Sunday 30 July 2017

Herbilogy: Superfood Indonesia Juga Keren

"Teh, tahan nafas!" kata Pipit, adik saya yang motoin saya.

Eh? Hah?  Ya ampun, ternyata perut saya lagi  rada bangir hihihi.

Walau banyak yang  bilang saya kecil, tapi ada kalanya saya merasa ada saatnya perut saya rada gede. Enggak pernh olahraga sih udah jelas. Belum lagi soal pola makan. Walau beberapa waktu seorang dokter pernah bilang kalau alergi saya yang rada banyak bakal bikin saya susah gendut. Tapi kenyataannya sekarang ini perut saya emang lagi rada ndut hahaha.
sudah makan superfood hari ini?
Ngomongin soal pola makan, biasanya ga lepas juga tuh sama ngomongin diet. Sebagian besar orang mengartikannya dengan program menurutkan berat badan. Sampai langsing kayak peragawati yang hmmm... you know lah tipiiis gitu badannya. Sampai-sampai kalau makan pun sepertinya ga berani banyak kalau ga mau menimbulkan efek two pack. Kan ga enak dilihat.

Tapi sebenarnya kalau yang namanya diet itu ga melulu tentang menurunkan berat badan dan berkala. Diet yang bener itu adalah untuk kesehatan dan durasinya panjang, ga bisa instan. Apalagi bagi yang mereka memang niat banget diet untuk menurunkan berat badan let's say sampai 20 kg. Well, kalau mau maksa diet kilat untuk jangka waktu sebulan misalnya. Bisa saja, tapi efek sampingnya mengerikan. Bukan hanya kehilangan massa otot tapi juga bikin kaget organ tubuh karena perubahan drastis.

Seperti yang disampaikan oleh  Dr dr Samuel Otoro MS, SpGK yang jadi narsum di acara gatheringnya Herbilogy  yang saya hadiri beberapa waktu lalu di Jakarta. Masih membahas soal kaitan pola hidup sehat dan pola makan, kayaknya nih tanpa disadaari, kita itu menganut cita-cita makan enak tapi perut tetap langsing dan tetap menarik. Hayo, siapa yang enggak pengen begini? :D
Ada Chef Eddrian Tjhia juga yang memandu peserta praktik langsung membuat smoothies
Memang perlu komitmen alias niat kuat buat itu. Menjalani pola makan yang sehat di mana produk makanan  superfood serba organik jadi jadi sesuatu hal yang identik dengan kata mahal dan ribet. Kebanyakan begitu yang kepikiran. Ya, kan?  Mungkin karena kesannya mahal itu pula, tingkat konsumsi superfood atau makanan organik di Indonesia angkanya masih kecil. Pelaku konsumsi superfood pun masih kalah banyak dibanding mereka yang rajin minum jamu tiap hari. Padahal yang namanya makanan organik ga harus selalu produk-produk yang dilabeli makanan impor. Atau repotnya menyiapkan ini itu.
tampilan superfood asli Indonesia juga ga kalah cantiknya
Contohnya produsen Herbilogy yang tempo hari acaranya saya sambangi. Semua produknya dipasok dari petani lokal, diolah di Indonesia dan dipasarkan dengan kemasan yang menarik, instagramable. Semacam syarat utama kalau sebuah produk harus eye catching dulu baru konsumen tertarik. Ya kenapa enggak sih produk lokal dikemas sekeren ini? Bangga dong.  

Yang enggak kalah menarik dari story behind produk ini ternyata tidak terlepas dari pengalaman sang founder Herbilogy, yaitu  Debora Gondokusumo. Bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan konsumsi hariannya, ternyata buah hatinya pun  menjadikan superfood sebagai  konsumsi hariannya. Keren, ya.

Debora Gondokusumo bercerita tentang pengalamannya membuat sendiri home made superfood 
Dari sekian produknya Herbilogy saya cukup tertarik sama varian green teanya. Sama-sama tau lah kalau brand kuliner sekarang pun lagi kena demam "Teh Hijau". Mulai kue cubit sampai nasi goreng bahkan es krim pun. Tapi sebenarnya, selain cara konvensional alias tinggal glek diminum gitu,  teh hijau pun bisa kita tambahkan sebagai salah satu komposisi salad (sebagai dressing)  tanpa mengubah penampilan. Seperti ini nih wujudnya. Sekilas kayak serbuk jamu.
serbuk gree tea Herbilogy, cukup satu sendok teh untuk takaran sekali pakai
Enggak berwarna hijau? 
Enggak! Karena memang dari hasil ekstraksinya menghasilkan warna seperti ini, terus ngapain juga harus maksa dikasih pewarna biar tampak hijau? Biarlah Hulk dan She-Hulk aja yang keliatan ijo, mah. :D

