Hanya berselisih sekitar dua minggu saja buat saya menunggu film Mars Met Venus (part cowok) untuk tayang di bioskop setelah sebelumnya menonton dulu part cewek dengan judul yang sama. Sempat terpikir juga, kenapa mesti ada dua part, ya? Pertanyaan itu baru terjawab setelah nonton keduanya. Asiknya saya berkesempatan nonton bareng bersama tim dan castnya pada hari Selasa, 1 Agustus 2017. Terimakasih banyak buat MNC Pictures dan FFB untuk undangan nonton barengnya.
![]() |
yang ga sabar nonton filmnya *foto pribadi* |
Untuk part cowok, selama 94 menit film ini berjalan ada beberapa adegan yang sama dengan part sebelumnya. Misalnya saja ketika adegan di restoran, direcokin tukang sate padang, atau gombal-gombalan keduanya ketika ternyata memberikan jawaban yang sama saat Lukman (Lukman Sardi) menyampaikan pertanyaan. Hanya saja kali ini alur cerita lebih menekankan pada sudut pandang cowok, sekaligus mengajak penonton untuk berempati pada Kelvin. Dan yes, film kedua ini berhasil meyakinkan saya untuk merapat sebagai tim Mars, alias pendukung Kelvin. Maaf ya, Mila ^_^.
![]() |
fotonya dari https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-mars-met-venus-part-cewe/ |
Tapi ternyata saya salah. Jika Icha (Ria Ricis) dan Malia (Ria Ramadhani) membuat Mila pusing dan semakin galau, Kelvin malah beruntung. Ia mempunyai banyak masukan dari berbagai sudut pandang teman-temannya bagaimana menghadapi Mila. Kelvin didorong memikirkan lagi hubungannya dengan Mila dengan berbagai rasa; pait, manis, pedas sampai asin pun. Keempat sahabatnya bisa dibilang spesies 'manusia hancur dan suka meracuni'. Walaupun ada Ibob yang rada ngondek, Steve yang sama-sama 'pusing' dengan pacarnya atau Martin yang urat malunya nyaris putus, Kelvin masih punya Reza (Reza Nangin) yang bijak menengahi opini dari teman-temannya. Itu yang tidak dimiliki Mila. Seorang sahabat yang masih punya logika yang jernih dan menyampingkan perasaan. Beruntunglah kalau punya 'sahabatnya pacar' seperti Reza ini.
Makanya, ketika Mila memilih menjauh dan masih saja direcoki tingkah sahabat-sahabatnya yang pecicilan, Kelvin masih punya keluarga terdekat yang mengembalikan lagi semangatnya untuk bertahan. Ini salah satu sisi lain dari sisi tim Mars yang jujur dan ga muluk-muluk.
Beda dengan tim Venus yang bisa dibilang idealis sekaligus drama queen. Perempuan emang ribet, maunya dipahami tapi susah untuk memahami. Egois memang hahaha *nunjuk bayangan di kaca*. Faktor perasaan perempuan memang masih dominan daripada logikanya, Walau sebenarnya ga sedikit juga mahluk Tuhan yang indah berjenis perempuan masih punya alur logika yang runut seperti laki-laki. No hard feeling ya, gals.
![]() |
sumber foto: https://i.ytimg.com/vi/0NAohDBqMtM/maxresdefault.jpg |
Saya jadi mikir, ternyata begitu ya kalau cowok lagi patah hati? Mungkin ga jauh beda dengan pengalaman Kelvin yang bengong ga jelas dan hampir kehilangan semangat hidupnya. Bahkan untuk mandi pun harus diseret keempat teman-temannya.
Salah besar juga kalau yang namanya cowok itu dan ga pedulian, lempeng alias ga punya perasaan, atau kurang peka, Bagian paling favorit adalah ketika Kelvin bercerita bagaimana ia tidak bisa menggambar wajah Mila ketika sedang menangis adalah salah satu adegan yang mematahkan opini itu. Penonton juga akan diajak terhanyut merasakan patah hatinya Kelvin yang kelimpungan saat harus berjarak dengan Mila. Mungkin karena itu juga OST Dulu Kini Nanti yang dinyanyikan Adis Putra terasa lebih menyentuh.
Surprisingly, kali ini Mars Met Venus juga cukup manis mengangkat isu budaya matriarki yang masih dianut masyarakat Padang secara proporsional. Unsur dramanya lebih terasa selain dialog-dialog lucu soal selera makanan antara Mie, nasi, sate dan gudeg.
Lewat besutannya, sutradara Hadrah Daeng Ratu dan penulis naskah Nataya Bagya melemparkan filosofi yang menarik dari tukang Mie ayam yang melayani Kelvin dan Mila. Hubungan antara laki-laki dan perempuan akan jadi sebuah harmoni jika diolah dengan cara yang pas. Bukan seperti selama ini yang mengumpamakannya dengan air dan minyak, yang selama ini identik dengan unsur kimia yang susah menyatu. Di tangan yang handal meracik, ternyata bisa jadi kolaborasi rasa yang pas dan enak, bikin ketagihan. Intinya? Kalau ada masalah itu mbok ya, ngobrol dan mau mendengarkan. Jangan ngambek terus ngeloyor begitu saja seperti yang dilakukan Mila.
Walaupun terasa nyentil, saya tidak ragu ikut menertawai gambaran betapa ribetnya mahluk Tuhan bernama perempuan. Seperti analogi perempuan agresif vs ga enakan, plinplannya saat memilih makanan yang berputar-putar dan baperan dengan opini yang jujur tapi juga ngambek ketika tahu dibohongi. Gara-gara film ini saya jadi kepikiran buat baca buku Men Are from Mars, Women Are from Venus. Buku ini sudah rilis lama, tahun 1992an, jaman saya masih duduk di bangku SMP kelass 2. Waktu itu buku ini juga cukup lama nangkring di rak best seller. Walau begitu saya belum tertarik buat membacanya,baru sekarang kepikiran. Duh, ke mana aja? :D
Film Mars Met Venus (baik part cewek atau pun part cowok) lewat jalinan cerita drama komedinya secara tidak langsung juga menyentil penonton (khususnya perempuan) kalau yang namanya relationship itu ga selalu muluk seperti sinetron atau cerita-cerita novel. Ah ayolah, hidup itu dinamis. Kalau datar-datar saja malah membosankan. Ga mesti juga perempuan selalu bener dan laki-laki harus ngalah.
Wah baru tahu ternyata 2 part teh, tahun 2011 pernah baca cuman kok lupa banget y aku isinya hahaha eh ternyata ada filmnya kek gini jadi manggut2 dan sama kesentil juga :p
ReplyDeleteHihihi long time sih ya. Enam tahun lalu. Mari nyengir bersama karena udah disentil.
Deletewah baru tahu kalau ada part cowok dan cewek sih
ReplyDeleteIya, jadi ada sudut pandang buat penonton.
Deletelucu dan ngerasa aku banget
ReplyDeleteooh baru ngeh ada 2 film ya, sering bgt liat iklannya di tipi, akting Ge memang luwes banget di situ ya
ReplyDeletegak nyesel nonton fil ini. Bkin ketawa2 sampai pipi ku pegel
ReplyDelete