Showing posts with label #SahabatJKN. Show all posts
Showing posts with label #SahabatJKN. Show all posts

Saturday, 2 April 2022

Pelaku Digital Marketing Bertumbuh Bersama JNE

 "Cyiiin, mukena kapan sampenya? Mudah-mudahan lusa, ya"

Chat seorang temen yang nanyain sama saya, kapan estimasi perkiraan mukena. Kalau dari pengalaman yang udah-udahan, pesan hari ini, besok udah keterima.Cepet banget kan, ya? Iya, sesama Bandung. Buat saya segitu itu biasa, aja.  Soalnya jenis pengiriman yang saya pake itu CTC, bukan yang kilat.  

"Batur mah hayang cepet-cepet (orang lain mah pengen cepet-cepet)," balas saya.

Temen saya membalasnya dengan emote ngikik sambil nutup mulut.

Biasanya pengalaman saya jualan untuk proses pengiriman ya emang cepet. Kalau agak molor biasanya kepotong libur weekend (pengurusan dari vendornya sih yang pending, bukan dari pihak kurirnya) atau misalnya vendornya pas lagi stock opname. Pokoknya lebih ke teknis dari gudanganya. Tapi kalau udah sampai ke tangan kurir ya cepet. Makanya saya santai aja ngurus pengiriman pesanan ya pake jasa reguler aja hihihi. Dan ongkirnya juga lebih murah. Ini udah kebiasaan umum para pembeli online. Minta yang ongkirnya paling murah atau kalau bisa free ongkir.

Sttt... sebuah tips buat temen-temen yang mau mulai jualan. Mending kasih free ongkir atau subsidi ongkir daripada harga agak murah tapi masih ada ongkirnya. Catet ya, free ongkir itu semacam password buat tindak lanjut pemesanan :)

Lanjut lagi, yuk.

Ga heran kalau saat ini JNE emang paling sering jadi pilihan customer saya yang pengen beli produk-produk yang saya share di story wa. Mau tau apa aja jualan saya? Ya udah add nomer wa saya dulu, ya *eh gimana?*

  c  

Sebelumnya saya pernah cerita  di postingan sebelumnya kalau saya ga pernah kepikiran jadi pelaku olshop atau jualan online. Dulu taunya pake JNE seringnya sebagai penerima saja. Kalaupun pake JNE palingan buat kirim dokumen atau ngirim titipan temen hihihi. Padahal. JNE punya program loyalti buat penggunya, lho. Dan ini bikin saya mupeng sama reward-reward yang diterima sama pemakai setianya. Poinnya banyak amat. Gimana sih caranya biar bisa puya poin buanyaaak kayak mereka? Saat itu sungguh saya dibuat envy. Mau juga atuh lah.

Baca juga: https://www.catatan-efi.com/2022/03/jne-kurir-expedisi-andalan.html

Dulu mindsetnya suasah ah, ga bisa, ga bakat. Sekarang? Saya malah pengen menaklukan jualan online biar laris manis. Kelas-kelas online, grup wa bahkan buku-buku tentang digital marketing saya cariin, tuh. Dalam rangka ngeboost ilmunya jualan biar makin tokcer hihihi.

Ngomong-ngomong soal jualan, bukan saya yang terjun ke dunia online shop in. Kalau punya bakat ya bagus. Tapi bakal lebih baik lagi kalau ada niat kuat dan konsistensi. Seiring waktu berjalan, akses informasi untuk upgrade diri termasuk skill jualan akan berkembang.

Baca ini juga, ya https://www.catatan-efi.com/2018/07/sukses-digital-marketing-ala-dewa-eka.htmlNE

Hal yang sama juga didorong oleh JNE sebagai perusahaan jasa expedisi yang sudah punya reputasi baik. Bukan cuma fokus pada perkembangan perushaan tapi juga mendorong para UKM  untuk bertumbuh. Sebuah sinergi positif yang baik dan menguntungkan kedua belah pihak.

Misalnya aksi nyata yang dilakukan tahun ini adalah ketika JNE kembali menghadirkan JNE Ngajak Online 2022 - Goll..Aborasi Bisnis Online. Ini adalah perhelatan virtual yang mengumpulkan UKM lokal di 59 kota di seluruh Indonesia.


Kegiatan pertama dimulai dari kota Cilacap. Di kota ini JNE juga ingin meningkatkan daya saing serta mengembangkan kapasitas UKM khususnya di Cilacap baik dalam skala nasional maupun global. 