Walau cuma serbuk, takaran yang dibutukan pun ga boros. Dosisnya cuma satu sendok teh untuk diminum atau dicampurkan ke makanan atau minuman termasuk smoothies misalnya.
smoothies ala-ala kreasi tim saya bareng Makpon Mira Sahid dan Makte Sary di acara gathering Herbilogy
Saya pun tergoda membuat eksperimen membuat kwetiaw sehat dengan menambahkan serbuk green tea sebagai salah satu bumbunya. Bisa dibilang kalau kwetiaw ala-ala saya ini 99% sehat. Mulai dari minyak goreng (saya pake vco nih, iya tau mahal :D) sampai  penyedap rasa jamur yang biasa dipakai oleh vegerarian. At least saya berusaha mengurangi tambahan penyedap di sini. Bumbu-bumbunya gampang kok. 

Bahan-bahan

  • Setengah bawang bombay, cincang halus.
  • 4 biji bawang putih, sama dicincang halus juga.
  • Kwetiaw putih, 100 gr
  • 2 sendok makan Minyak VCO press cold (merek apa saja deh bebas). Kalau ga ada bisa diganti dengan minyak zaitun atau minyak goreng biasa. Baiknya sih kalau pake minyak goreng biasa pake yang single use, ya.
  • Pokcoy 1-2 biji, potong.
  • Cabe Genot (jumlah sesuai selera)
  • 2 butir telur rebus
  • 1 butir tomat untuk dresing 
  • 1 butir jeruk purut

Bumbu

  • 1 sedok teh serbuk Green Tea Herbilogy, larutkan dengan air 50 ml.
  • Kecap (takaran opsional sessuai selera)
  • 1 sendok teh merica 
  • Garam (secukupnya)
  • Penyedap (opsional)

Cara Memasak:

  • Tumis bawang bombay dan bawang putih sampai harum (kalau pake vco wanginya lebih eksotis lho). Kalau ingin rasa pedas lebih kuat bisa menambahkan cabe gendot langsung saat ditumis. 
  • Campurkan larutan air green tea
  • Masukan kwetiaw, aduk lalu tambahkan kecap dan bumbu-bumbu. Masukan pokcoy terakhir agar batang atau daunnya masih segar (tidak layu). 
  • Beri perasan jeruk purut secara merata. 
  • Angkat, sajikan hangat.
Tadaaa... Kwetiaw sehat ala-ala saya sudah jadi. 

Warnanya ga jadi ijo? 
Iyes, stay the same. Tetep gitu aja, kok sebagaimana tampilan kwetiaw yang biasa kita makan. Cuma secara kompoisi saya jamin ini kwetiaw sehat, tinggi kandungan antioksidannya. Walaupun dari kwetiawnya ada unsur karbonya, tapi ga banyak amat lah, ya. Lagian tubuh kita tetap membutuhkan asupan karbo juga lho. Jangan sampai enggak sama sekali. Tinggal dipilih aja sumber karbonya seperti apa. Jangan yang banyak mengandung glukosa dan ganknya itu. Selain itu aman. Telurya juga sehat. Selain menggunakan telur ayam kampung (yang lebih aman dari hormon dibanding  telur ayam boiler) karena direbus jadi rendah kandungan minyak, lalu ada cabe gendot dan tomat sebagai dresing yang punya kandungan vitamin c dan sayuran yang kaya akan serat.

O, ya ngomongin soal VCO  saya seperti mendapat repetisi informasi juga waktu itu. Udah tau sebenernya kalau VCO ini super food yang keren banget untuk kesehatan dan kecantikan. Mumpung pas lagi sharing juga di sini, dan biar ga lupa, saya ceritain juga apa yang disampaikan oleh dokter Samuel di acara itu tadi. VCO (terutama yang press cold)  bagus banget buat meluruhkan lemak dan membantu diet dengan cara diminum setiap hari.  Harganya emang lumayan tapi benefitnya itu lho, keren. Saya aja beli yang 100 ml buat diminum dan masker muka tiap hari udah seminggu ini masih sisa setengahnya lebih dikit.
sumber foto: https://www.newfoodmagazine.com/news/23497/virgin-coconut-oil-inflammation/
Buat kecantikan pun bisa membantu bikin muka  kinclong dengan cara mengaplikasikannya pada muka secara teratur. Lalu dari hasil googling juga banyak referensi yang kasih kabar bagus buat yang kesel sama jejak mata panda. Kan biasanya males kalau harus ngiris terus nempelin irisan mentimun saban malam dan ditempelin sepanjang malam. Belum kalau tidurnya 'motah' alias ga bisa diem. Pas balik badan ke kanan atau ke kiri, tercerai berai deh itu mentimum dari mata. Mentimun ke mana, muka kita udah menghadap ke mana. Bahkan mungkin tiba-tiba menyelusup di balik bantal  hahaha..

