaran pertemanan saya di facebook, ada banyak penulis buku dengan segmen remaja yang tidak
terbawa arus berkutat soal cinta putih biru ini. Semoga, ya.
By the way,
ini bahas buku ujung-ujungnya jadi curcol, ya? Hehehe.... Muah-mudahan ga
nyerah baca posting saya yang panjangnya lumayan. O, ya novel ini juga sudah diangkat ke dalam film lho. Jadi kalau ga sempet baca bukunya, bisa lihat filmnya. Ini trailernya di youtube.
Sebenarnya ada link untuk menonton film ini secara full, tapi saya belum menemukan link yang gratis buat ditonton atau didownload. Kebayang ya, dengan durasi 90 menit, bisa bikin jebol pulsa hehehe.... Kalau ada keping cd atau dvd sepertinya asyik. Berhubung film ini dibuat tahun 1996 (novel aslinya tebit tahun 1991 di amerika sana) sepertinya bakal jadi perjuangan buat mendapatkannya.
Sebenarnya ada link untuk menonton film ini secara full, tapi saya belum menemukan link yang gratis buat ditonton atau didownload. Kebayang ya, dengan durasi 90 menit, bisa bikin jebol pulsa hehehe.... Kalau ada keping cd atau dvd sepertinya asyik. Berhubung film ini dibuat tahun 1996 (novel aslinya tebit tahun 1991 di amerika sana) sepertinya bakal jadi perjuangan buat mendapatkannya.
Film-filmnya apaan aja gan yang diangkat dari buku-buku itu?
ReplyDeleteCoba baca lagi postingnya deh
Deletejangan sampaikan kengerianmu akan nasib teenlite masa mendatang mak.. karena aku pun resah.
ReplyDeleteteenlite jaman kita dulu berisi petualangan. jaman sekarang berkisar cinta dan gadget. ckckck
Hehehe... semoga tidak, mak. Ada sih buku-buku fantasi, ada yang saya suka ada juga yang enggak.
DeleteBelum pernah baca yang inni nih..tapi yang pastinya bikin kangen sama buku2 dan komik lawasku yang entah dimana sekarang...
ReplyDeleteDulu saya suka pinjem dari perpus sekolah aja. Uang jajan per harinya habis ga nyisa buat beli buku hehehe
DeletePersahabatan sejati tak mengenal untung rugi ya Nduk
ReplyDeleteSetiap membaca resensi rasanya saya jadi pengin nulis novel deh
Salam hagat dari Surabaya
Iya Pak Dhe, selalu ada pesan positif dari sebuah novel yang dibaca. Saya juga kepengin bikin novel. :) Salam hangat juga dari Bandung
ReplyDelete