Seperti yang dikatakan oleh Marsudi selaku Head Regional Jateng-DIY membuka gelaran ini dengan menyatakan “Melalui acara ini semoga laju pertumbuhan UKM bisa bersama-sama tumbuh, menuju perkembangan bisnis 5.0. yang akan bertransformasi secara cepat. Mudah-mudahan JNE bisa memberikan terobosan tidak hanya melayani pengiriman, namun memberikan solusi bagi para pengusaha.” JNE Goll .Aborasi Bisnis Online, Jum’at (25/3). 

Dari pelaku UKM, turut hadir Sugeng Paijo selaku Direktur Teman Kreasi Cilacap dan Owner Jajanan Mamake, serta Arif Hermawan selaku Owner Workshop Ableh 47 Custom (AK47 Project) yang membagikan kiat-kiat sukses berbisnis online di era ini.


Mengawali usaha online sejak 2016, hingga saat ini Sugeng Paijo terus berupaya menghadirkan konten sosial media soft-selling dalam memasarkan stik sukun buatannya. 

Gini katanya, “Meski berjualan, konten yang diproduksi jangan berisikan jualan setiap hari. Saya tidak selalu mengunggah soal stik sukun saya, saya juga mengunggah kegunaan buah sukun, dan informasi lainnya yang menarik dan bermanfaat.”

Beberapa hal yang bisa kita praktikan dari saran-saran Sugeng bisa kita contoh untuk kita aplikasikan sebagai penjual online shop. Misalnya:

1. Dengan tidak memproduksi konten hard selling

2. Pentingnya differentiatio untuk meningkatkan daya saing dengan kompetitor sejenis

3. Packaging alias pengemasan juga mempunyai kontribusi sebagai penarik minat konsumen


Selain Sugeng, pada acara ini hadir juga pelaku ekonomi kreatif lainnya, yaitu Arif Hermawan selaku Owner Workshop Ableh 47 Custom.Bagi Arif value juga jadi hal penting dalam berbisnis. Ia malah punya pemikiran menarik soal keberadaan karyawan yang sudah berekmbang. Baginya tidak masalah jika mereka membuat workshop sendiri. Sebuah pemikiran berani saat pelaku melain menganggap kehadira kompetitor sejenis malah dianggap mengurangi daya serap pasar.

Baginya hal lain yang perlu dilakukan adalah membangun kedekatan dengan konsumen adalah hal yang penting dilakukan.


“Konsumen itu unik, apalagi dengan Ibu-Ibu yang setiap hari saya temui. Namanya orang bisnis harus berani mental dan memahami apa yang diinginkan konsumen.”, begitu katanya.


Kalau ini ini sejalan dengan pemikiran JNE ya. Semangat kolaborasi jadi hal yang penting untuk saling mendukung dan bertumbuh. Baik Arif ataupun Sugeng, keduanya mempunyai volume penjualan yang tidak sedikit dari etos kerjanya yang dilakukan.


Hal ini didukung penuh oleh JNE yang memberikan layanan JNE Trucking di mana dengan volume penjualan minimal 10 kg, para pelaku ukm bisa memanfaatkan failitas ini dengan membayar ongkos kirim separuhnya saja.

Insya Allah, dalam waktu mendatang saya juga akan jadi salah satu pelaku UKM yang memanfaatkan fasilitas ini. Aamiin.


Balik lagi ke cerit temen saya, ternyata pengiriman barang yang dipesannya (mukena) memang sampai H+1 setelah pemesanannya. Tadinay temen saya berharap kurirnya bakal sampai besoknya lagi saja alias lusa.


"Soalnya besok aku pergi seharian," gitu katanya.


Dikasih tau gitu saya deg-degan, takutnya pas kurir nya datang ke rumah, eh ga ada siapa-siapa. Kasian kurirnya yang bingung kalau mau nitip ke siapa.


"Suruh lempar ke halaman aja," cetusnya santai.


Eh, asal sekali ngasih ide. Saya gemes tapi pengen ketawa juga. Takutnya rusak atau gimana, kan. Walau mukena ini bukan barang pecah belah yang rentan gitu. Tapi alhamdulillah ternyata pas kurirnya dateng, mamanya lagi berkunjung ke rumah.