Nah bisa deh aplikasiin minyk VCO ini ke muka juga ke mata. Saya pun lagi coba menjalaninya, ya mudah-mudahan cocok (errr... cocok sama metode ini maksudnya). Dulu pun sempet nyoba juga tips ngompres mata dengan es, atau ampas teh yang udah basi. Duuh keburu males saya. Dipikir-pikir, saya prefer pake VCO ini aja. Lebih praktis. Tinggal nyelipin di antara ritual malam atau ritual pagi. Karena bahannya alami ya perlu kesabaran buat membuktikannya. Soal ini wait and see, semoga berjodoh (((berjodoh))).
menjajal keseimbangan pake Balance Board sebagai indikator keseimbangan metabolisme tubuh juga

Tentang Herbilogy

 Siapa yang ga ngiler kalau liat makanan enak begini?

Semua bahan-bahannya mudah didapat dan di dalamnya sudah terkandung muatan superfood dari Herbilogy, lho. 

Jadi kalau rasanya ribet mengolah atau takut stok di kulkas jadi mubazir kalau disimpan di kulkas, bisa deh masukin varian-varian dari Herbilogy ini dalam daftar belanjaan bulanannya sebagai pelengkap nutrisi gizi dan vitaminnya. Bukan cuma menghindari bahan-bahan yang tidak terpakai akibat membusuk tapi juga menghemat ruang untuk menyimpan. 


Herbilogy mempersembahkan superfood dari petani lokal yang diolah dengan pengawasan kualitas yang ketat. Selain membantu masyarakat Indonesia dari Aceh sampai Papua untuk mendapatkan bahan superfood yang sehat juga bersinergi dengan petani lokal untuk mempromosikan kekayaan flora Indonesia yang tidak kalah mutunya dengan superfood  asal luar negeri.

Untuk informasi lainnya silahkan kunjungi web resminya di http://herbilogy.com/ dan media sosial, untuk akun instagramnya silahkan cek akun https://www.instagram.com/herbilogy/. Sedangkan untuk akun Facebook bisa dilihat di https://www.facebook.com/herbilogy
Share:

Friday 28 July 2017

Review The Doll 2: Film Horor Rasa Psikologis

Enggak tahu kenapa, waktu trailernya wara-wiri tiba-tiba aja saya pengen nonton film The Doll 2 ini. Padahal film hantu ala Indonesia itu bukan pilihan utama buat tontonan saya. Bukan karena alasan bagus atau jelek, tapi efeknya itu, lho. Kesan yang ditinggalkan cukup dalam. Lebih menakutkan dari film hantu ala Hollywood sana. Mungkin karena karakter hantu yang ditampilkan cukup related dengan gambaran cerita-cerita hantu lokal alias urban legend. Jadinya ya bisa dipahami kalau banyak yang nolak  nonton film seperti ini. Hayo, ngaku deh. Iya, kan?

Film Danur yang pernah saya tonton saja memerlukan sekitar dua minggu buat menetralkan bayangan seramnya Mbak Asih hihihi. Terus kok nekat banget saya mau nonton film ini?
sumber foto: bintang.com

Penasaran. Itu saja sih. Dan saya tidak menyesal dengan pilihan saya itu. Yeah, saya menikmati film sepanjang 116 menit ini tanpa  ngintip dari sela-sela jari segala. Walaupun boneka Sabrina milik Kayla (Shofia Shireen) putri dari pasangan Maira (Luna Maya) dan Aldo (Herjunot Ali) ga ada lucunya sedikit pun, sensasi ketegangan yang dihadirkan tetap terasa. Boneka Sabrina ini juga yang jadi medium teror demi teror yang mengusik  Maira. Oh ya,  gimmick kursi goyang berhantu itu yang masih muncul di The Doll 2 juga lumayan bisa bikin kita berkeringat dingin. Untungnya ga pake lama. 


Setelah mengalami kecelakaan dan ditinggal mati Kay putri semata wayangnya, Maira berubah jadi sosok pendiam. Mai masih belum rela  atas kematian putri satu-satunya itu. Makanya, ketika ada bagian dari film ketika seolah-olah Kay kembali hadir ke rumah, penonton seakan digiring jika apa yang dialami oleh Maira itu cuma halusinasi.

