Bahwa sebagian besar penyakit disebabkan oleh pikiran aku sudah tau. Tau tapi abai. Semacam penilaian itu mah terjadi sama orang lain. Tapi lupa sama diri sendiri sangat mungkin mengalaminya. Lupa kalau aku sendiri tuh juga punya masalah, cuek bebek dan merasa baik-baik saja.
Sampai kemudian beberapa waktu lalu aku kerap direcoki keluhan pusing. Biasanya muncul saat pagi-pagi atau pas jam makan siang. Kalau lagi di luar ga begitu terasa (atau ga dirasa?). Nah kalau lagi di rumah, udah nyerah deh. Nyari kasur lalu rebahan. Sebel rasanya karena jadi ga bisa produktif.
Setelah beberapa kali nyimak tulisan tentang bars dan teman-teman yang udah menjalani dan mendapatkan sentuhan bars, kupikir aku butuh ini. Datanglah aku, dengan 'pasrah' nyetorin diri buat dibars. Pertama kali dibars, Nchie yang ngasih bars nanya, " Kamu capek banget kayaknya, ya?" Ga banyak ngomong, aku iyain saja. Emang beneran cape. Lebih tepatnya suntuk.
Lanjut di hari BARS sedunia aku ikutan lagi. Ketemu lagi dr Dave yang ngomelin aku karena terlihat jelas dan nyata aku dari muka kalau cheating kebanyakan. Hahaha ampun, Dok! Iya, aku pasiennya yang dulu menghilang dan pas ketemu lagi lagi kacau. Bukan cuma bruntusan yang kembali bersemi di muka tapi juga masalah lainnya. Ga bisa ngeyel pokoknya.
Waktu ada kelas BARS akhir april lalu, aku memutuskan ikut tanpa banyak mikir, ga pake diajak sedikitpun. I just need it. Itu saja yang kupikirkan. Apalagi jadwal kelas BARS ini ga setiap bulan ada di Bandung. Kapan lagi coba?
Guys, you know what?
Waktu dr Dave lagi ngomong soal BARS, aku harus diBARS duluan, karena terdeteksi pusing. Awalnya ku kira cuma ngantuk saja. Tapi keluhannya sama kayak pusing yang sering kudapati saat sedang di rumah. Parahnya lagi pusingnya aku itu bisa bocor, banyak yang ketularan. Mereka merasakannya, aku mah enggak. Cuek banget, ya?
Di kelas BARS waktu itu setiap peserta termasuk aku mendapat giliran untuk memberi (giving) dan menerima (receiving) masing-masing dua kali. Kecuali aku, yang migrennya kebangetan, harus melipir di tengah paparan yang disampaikan dr Dave buat mendapatkan BARS sebanyak dua kali.
Malamnya aku chat sama dokter. Aku ditanya ada masalah apa sampai migrennya sehebat itu? Waktu itu kubilang, "Ga tau, Dok."
Terus dokternya bilang gini:
"Coba kamu tanya diri sendiri, apa masalahnya? Kamu harus mengikhlaskan dirimu."
Baik. Ga mudah memang. Semula kurasa masa lalu ya udah masa lalu. Tapi ternyata tidak. Ada satu waktu tertentu yang sebenarnya aku belum sepenuh hati berdamai dengan diri dan memaafkan diri sendiri. Ada luka di masa lalu yang masih membayangi. Dibalik kecerewetan, sebenarnya menutup diri dan menyimpan banyak ketakutan yang berlebihan.
Satu malam, sebelum tidur aku coba ngobrol sama diri sendiri. "Kamu kenapa? Apa yang bisa kulakukan untuk menolongmu? Maafkan aku kalau selama ini mengabaikanmu, berpura-pura semuanya baik saja. Kita hadapi dan selesaikan semuanya, ok? Aku janji. ga akan membiarkanmu lagi sendiri dan ketakutan. Ssst.... semua akan baik-baik saja. Jangan khawatir".
Aku nangis, meneteskan air mata sebelum jatuh tertidur. Paginya aku merasa lebih baik dan sudah tidak merasakan lagi rasa migren yang datang mengepung pagi atau siang hari. Aku ga mau lagi lama-lama ngekepin pusing yang ternyata disebabkan oleh pikiran.
Sebelum ini aku mudah terintimidasi dengan pikiran sendiri, dengan ketakutan dan ga enakannya yang sebenernya aku ciptakan sendiri. Sungguh ga nyaman.
Di kelas BARS waktu itu setiap peserta termasuk aku mendapat giliran untuk memberi (giving) dan menerima (receiving) masing-masing dua kali. Kecuali aku, yang migrennya kebangetan, harus melipir di tengah paparan yang disampaikan dr Dave buat mendapatkan BARS sebanyak dua kali.
Terus dokternya bilang gini:
"Coba kamu tanya diri sendiri, apa masalahnya? Kamu harus mengikhlaskan dirimu."
Baik. Ga mudah memang. Semula kurasa masa lalu ya udah masa lalu. Tapi ternyata tidak. Ada satu waktu tertentu yang sebenarnya aku belum sepenuh hati berdamai dengan diri dan memaafkan diri sendiri. Ada luka di masa lalu yang masih membayangi. Dibalik kecerewetan, sebenarnya menutup diri dan menyimpan banyak ketakutan yang berlebihan.
Satu malam, sebelum tidur aku coba ngobrol sama diri sendiri. "Kamu kenapa? Apa yang bisa kulakukan untuk menolongmu? Maafkan aku kalau selama ini mengabaikanmu, berpura-pura semuanya baik saja. Kita hadapi dan selesaikan semuanya, ok? Aku janji. ga akan membiarkanmu lagi sendiri dan ketakutan. Ssst.... semua akan baik-baik saja. Jangan khawatir".
Aku nangis, meneteskan air mata sebelum jatuh tertidur. Paginya aku merasa lebih baik dan sudah tidak merasakan lagi rasa migren yang datang mengepung pagi atau siang hari. Aku ga mau lagi lama-lama ngekepin pusing yang ternyata disebabkan oleh pikiran.
Sebelum ini aku mudah terintimidasi dengan pikiran sendiri, dengan ketakutan dan ga enakannya yang sebenernya aku ciptakan sendiri. Sungguh ga nyaman.
Aku juga memikirkan satu hal lain. Aku harus kenalan lagi lebih banyak dengan diri sendiri. Lebih sayang dan mencurahkan perhatian untuk diri sendiri. Bukan cuma lelah tapi bosen dengan ketidaknyamanan yang kualami. Karena migren yang kerap kurasakan tempo hari itu datangnya dari masalahku. Migren yang timbul adalah sinyal tubuh yang butuh perhatian.
Dari tadi aku ngomong terus soal BARS. Jadi, BARS itu apa, sih?
Begini, BARS adalah metode sentuhan di 32 titik yang ada di kepala. Dengan mendapatkan sentuhan BARS ini membantu meredakan pikiran kita yang sibuk terus, loncat-loncat juga menenangkan emosi dan pandangan untuk kembali tenang dan damai.
Udah tau dong dengan pikiran ruwet gitu kita susah nemu happy. Ya, kan?
Ibaratnya gadget atau laptop, otak kita itu menyimopan 'cookies' alias sampah dari kenangan atau pengalaman yang ga nyaman. HP aja kalau memorinya udah semakin sempit jadi loading lama dan gampang panas, terus eror. Dengan sentuhan BARS, sampah-sampah emosi dan pikiran itu dibuang dan memori yang ada di kepala kita kembali lega.
Dengan pikiran yang lebih fresh, segar membantu kita untuk lebih terbuka, lebih aware dengan kesempatan untuk menjadikan diri lebih baik dalam banyak hal. Hati dan pikiran yang tenang bukan hanya obat tapi juga jadi magnet yang mendatangkan banyak kebaikan. Bukan saja sama diri sendiri, BARS juga membuka jalan utnuk memiliki persepsi positif dan sugesti positif dengan orang lain. Kali ini aku merasa lebih enjoy dan rileks dalam banyak hal.
So, bye migren! Welcome a new me
Begini, BARS adalah metode sentuhan di 32 titik yang ada di kepala. Dengan mendapatkan sentuhan BARS ini membantu meredakan pikiran kita yang sibuk terus, loncat-loncat juga menenangkan emosi dan pandangan untuk kembali tenang dan damai.
Udah tau dong dengan pikiran ruwet gitu kita susah nemu happy. Ya, kan?
Ibaratnya gadget atau laptop, otak kita itu menyimopan 'cookies' alias sampah dari kenangan atau pengalaman yang ga nyaman. HP aja kalau memorinya udah semakin sempit jadi loading lama dan gampang panas, terus eror. Dengan sentuhan BARS, sampah-sampah emosi dan pikiran itu dibuang dan memori yang ada di kepala kita kembali lega.
Ga usah cemas atau malu kalau masalah kita bakal ketauan oleh praktisi BARS yang ngasih sentuhan itu. Kalian lagi suntuk, tapi segan untuk curhat tapi pengen menumpahkan sampah yang jadi uneg-uneg? BARS ini bisa jadi jawaban untuk masalah kalian. I've been there, done that.
By the way BARS bukan cuma soal meredakan migren seperti yang kualami. Apapun masalah kalian, BARS akan jadi kunci untuk membuka kotak yang lama tertutup rapat, menemukan benang merah permasalahan dan melepaskannya. Trauma, sakit hati, marah, benci, atau beban lainnya.
saat hadir itu ada sesi memberi dan menerima, itu maksudnya bagaimana mbak?
ReplyDeleteTetehh, ini KEREN BUANGETTT sih terapinyaaaa
ReplyDeleteaku berharap suatu hari nanti bisa ikutan.
Kayaknya BARS ini cocok kalo digelar di kota2 dingin, kayak Malang atau Batu ya
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Baru tau tentang BARS, biasanya treatmentnya brp lama Teh?
ReplyDeleteKayaknya saya butuh BARS ini. Lagi ada macam-macam pikiran di kepala. Bikin segala hal jadi gak fokus
ReplyDeleteAwalnya tak pikir BARS itu merek obat mba..ternyata semacam metode self healing gitu yaa. Memang sih, katanya pikiran itu bisa jadi sumber penyakit. Jadi fisik terganggu gara2 pikiran. Thanks sharingnya mba..jadi tambah ilmu berkat artikel ini
ReplyDeleteBener banget, kalo banyak pikiran pasti efeknya jadi penyakit ya. Harus banyakin relaks dan ikhlas nih. Thank for sharing mak :)
ReplyDeleteBars ini beneran bikin penasaran deh, pengen banget deh nyobain, kapan ya...
ReplyDeleteMembaca tulisan Mba Efi, saya jadi ingin diBARS juga. Akhir-akhir ini merasa migren. Kalau pagi-sore, seger buger kelihatannya karena sibuk di kantor. Tapi pas pulang, nyampai rumah langsung enggak karuan rasanya.
ReplyDeleteBerdamai dengan diri sendiri akan masa lalu, trauma, benci atau lainnya, kadang terasa biasa-biasa aja, tapi aslinya ngenes :((((
BARS ini tehnik terapi ya mak, tadinya saya kira obat untuk migren, ternyata keruwetan pikiran bisa mempengaruhi kesehatan apalagi perasaan-perasaan yang negatif, jadi penasaran seperti apa sih BARS itu.
ReplyDeleteSepertinya saya butuh BARS ini, bisa menguraikan peningnya kepala kalau tanggal tua *eh*.
ReplyDeleteBtw, ikutan pengen nangis juga baca sesi ngajak bicara diri sendiri itu.
Enak klo terapinya semacam dipijit gitu mak...sy juga mau keluhannya ga pusing tp carape hahah. Hoyong salse
ReplyDeleteAku tahu BARS dari status Teh Nchie, dan beneran mupeng diBARS. Karena mulai puasa kemarin tuh ngalami miren, kepala pusing sebelah kanan. Selama ini aku suruh suami pijat bagian bahu aja. Tapi baca ini jadi pengen diBARS, di Semarang kata Teteh belum ada ya
ReplyDeleteJujur aku baru tau nih tentang BARS ini, ternyata bisa ngobatin migren juga ya. Jadi penasaran pengen nyobak juga.
ReplyDeleteAku baru tentang BARS ini, sentuhan yang bisa membantu meredakan pikiran kita yang sibuk terus, loncat-loncat juga menenangkan emosi dan pandangan untuk kembali tenang dan damai. Di Jakarta ada ya?
ReplyDeleteUdah pernah coba BARS tapi cuma 15 menit, belum optimal rasanya. Aku penasaran dengan cara kerjanya gimana tapi otakku gak kebayang meski udah dijelaskan, jadi aku pengen belajar juga deh biar bisa tau dan nolong diriku juga, syukur2 bisa nolong orang
ReplyDeleteAku baru tahu soal BARS ini dan aku butuh. Biasanya BARS gini menghabiskan duit berapa teh?
ReplyDeleteAku memang ada yang ingin diselesaikan sama diri sendiri sih
Aku juga jarus di bars ya mak. Soalnya, suka migrain juga ini.
ReplyDeleteAndai di Surabaya juga BARS ini bisa diadakan seperti di tempat mba Efi
ReplyDeleteSaya juga kalau banyak pikiran jadinya suka drop
Kalo lagi penat di BARS kayak ceritanya teh efi enak banget sepertinya?! Mahal ga ya kira2 treatmentnya? Bisa berapa kali frekuensinya?
ReplyDeleteSemua orang punya hal yang sulit dimaafkan, tapi bagaimana dia survive dengan semua itu yang membedakannya tapi semua orang butuh diBARS, termasuk aku nih
ReplyDeleteAku pernah cobain terapi BARS ini teh pas di Bandung. Temen-temen ada yang tertidur dan ada yang nangis saat treatment. Tapi pas aku koq enggak gitu ya. Cuma rasanya nyaman aja badan.
ReplyDeleteEfeknya bisa macem-macem tergantung masing-masing orang dan seberapa mau dia membuka diri ya
Ini rasanya kayak dipijat gak mbak? Akar penyakit memang dari stres. Kudu ikutan terapi ini nih.
ReplyDelete