Saya lega, dong. Akhirnya pesanan temens aya sampai dengan selamat. Ga pake rusak karena harus dilempar seperti idenya hahaha.


Yakin deh, niat baik akan selalu dimudaahkan Tuhan. Seperti niat baik JNE yang ingin menyampaikan kiriman dengan aman dan selamat ke tangan penerima. Kalau bisa lebih cepat, kenapa harus ditunda/ Ya, ga?


Setelah Cilacap, kegiatan JNE Ngajak Online 2022 – Goll…Aborasi Bisnis Online akan diselenggarakan di kota Sukabmi dan kota-kota lainnya. Semoga roadshownya JNE ini juga sampai ke kota temen-temen. Biar ikut merasakan aksi kolaborasinya sekaligus nge-boost potensi usaha bisnis online temen-temen semua.


Bismillah, kita maju bareng-bareng, ya.



Share:

Wednesday, 18 March 2015

Cerita Mantan Pengguna Narkoba Yang Insyaf


Namanya Dehan.  Semula saya menebaknya  akan memberi testy perjuangannya  untuk sembuh dari TB, sama seperti teteh-teteh lainnya.   tapi ternyata saya, salah tebak. Pembawaannya yang polos dan ceplas-ceplos menghangatkan ruangan Alamanda  yang semula  lebih banyak membuat  peserta  workshop termangu.

Saking asiknya saya menyimak penuturan Dehan, gadget  di tangan yang saya pegang buat ngetwit  jadi terabaikan. Sama seperti teman-teman lainnya, saya  tertarik  untuk fokus  menyimak penuturannya.
Share:

Tuesday, 10 March 2015

Kala Hening Menyergap Para Blogger


Kesenyapan ruang Alamanda, hari  itu  masih  berlanjut. Setelah  4 teteh bercerita  berjibaku berobat  TB, masih ada sahabat  terjang lainnya yang berbagi  kisah. Sebut saja Nyai,  dengan cucunya, Ujang yang berusia  4 tahun,  seorang bocah perempuan, kita panggil saja Bunga ya  yang didampingi sang ibu. Lalu ada Bu Ayi, petugas  puskesmas dari Cimahi Selatan yang  mendapat  giliran bercerita.

source: open.edu
Bunga sendiri terlihat lebih  bugar dari Ujang. Wajar saja setelah mendengar kisah Ujang yang bikin nyesek. Bocah bertubuh ringkih dan kurus itu  sekilas  lebih mirip anak usia  4 atau lima tahun.  Ujang,  anak yang hidup sebatang kara   karena kedua  orangtua telah  meninggal  ini ternyata juga mengidap virus HIV. Kombinasi maut  dari penyakit TB dan HIV  membuat sang nenek  kerap  menahan isak saat becerita  perjuangannya mengobati sang cucu.

Share:

Saturday, 7 March 2015

Karena Masa Depan Itu Hak Semua Orang


Kalau  biasanya beberapa sesi acara  di ruang Alamanda, lantai 2 hotel Aston hotel penuh dengan canda  dan timpalan  yang kocak  dari temn-teman blogger #sahabatJKN #lawanTB, maka  lain ceritanya  ketika hari kedua setelah jeda  makan siang.  Menghadirkan teman-teman Terjang (terus  berjuang - sebutan untuk para pasien dan mantan pasien TB)  membuat suasana  di ruangan  agak-agak melow.  Meski nara sumber ke tiga Rehan sempat menyegarkan suasana  dengan celetukan  polos dan lucunya.
credit: wikihow
Dari  7  teman-teman terjang,  (5 orang dewasa, 2 orang anak 3 di antaranya  malah sudah terkena virus  HIV) saya mendapat banyak hikmah dan inspirasi.  Tadinya  siang itu  saya  bawa laptop ke ruangan sambil coba-coba curi waktu buat ‘mengerjakan PR’ tapi ternyata  tidak berhasil. Perhatian saya tersedot  untuk menyimak penuturan dari para  survivor.
Share:

Friday, 3 October 2014

Daftar JKN Lebih Mudah Lewat Online Ga Pake Antri

Coba deh tanya  kanan kiri Anda,  bisa teman, saudara atau kenalan lainnya.  Sudahkah mendaftar jadi peserta  Asuransi Sosial JKN?  Dari jumlah sementara yang terdaftar sekitar 120 jutaan, sekitar 86 juta  yang terdaftar adalah peserta  Jamkesmas yang dialihkan menjai peserta JKN. Sedikit tambahan, sejauh yang saya amati,  kebanyakan orang  lebih familiar   menyebutnya dengan BPJS daripada JKN. Padahal BPJS  sendiri ada dua, BPJS ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan  yang dulunya Askes alias Asuransi Kesehatan.