Salut deh, sama ide ceritanya The Doll 2  tidak terjebak dengan pakem-pakem film hantu pada umumnya. Biasanya banyak memamerkan tampang-tampang hantu yang jelek dan meneror korban da membuatnya mati pelan-pelan. Ditambah pula efek suara yang mengagetkan sekaligus menyebalkan. Saya lebih merasa The Doll 2 serupa dengan film thriller  teror psikopat begitu. Tapi sebenarnya saya rada deg-degan menunggu kejutan yang akan diberikan oleh film besutannya Rocky Soraya. Suara flush toilet tengah malam atau tv yang tiba-tiba menyala plus boneka yang suka berpindah dengan sendirinya pun sudah cukup bikin kita parno jika mengalaminya. Ya, kan?

Kehadiran Elsa (Maria Sabta) yang tadinya cuma ingin menghibur Maira agar segera move on malah menyeret Mai, Aldo dan pembantunya, Yani (Ira Ilva Sari) dalam sebuah permainan teka-teki ala anak-anak yang disodorkan oleh hantu Kay. Akting Ira yang ketakutan setengah mati ketika Mai akan menyanyikan tembang jawa yang diyakini bisa mengundang roh juga cukup meyakinkan, lho. Walau sebenarnya buat saya aktingnya Luna Maya yang lebih dominan menghidupkan film ini.

Dengan melibatkan psikolog  Dr Dini (Mega Carefansa) juga paranormal Laras (Sara Wijayanto) dan Bagas (Rhyde Afexi) gagasan film bergeser bukan soal hantu penasaran yang ingin balas dendam.  Memang betul seperti kebanyakan film-film model begini mereka datang untuk alasan menuntaskan kesumatnya.  Akan tetapi dendamnya Kay, ternyata itu dikarenakan kedekatannya dengan Maira semasa hidup dulu. Anak pun bisa merasakan suasana hati ibu tanpa harus bercerita.  Makanya ada umpatan hantu Kay yang bilang begini: "Ini buat Ibu!"

Bukan hanya teka-teki  penyebab kematian Kay tapi juga sekian tahun dibelakangnya ada masalah serius antara Aldo dan Maira yang dibiarkan sehingga meledak bagai bom waktu. Ada  semacam lingkaran benang kusut yang harus diurai  untuk menghentikan teror hantu Kay. 

Di sisi lain saya juga menyadari bila Laras dan Bagas kala menghadapi hantu-hantu pun melibatkan bacaan-bacaan pengusir yang banyak dirapalkan oleh umat Islam. Ini pun cukup menarik. Sebagai orang yang berjibaku dengan dunia mistis, penampilan mereka sangat modern dan gaul. Bukan seperti paranormal cenayang dengan kostum jadul atau atribut khas lainnya yang memberi kesan mistis. Hmmm... memang bener ya, jangan langsung mengambil kesimpulan pada kesan pertama.

Lewat pemainan ala-ala petak umpet dan harta karun, Kay memberikan isyarat kunci permasalahannya pada Maira.   Setelah bermain sok misterius, akhirnya Kay lebih intens muncul. Adegan kejar-kejaran Kay dengan objek buruannya, tusukan-tusukan benda tajam dan berdarah-darah serta tubuh-tubuh yang babak belur dibanting emosi Kay  termasuk adegan yang cukup membekas. Makanya, tanpa adanya adegan intim, film ini tetap dilabeli 17+ karena alasan itu tadi.  

Momen yang paling saya sukai adalah ketika Mai berdialog dengan Kay. Sayangnya ekspresi hantu Kay sangat datar. Seakan-akan Mai cuma ngomong sama boneka, bukan arwah anaknya yang suka bercanda dan manja. Kalau saja Kay bisa meleleh  dengan ekspresi childishnya mungkin saya bakal  mewek dibuatnya. Tapi mungkin Rocky tidak ingin membuat film ini jadi melow sih, ya.

So pesan film The Doll 2, adalah tentang menyelesaikan masalah tanpa masalah (kok kayak tagline instansi keuangaan yang itu, ya?) kesimpulanya begini. Menyelesaikan masalah tidak harus selalu dibayar tunai dengan nyawa. Apa bedanya kita dengan mereka yang sudah jahat sama kita kalau melakukan hal yang sama? Bila kita berbesar hati menepikan dendam, akan lebih mudah pula bagi kita mengakui kesalahan yang pernah kita lakukan bahkan untuk kesalahan yang tidak kita sadari.

Ini lho yang saya suka dari film The Doll. Bisa saja kita menumpahkan kesalahan pada orang lain untuk masalah yang terjadi. Tapi sangat mungkin sekali kita juga punya peran memicu hadirnya masalah itu.

Ah ya, walaupun diberi judul The Doll 2, film ini mempunyai cerita tersendiri dari film sebelumnya. Kalau sebelumnya belum sempat menonton The Doll, it's ok. Aman saja kok, kita tetap bisa menyimak alur film ini tanpa harus mengerutkan kening karena tidak mengerti. Palingan di awal cerita kita sempat dibuat bertanya-tanya, ada hubungan apa antara masa lalu Laras  di film pertama dengan kasus yang menimpa keluarga Aldo. 



  
Share:

Wednesday 26 July 2017

Perempuan dan Literasi Digital Generasi Milenial

Dulu istilah literasi biasanya identik dengan referensi/sumber bacaan untuk hal-hal yang bersifat ilmiah.  Kalau sudah pernah atau sedang menyusun tugas akhir skripsi, bertumpuk-tumpuk referensi akan kita kumpulkan untuk mendukung atau memperkuat bahan tulisan yang kita buat.

Sebenarnya bukan hanya untuk tugas akhir seperti skripsi saja. Tugas kuliah seperti makalah atau karya tulis buat anak SMA  yang jumlah kata di dalamnya lebih pendek pun membutuhkan referensi penunjang. Yakin deh, been there, done that. Ya, kan?

Eh tapi ngeh ga, sih? Ternyata pengertian literasi itu berkembang dari masa ke masa? Untuk pengertian sederhana saja literasi oleh kamus Merriam-Webster  dimaknai begini:

Kualitas atau kemampuan seseorang untuk melek termasuk di dalamnya mampu membaca dan menulis. Selain membaca dan menulis, kualitas literasi seseorang juga semakin meningkat jika dibarengi dengan kemampuan berhitung, memahami pesan secara visual dan memecahkan masalah yang ada. 

Terus Apa Sih Literasi Digital Itu?

Kita garis bawahi "digital"nya, ya. Secara sederhana literasi digital itu adalah kemampuan seseorang untuk paham dan bisa mengakses sumber informasi  berbasis dgital. Contoh paling gampangnya adalah gadget. Siapa sih di antara kita yang tidak punya gadget smartphone plus di dalamnya sudah dijejalkan fitur media sosial di dalamnya? Punya akun media sosial semacam FB, Twitter, Instagram, kan? Atau minimal  aplikasi chat seperti Whatsapp, Line sampai Telegram yang beberapa waktu lalu sempat jadi trend topik di berbagai lini masa.

Ngomongin literasi digital, walau saya termasuk gen-X alias generasi X (mepet setahun saja dari generasi Y alias millenial ,sih hahaha), saya berusaha untuk ga ketinggalan jaman dengan update teknologi. Seperti halnya anak-anak muda sekarang yang mudah sekali mengikuti trend sekarang yang tidak bisa lepas dari hal-hal yang berbau gadget dan tekno.

Generasi milenial sendiri diartikan sebagai mereka yang lahir di antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2.000.  Dalam perkembangan di usia remaja menuju dewasanya, mereka mengalami adaptasi perubahan teknologi dalam kesehariannya dari hal-hal yang  manual atau konvensional ke hal yang sama namun berbasis teknologi.

Contoh gampangnya nih, kalau dulu membaca buku secara fisik sekarang bisa diakses secara digital.   Juga minim penggunaan kertas yang lebih ramah lingkungan dengan adanya E-book. Begitu juga dengan bertukar data dan informasi.  Waktu SMA, remaja generasi saya masih menggunakan jasa pos untuk pengiriman surat. Kemudian berkembang via email (walau masih harus pergi ke warnet). Untuk data berukuran kecil seperti foto malah bisa bertukar data lewat aplikasi chat dalam hitungan detik. 

Anak, Perempuan dan Internet

Walau sebenarnya generasi X pun tidak sedikit yang bisa mengikuti perkembangan literasi digital, generasi  milenial dan sesudahnya (generasi Z) masih merupakan populasi terbesar yang tingkat melek teknologinya  tinggi.  Di sisi lain, hadirnya teknologi digital ini juga memunculkan dilema seperti pisau bermata dua.  Bisa mendatangkan dampak positif namun juga tidak sedikit mencetuskan hadirnya efek negatif.

Daaan... objek yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah anak-anak dan perempuan, lho. Hasil sebuah penelitian terbaru pun menunjukan kalau komposisi perempuan sedikit lebih besar dari laki-laki dalam hal penggunaan internet (51%). Walaupun validitasnya masih harus dibuktikan karena tidak sedikit akun-akun pengguna sosmed yang abal-abal. