Surat Kecil Untuk Tuhan, Ketika Berdamai Dengan Masa Lalu

Sebelum membaca sinopsisnya, saya sempat mengira film Surat Kecil Untuk Tuhan (SKUT) yang tayang pada Lebaran tahun ini adalah remake atau reboot dari film dengan judul yang sama. Ternyata bukan. Kalau versi sebelumnya (tahun 2011) bercerita tentang perjuangan seorang remaja untuk sembuh dari sakit kanker,  mengambil genre drama yang mengharu biru, film besutan Fajar Bustomi yang sekarang ini memotret sisi lain kehidupan anak jalanan.

SKUT dibuka dengan adegan pertengkaran dan kekerasan yang dilakukan oleh paman kepada bibi dari dua bocah kakak beradik Anton (Bima Azriel) dan Angel (Izzati Khansa).  Dibayangi ketakutan akan galaknya sang paman, kedua anak yatim piatu  ini nekat kabur dari rumah dan bertemu dengan Om Rudy (Lukman Sardi) , bosnya anak jalanan yang berhasil membujuknya untuk tinggal bersama. 

Makeup,  terutama rambut jabrik dan gimbal plus kumis tebalnya bikin Lukman Sardi terlihat pangling, lho. Perlu waktu sedikit lebih lama untuk mengenali kalau yang main itu adalah beliau, lebih mirip gembel yang rada gila dengan baju lusuh dan tongkatnya itu. Entah itu berlebihan atau justru proporsional, tapi This is not the way  Lukman Sardi used to look (minimal sepanjang pengalaman saya nonton film-fimnya).  Namun track recordnya sebagai aktor kawakan dengan jam terbang yang tinggi terbukti di sini. Penjiwaannya yang dingin dan bengis seperti penjahat psikopat juara, deh.

Sempat beberapa kali menolak dengan halus tawaran Om Rudi, Anton akhirnya menyerah untuk mengikutinya lantaran tidak tega melihat adiknya yang kelaparan. Sebuah keputusan yang kemudian menjerat mereka dalam sindikat eksploitasi anak jalanan yang mengamen dan mengemis di jalanan.  

Dunia anak-anak yang sederhana hanya ingin bermain menjadi sesuatu hal yang mewah bagi anak-anak buah Om Rudi. Jika Anton bisa mengubur keinginannya, tidak bagi Angel yang sempat ketauan melanggar aturan. Di sini peran Bima sebagai Anton sebagai kakak yang sangat melindungi adiknya rela 'menumbalkan' dirinya hanya agar Angel lolos dari hukuman bisa mengundang derai air mata. Salah satu adegan yang sempat membuat saya menahan nafas dibuatnya.

Sementara  untuk potongan anak jalanan, pakaian yang dipakai Anton dan Angel masih layak disebut pakaian anak rumahan. begitu juga dengan wajahnya yang cukup bersih untuk ukuran anak-anak jalanan. 

Ditengah-tengah 'kejaran setoran' dan ancaman siksaan dari Om Rudi, Anton dan Angel melalui pahitnya kehidupan jalanan dengan tabah dan berjanji untuk selalu bersama. Sampai kemudian ketika terjadi sesuatu pada Angel membuat mereka terpisah.

Kalau Anton menghilang tanpa jejak, alur film  yang berdurasi selama 125 menit kemudian berfokus pada masa lima belas tahun kemudian, pada masa dewasa Angel (diperankan oleh Bunga Citra Lestari a,k.a BCL). Angel  tinggal bersama orangtua angkatnya (Maudy Koesnadi & Joeroen Lezer) di Australia. 

Angel yang menggeluti dunia hukum bertemu dan  jatuh cinta dengan Martin (Joe Taslim).  Martin seorang dokter yang punya masalah dengan jantungnya sukses membuat Angel jatuh cinta dan mau menikah.  Angel yang sesungguhnya tidak bisa menampik hati, pesona dan kebaikan Martin tidak siap sepenuhnya karena sepanjang hidupnya dibayangi kenangan akan Anton hingga membuatnya memutuskan  kembali ke Indonesia untuk mencari jejak Anton.

Saat di Indonesia inilah Angel bukan saja dihadapkan pada teka-teki keberadaan Anton saja. Bayang-bayang masa lalunya satu persatu hadir dan melibatkan masa lalu Martin hingga membenamkannya dalam sebuah dilema baru.

Didominasi dengan latar   suram yang memberi rasa kesedihan yang dominan di banyak adegan, SKUT membuat saya merenung lagi tentang keberadaan anak-anak jalanan. Dalam banyak kesempatan, saya sering memilih untuk tidak memberi mereka sekadar receh dengan alasan memberi 'pelajaran'. Hmmm... pelajaran, ya? 

Bagaimana kalau seandainya anak-anak jalanan itu  bukan saja berjudi dengan waktu mencari receh demi receh hanya agar tidak dimarahi atau disiksa 'bosnya'? Bagaimana kalau mereka tidak tau sampai kapan bisa melihat matahari terbit dan bernafas lagi? Bagaimana kalau besok lusa tidak bisa keluar lagi karena jadi korban 'child traficking'? Bagaimana dengan mafia yang ada di belakang mereka dan lingkaran setan yang siap memerangkap mereka dalam lingkaran kejahatan lainnya seperti penyalahgunaan obat terlaang atau prostitusi? Huhuhu... saya merasa ga ada apa-apanya karena ga bisa berbuat banyak selain merasa kasihan.

Kondisi itu juga yang dialami Angel dewasa. Walau tau itu yang jadi ancaman bagi anak-anak jalanan, ia tidak bisa berbuat apa-apa menolong anak-anak di jalanan. Terlebih lagi tenaga dan pikirannya tersita untuk mencari jejak Anton.

Menyeret Ningsih (Aura Kasih) dan Asep (Rifnu Wikana)  yang pernah jadi anak buah Om Rudy, dan dibantu seoran polisi (Ben Joshua),  Angel juga membuat luka-luka lama orang lain disekitarnya kembali terkoyak.  Di sini saya terkesan dengan karakter Asep, seorang mantan preman yang ingin menjadi orang baik namun dikejar bayang-bayang masa lalunya yang mencekam. Walau memiliki garis muka yang terkesan keras dan sangar, ekspresi kecemasan dan tertekan dari aktor yang wajahnya seperti kloningan Bimbim Slank di masa mudanya ini bermain dengan baik.

Di sisi lain saya juga terpesona dengan akting Joe Taslim yang kali ini bermain untuk film bergenre drama. (FYI, di luar film La Tahzan, Joe lebih dikenal sebagai aktor laga). Walau tidak biasa, pergeseran warna akting yang dimainkannya cukup apik. Aksen Inggrisnya  yang cukup kentara tidak membuat dialog Joe Seolah kagok berbicara,  baik ketika  di posisinya sebagai dokter  yang ngobrol dengan pasien atau sebagai kekasihnya Angel. 

Sayangnya chemistry BCL dengan Joe Taslim di film ini serasa nanggung (untuk tahun 2017 ini akting BCL di film Moon Cake Story lebih ngena buat saya). Justru chemistry antara Aura Kasih dan Rifnu Wikana membuat saya simpati dan sukses membuat saya  merasa tidak tega kalau Asep harus menghadapi konsekuensi akibat kasus yang dibongkar oleh Angel. 

Jika buat sebagian orang melupakan masa lalu semudah menutup buku, menimbunnya di suatu tempat bahkan kalau bisa menenggelamkannya ke dasar lautan paling dalam, bagi yang lainnya masa lalu seperti bayangan hantu yang terus mengikuti sepanjang  hidup. Mau tidak mau harus diselesaikan apapun risikonya. Ada yang harus rela menghadapi situasi di mana masa lalunya terputus begitu saja tanpa jejak. Ada yang harus menebus kesalahannya, atau bahkan berbesar hati bersiap melepaskan masa depan karena rasa bersalah yang teramat besar. 

Didukung juga oleh akting dari aktor melayu kawakan Chew Kin (yang jadi bapaknya Ernest di film Cek Toko Sebelah itu lho), SKUT jadi satu-satunya film bergenre drama paling sedih di antara  4 film lebaran lainnya yang tayang untuk tahun ini. Walau  mengusung pesan moral yang baik akan keutuhan keluarga dan hubungan adik kakak yang menyentuh, sayangnya film ini mengandung adegan yang belum saatnya disaksikan anak-anak. Makanya, jika bersikeras memenuhi keinginan anak-anak untuk menonton film ini, siapkan jawaban terbaik untuk memberikan pemahaman.   

Anyway, lagu Ambilkan Bulan Bu dan Dengan Menyebut Nama Allah jadi garapan tata musik yang paling saya suka di sini, paling ngena ke hati.

25 Comments

  1. Aku jadi penasaran siapa yanh jadi anton dewasa 🤔🤔

    ReplyDelete
  2. Kok baru baca review teh Efi aja aku udah sedih dan merinding, apalagi pilihan lagunya. Aak jadi pengin nonton juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. *puk puk pukin Gilang* Jangan nangis :)Sok atuh ke Bioksop tonton filmnya.

      Delete
  3. Pengen nonton. Tapi takut kalau banyak adegan penyiksaan anak-anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ga terlalu banyak sih Teh, tapi ya tetep aja menurutku ga layak ditonton anak. Nonton lah, Teeeh. Bagus nih filmnya.

      Delete
  4. masalalu seperti menutup buku, masalalu seperti hantu. keren kata2nya :D

    sha belom nonton filmnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sam-sama horornya dengan hantu ya, Sha :D Hayu atuh nonton filmnya.

      Delete
  5. Pengen liat Joe Taslim main film drama setelah La Tahzan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aktingnya keren, Mak. Nonton deh. Ga akan nyesel.

      Delete
  6. Pengen nonton, suka soalnya sama BCL hehe, dan alur ceritanya bikin penasaran deh. Tapi aku onton sama siapa ya? hihi

    ReplyDelete
  7. Pas aku nonton trailernya waktu mau nonton film wonder woman juga aku ngiranya ini film Surat Kecil Untuk Tuhan yang dulu pernah tayang.. Hihi.. Tapi aku tetep penasaran dan pengen nonton film ini sih.. Pengen liat Joe Taslim.. Hehe.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Judulnya sih ya, mirip banget. Ayo Nola, tonton Babang Joe. Keren unch unch deh hahaha

      Delete
  8. Ini ktny film ini tidak layak u. ditonton sm anak kecil teh,,kt k'seto meskipun perannya mngisahkn dr mereka kecil Aku pikir ceritanya ama yg film sebelumny trnyata beda ya,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, emang anak-anak sebaiknya ga nonton ini dulu. Beda kok sama film sebelumnya. kebetulan aja judulnya sama.

      Delete
  9. Ternyata bukan aku aja yang merasa chemistry BCL dan Joe Taslim agak nanggung. Mungkin karena biasanya pasangan main BCL itu Reza Rahardian, tapi Reza juga lagi cocok-cocoknya sama Adinia Wirasti.:D Setelah nonton film SKUT aku jadi pingin baca bukunya, hehe kebalik ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tuh, kan.Sama. Mungkin pedekatenya kurang lama #deuhemangapaan. Aku lebih suka liat Adinia di film CTS daripada CE sih, hehe

      Delete
  10. ih jadi penasaran teeeh... jangan2 joe taslim antonnya y?

    ReplyDelete
  11. Dan aku belum kesampean nonton SKUT 😢

    ReplyDelete
  12. Berdamai dengan masa lalu. Bukan melupakan, namun menjadikannya sebagai bagian, modal melanjutkan kehidupan.

    Dalam banget ya.

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.