FYI, keanggotaan JKN ini wajib diikuti semua warga Indonesia atau WNA yang tinggal  minimal selama 6 bulan di Indonesia.  Meskipun sudah  punya asuransi Kesehatan Komersil,  tetep mendaftar.  Malah ada keuntungannya  dengan menduetkan  keanggotaan JKN dengan asuransi komersil.  Kalau Asuransi Komersil  punya syarat dan kondisi  yang berlaku, dan ini itu  yang  lumayan ribet,  JKN  bisa langsung dipakai, apapun kasus yang diderita pasien (termasuk yang tidak ditanggung asuransi  komersil) Sudah ada contoh kok yang  operasi jantungnya  menelan biaya Rp. 150 juta tetap ditanggung. Yang  Cesar,  rawat jalan  diabetesi dan sebagainya.
Buat para peserta Askes  tidak ada masalah dengan kepesertaan JKN ini karena secara otomatis  peserta Askes  juga tercatat sebagai  peserta JKN (Askes sudah berganti nama jadi BPJS kesehatan) kecuali kalau ada anggota keluarga  yang sudah melewati usia 21  dan atau sudah bekerja,  harus  mendaftar sebagai peserta JKN.
Ada sebagian  perusahaan yang  mendaftarkan karyawannya sebagai  peserta JKN,  dan memang belum semuanya. Nah,  buat kita yang ada di posisi ini atau  pekerja mandiri  yang tidak terikat  sebagai  karyawan atau belum didaftarkan perusahaan, alternatifnya adalah dengan mendaftar sendiri.
Pertanyaan berikutnya,   gimana caranya daftar sebagai peserta JKN? Padahal  antriannya  sangat panjang dan bisa seharian  menghabiskan waktu di sana?  Ga mungkin kalau harus mangkir dari kantor atau ngambil jatah cuti  buat ngantri di kantor BPJS  kalau Cuma  buat ngantri begini, ya (hehehee.... ga mau rugi banget, ya).
Ya sudah, daftar secara online saja.  Waktunya Cuma sebentar. Kalau  buat daftarin sendiri, cuma perlu  15 menitan, lah.  Sementara kalau sambil mendaftarkan yang lain (pengalaman saya mendaftarkan 4 anggota keluarga)  peru waktu ga sampai sejam.
So, kita mulai sekarang saja  tutorialnya, ya (eh  kesannya apaan ya, tutorial. Ya pokoknya semacam  itu lah :D).
Siapkan dulu data-data ini:
  • Kartu Keluarga dan KTP (Kalau enggak ada KTP  masih bisa lihat NIK yang tercantum di Kartu keluarga, cuma buat antisipasi saja kalau-kalau siwer lihat angka  yang mirip atau kecil-kecil).
  • NPWP Pendaftar ( tidak ada pun ga papa sih). Kalau enggak punya isi saja dengan strip.  (-)
  • Nomor Rekening Bank (Mandiri, BNI dan BRI.  Lagi-lagi pengalaman saya, ga musti ada juga).
*Jadi intinya cumpa perlu KK aja? Iya, itu udah cukup*
  • Langkah berikutnya  masuk ke situs  www.bpjs.g.id . Biar enggak  crowded, lemot,  crash, down atau apapun itu, saran saya  buka situs ini pada  malam hari. Paling enak kalau udah jamnya Cinderella pulang alias  tengah malem. Lancar bingit wussss wusss.......  Pagi-pagi setelah subuh sih  bisa  juga, cuma jam segini kebanyakan  pada  riweuh juga karena  harus nyiapin ini itu, yaa. Oke, setelah  masuk, klik  menu di sisi kiri  laman , untuk pendaftaran online. 
  • Klik  menu itu dan kita akan diarahkan untuk  masuk ke  formulir pendaftaran.  Tapi kita bisa membaca dulu ketentuan  yang ada di halaman utama.  Mau pilih kelas 1 dengan iuran Rp. 59.500/bulan atau kelas 2 dengan iuran Rp. 42.500/bulan atau  kelas 3 Rp. 25.500/bulan, mangga, silahkan.  Ga ada perbedan dalam pelayanan di RS kecuali akomodasi ruang perawatan (kalau ada yang aneh-aneh dan pendiskriminasian, silahkan adukan ke layanan   500400 atau 500567 (nomor lokal). O, ya  sebagai informasi,  kalau mau mendaftarkan anggota keluarga, maka kelas yang dipilih  semua anggota keluarga harus sama. Kalau ortu  pilih  Kelas I, anak-anaknya juga pilih Kelas I atau  kalau Kelas II  ya  yang lainnya pilih Kelas II juga.

