Sebutlah acara resepsinya berlangsung 3 jam (ya anggap aja umumnya acara dimulai dari jam 11.00 sampai 14.00), berarti ada 120 piring yang masih punya sisa makanan. Itu belum dihitung di stand makanan semacam cake, aneka mie/pasta, bakso atau hidangan lainnya. Makanya, saya selalu berusaha mindful untuk mengambil makanan. Sebelumnya udah memperkirakan porsi yang pas agar habis tidak bersisa.
Sampah Makanan Masalah Bagi Lingkungan
Beberapa waktu yang lalu juga saya baca berita kalau TPA Sarimukti yang menampung sampah di area Bandung Raya kembali overload. Lebih dari setengahnya adalah sampah makanan. Pada tahun 2023 saja dari target kapasitas 2 juta ton, jumlah sampah yang masuk saat ini sudah mencapai 14 juta ton. Overload sekali. Saya jadi inget beberapa waktu lalu ketika TPA Sarimukti ditutup sampah-sampah sisa pasar tumpah di beberapa titik berceceran di pinggir jalan.
Dibiarkan meresahkan, tapi kalau diangkut juga mau dibawa kemana? Dilematis tapi harus segera diatasi. Itu baru di Bandung saja. Kalau mau naik level yang lebih tinggi fakta yang tersaji lebih mengerikan.
Beberapa waktu yang lalu juga saya baca berita kalau TPA Sarimukti yang menampung sampah di area Bandung Raya kembali overload. Lebih dari setengahnya adalah sampah makanan. Pada tahun 2023 saja dari target kapasitas 2 juta ton, jumlah sampah yang masuk saat ini sudah mencapai 14 juta ton. Overload sekali. Saya jadi inget beberapa waktu lalu ketika TPA Sarimukti ditutup sampah-sampah sisa pasar tumpah di beberapa titik berceceran di pinggir jalan.
Dibiarkan meresahkan, tapi kalau diangkut juga mau dibawa kemana? Dilematis tapi harus segera diatasi. Itu baru di Bandung saja. Kalau mau naik level yang lebih tinggi fakta yang tersaji lebih mengerikan.
Indonesia jadi 'runner up' penghasil sampah makanan di dunia. Bukan prestasi dong. Andai bisa diolah bukan saja menghemat banyak aspek tapi juga bisa mengatasi masalah makanan dengan menyalurkan makanan yang masih layak pada mereka yang membutuhkan.
sumber foto: https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards |
Kevin dan Garda Pangan
Kevin mendirikan Garda Pangan pada tahun 2017 yang berfokus pada isu sampah makanan dan kesetaraan akses pangan di Surabaya. Langkah yang dilakukannya adalah dengan cara mengumpulkan surplus makanan yang didapatkan dari industri penghasil makanan olahan seperti hotel, bakery, kafe, restoran, rumah makan, katering dan industri sejenis lainnya.
Tentu saja Kevin tidak asal menampung karena makanan-makanan ini masih layak untuk dikonsumsi dengan cara menjemput bola. Kualitas makanan lebih terjaga selain itu juga distribusinya lebih cepat tersampaikan kepada penerima manfaat.
sumber foto: gardapangan.org |
Pada pelaksanaanya, Garda Pangan juga menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) agar makanan tetap higienis mulai dari penjemputan sampai diterima kepada masyakarat sehinggi martabat mereka juga tetap terjaga
Inspirasi dari Surabaya untuk Kota-kota Lain
Di sini saya jadi mikir, yang di Bandung mau mengadopsi cara ini juga ga, ya? Selain cerita di acara resepsi yang saya ceritain tadi kan Bandung tuh terkenal dengan industri food and beveragenya. Ada aja tuh kreasi makanan atau minuman baru, kafe-kafe kekinian yang entah suah berapa banyak. Laris manis ya syukur tapi kalau tersisa alangkah lebih baiknya dimanage biar ga jadi mubazir.
Pernah tuh saya ngobrol sama tetangga saya yang jualan es kelapa muda. Saya pernah nanya sama beliau tuh batok-batok kelapa di kemanain sih, bu? Ibunya cerita dia sendiri bingung mau di kemana-in, tapi kan lingkungan di sekitar tempatnya jualan harus tetap terjaga kebersihannya. "Eneng kalau mau ambil aja, gratis," gitu katanya. Saya menggeleng karena kalau ditampung pun ga bisa mengolahnya .
Jadinya beliau ini mengalokasikan Rp. 400.000 buat membayar tukang sampah untuk mengangkut sampah cangkang kelapa itu biar ga menumpuk. Saya bisa membayangkan kalau sisa-sisa kelapa itu ga diangkut sehari aja udah menggunung tuh di samping depotnya.
ilustrasi pemanfaat batok kelapa. sumber https://jadesta.kemenparekraf.go.id/ |
Sisa Makanan Tak Terpakai Tetap Bermanfaat
Balik lagi ke Garda Pangan. Selain mendistribusikan makanan-makanan ini bagi 28 ribu penerima manfaat dari masyarakat kurang mampu, Kevin dan teman-temannya juga tidak hilang akal mengatasi sisa makanan yang tidak layak. Garda Pangan juga memanjangkan langkahnya dengan melakukan upaya lain yaitu mengolah makanan yang sudah tidak layak konsumsi diolah menjadi pakan ternak sehingga bisa meminimalkan sampah.
sumber foto: gardapangan.org |
Seperti ide yang saya pikirkan tadi ternyata limbah makanan sisa ini juga bisa diolah dengan memanfaatkan teknologi biokonversi BSF (Black Soldier Fly). Hasil pengolahannya behasil mereduksi emisi gas rumah kaca hingga sebanyak 533.900 kg. Sebuah capaian yang fantastis. Bayangin saja kalau sampahnya ga diolah. Bukan cuma soal polusi udara dari aromanya yang menganggu tapi juga mengundang masalah baru yang mengusik kesehatan bagi masyarakat di sekitar.
Edukasi untuk Anak-anak Sekolah
Garda Pangan juga ga cuma menyasar orang-orang dewasa sebagai penerima manfaat atau memberikan edukasi tentang pentingnya kesadaran memperlakukan makanan dengan kesadaran. Ini nih, yang saya suka dari Garda Pangan, menanamkan kesadaran sejak dini untuk anak-anak dengan program Kids Education-nya. Sederhana tapi bermakna.
Jangan sampai kesadaran ini terputus tanpa adanya estafet sebagai upaya keberlanjutan mengatasi masalah sampah makanan ini kan?
sumber foto: gardapangan.org |
Mereka diajak terlibat dalam simulasi permainan yang membuat mereka lebih mudah faham dan melakukannya dengan riang gembira.Cara ini lebih mudah dicerna mereka tanpa harus membuat mereka jadi mikir. Pas banget.
Apresiasi SATU untuk Teladan Kevin Gani
Apa yang dilakukan Kevin adalah sebuah aksi nyata untuk mengurangi food loss dan waste, dan memberikan pemahaman yang sederhana akan pentingnya mengelola dan mengonsumsi makanan hingga proses akhirnya menadji sampah seminimal mungkin.
Saat ini sudah ada 1.500 relawan serta kemitraan yang berkolaborasi dari pelaku usaha yang turut berpartisipasi. Ini seperti sebuah pepatah lama yang masih relevan. Sekali mendayung, 2-3 pulau terlalui. Bukan cuma soal sampah makanan yang teratasi tapi juga membantu mengatasi masalah gizi masyarakat dengan cara yang layak dan bermartabat.
Bak simalakama juga sih ya, kadang orang tua juga picky eater sehingga anaknya juga niru. Udah gitu kalau makan di luar masih nalurinya mau ambil yg banyak, bukan secukupnya aja. Keren nih abang Kevin semoga makin banyak yang teredukasi
ReplyDeleteGarda pangan yang menginspirasi sekaligus kayak nge jewer biar gak ada lagi yang namanya sampah sisa makanan, karena dampaknya luar biasa kepada lingkungan
ReplyDeleteKeren sekali, MasyaAllah. Tepat banget Kevin Gani dapat Award SATU Indonesia award, secara yang dia lakukan ngasih dampak se-luar biasa ini. Ah jadi pengen gabung. Ngulik info gmn jadi relawan dulu ah. Makasih infonya teh
ReplyDeleteKeren nih inovasi Kevin. Bis jadi contoh untuk generasi muda lainnya. Yuk ah kita juga seharusnya lebih peduli lagi pada lingkungan ya...
ReplyDeleteHebat mas kevin dan garda pangan. Anak2 muda yang luar biasa ya. Beneran keren. Ikut bangga. Semoga di Semarang juga ada nih.
ReplyDeleteDan perhatian ke pengolahan sampah lebih terperhatikan dan ada solusinya juga.
Keren banget gerakan ini 😍 sebagai orang yg selalu menghabiskan makanan, aku suka risih melihat orang yg makanannya masih banyak tersisa. Good job mas kevin untuk gerakan yg memberi dampak besar ini ✨
ReplyDeleteMasalah sampah memang jadi masalah bersama ya apalagi kalo gak diberesin, keren sih nih inisiatifnya pantas utk ditiru yg lain
ReplyDeleteBeneran inspiratif ini teh, masih muda tapi udah bikin inovasi yang luar biasa hebat ya.. bukan cuma soal sampah makanan yang teratasi tapi juga membantu mengatasi masalah gizi masyarakat dengan cara yang layak.. salut buat Kevin
ReplyDeleteBiasanya tuh resto ataupun hotel rada sulit memberikan sisa makanan yang mereka punya. Standarnya kebanyakan dimusnahkan, tidak boleh dibawa pulang karyawan, ataupun didonasikan. Bagus juga usaha mas Kevin ini kalau bisa menembus birokrasi aturan itu agar tidak terjadi food waste yang makin meningkat.
ReplyDeleteSampah itu banyaknya memang dari sisa makanan, apalagi sampah yang berasal dari rumah tangga
ReplyDelete