  • Klik icon pendaftaran dan lanjutkan pengisian  data di halaman berikutnya.  Untuk pendaftaran pertama klik  icon  entri data baru.  Masukan NIK,  Nama dan sebagainya.Untuk kolom Nomor registrasi, dilewat saja dulu (baru diisi saat kita akan mendaftarkan anggota keluarga yang lain). Isi setiap halaman berisi Identitas, Alamat, Fasilitas Kesehatan Tingkat I dan  Nomor Rekening Bank.
  • Untuk mengisi  halaman formulir alamat, sebagai tips  untuk mengisi  data kota, kecamatan, dan kelurahan saya  agar pilihannya muncul, jangan klik filter langsung di sebelahnya. Jadi misalnya nih, saya mau ngisi alamat saya di kota Bandung. Saat memilih Propinsi, Saya klik dulu filter di kolom Propinsi. Waktu saya  mau ngisi  kolom kota, filter  di sebelah kanan kolom kota itu ternyata ga bisa memunculkan pilihan  kota yang ada di Jawa Barat.  Seperti ini, niiih.


  • Saya sempet gemes,  kok gini, ya? Oh ternyata untuk memuculkan daftar kota, saya harus mengklik  filter  yag ada di sebelah kanan Propinsi. Seperti ini nih  harusnya, Baru deh muncul daftar kota di Jawa Barat. Begitu juga selanjutnya  untuk memunculkan datar kecamatan yang ada di Bandung, klik dulu filter  yang ada di  kolom Kota, dan untuk memunculkan daftar  kelurahan, klik filter  yang  ada di sebelah kanan kolom kecamatan.


  • Selesai mengisi  halaman  Alamat,  jangan lupa untuk mengisi  halaman Fasilitas Kesehatan Tingkat I.  Jadi kalau nanti kita sakit, Fasilitas  Kesehatan Tingkat  I yang  sudah dipilih ini yang  akan dikunjungi. Selain Puskesmas, kita juga bisa memilih  Klinik atau Poli  yang ada. Saya sendiri  prefer memilih Klinik Luhur Medika Centre,  setelah ngobrol sama teman. Di sana selain dokter jaga ada fasilitas lainnya, termasuk dokter gigi yang stand by (meskipun  untuk sementara ini saya  sudah punya piliha doter gigi  yang sayangnya lokasi praktiknya   bukan di Bandung, tapi di Bandung Barat :D. Ya, cuma  faskes  yang ada di Bandung aja yang bisa dipilih). Eh iya, kalau mau pindah  Fasilitas  Kesehatan  juga  bisa,  cuma harus nunggu  minimal 3 bulan berikutnya. Begitu juga untuk pindah kelas, harus nunggu 3 bulan. Sebagai catatan kalau pindah  Fasilitas Kesehatan harus datang ke kantor BPJS untuk mengurusnya ya, karena di kartu JKN itu  masih tercantum nama Fasilitas Kesehatan yang lama.
  • Selesai Mengisi  formulir Faskes,  selanjutnya  tinggal mengisi halaman Nomor Rekening Bank. Ada 3 aftar Bank di sana, yaitu BRI, BNI dan Mandiri. Diantara ke 3 pillihan  ini siebenarnya saya ga punya  rekening di sana.  Saya coba tuh masukin nomor rekening saya di Syariah Mandiri. Eh, bisa! Program mau memrosesnya. Mungkin bisa dicoba dengan meminjam nomor rekening teman atau yang lainnya. Cuma buat ngisi data aja, tidak akan menngurangi rekening teman karena ini untuk memudahkan debet dari rekening  untuk membayar  iuran bulanan saja.
  • Selesai dari sini, isikan  email dan  kode verifikasi di bagian bawah.  Selesai. Selanjutnya sistem akan mengirim konfirmasi ke alamat email  berisi   tautan yang harus diklik yaitu formulir pendaftaran (kalau mau daftar langsung ke BPJS),  tautan  untuk mengunduh Virtual Account (ini yang harus diprint dan dibawa  ke Bank  untuk dibayar,  harus ke 3 bank yang ada di situ, ya: BNI, BRI atau Mandiri atau via e-banking juga bisa). Selesai membayar ke Bank  buka lagi email  untuk mencetak  e-ID.


  • e-ID  ini yang harus dibawa  setiap kita akan berobat  ke  Puskesmas/Poli/Klinik atau bahkan saat dirujuk ke RS. Jangan lupa  untuk membawa KTP  karena  nantinya akan dicocokan  data NIK yang ada di e-ID dengan data di KTP.   Ga harus  dibawa ke kantor BPJS buat dituker sama kartu  biasa lainnya.  Lembar print outnya aja udah cukup. Tapi kalau keukeuh mau dapet  versi  hard copynya  ya boleh-boleh aja,, bawa  print out ini ke kantor BPJS  terdekat. ga usah ngantri, nantinya ada loket khusus yang melayani pencetakan kartu JKN ini.
  • Kalau mau mendaftarkan  anggota keluarga lain, masuk lagi ke halaman pendaftaran seperti  di langkah pertama. Bedanya, di sana kita bisa mengklik  menu Registrasi Keluarga.  Saat diminta untuk memasukan  nomor pendaftaran, kita bia mencarinya  di  tautan  formulir pendaftaran. Yang ada di sudut kiri formulir itu yang kita masukan, seperti ini:

Nomor Registrasi On-Line BPJS
  • Kalau ternyata  bermasalah  saat  memilih pendaftaran anggota kelurga dengan pilihan Registrasi Keluarga, ya sudah  pilih saja menu entry data baru. Ga apa-apa, kok.   Notifikasi  email  pendaftaran yang masuk bisa cepat atau nunggu beberapa jam tapi enggak sampai beberapa  hari.  

Jangan lupa untuk membayar iuran  JKN ini setiap bulannya. Kalau telat, setiap  bulannya bakal kena denda  20% dan lewat dari 6 bulan  ga bayar dianggap keluar.  Kita ga tau kapan kita atatu anggota keluarga lainnya tiba-tiba harus masuk Rumah Sakit dan perlu perawatan, kan? Mudah-mudahan ke depannya  BPJS segera meningkatkan kapasitas  lamanya biar bisa diakses siang hari. Ya sudah, gitu aja.  Gampang, kan? Yuk daftar yuuuuk....!

Share:

Friday, 15 August 2014

JKN Biaya Pengobatan Tanpa Syarat Ribet

Tepat jam 9 pagi, travel yang saya tumpangi sampai di poolnya,  di kawasan Pancoran. Alamatnya? saya lupa, pokoknya sekitar situ lah. Ga mau pusing nyasar di Jakarta, saya memutuskan untuk naik ojeg menuju  hotel Harris yang terletak di jalan Dr Sahardjo untuk mengikuti Workshop Sosialisasi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).

Sempet ngajak ngobrol sama tukang ojegnya dan kicauannya mengalir, komplit dengan logat khas Betawinya. Jadi  kebayang FTV yang suka tayang di tv itu, lho ( Ya iya lah, masa tayang di bioskop?). Si Bapak yang saya lupa ga tanya namanya ini cerita pernah kerja di gedung.

"Kerjanya ngapain, Pak?"

"Itu lho, Bu yang bersihin kaca. Pake tali gitu, naik turun. Ngeri dah..."

"Berapa lama pak kerja kayak gitu?"

"Tiga taon. Mending  ngojeg aja sekarang."

credit

Saya membulatkan mulut. "Oooh...". Sayangnya, pagi itu saya yang masih blank sebenar-benarnya blank soal JKN (ga sempet googling barang seuprit pun). Jadinya ga bisa mensosialisasikan bagaimana coverage dari premi kesehatan Pemerintah yang sangat-sangat bersahabat buat semua lapisan masyarakat. Ya,  ga berarti si Bapak tukang ojeg ini mesti bertahan dengan kerjaannya bersihin gedung yang bisa bikin jantung jadi mencelos, sih.

"Tuh Bu, hotelnya,"  tunjuknya ke sebrang jalan.
Share: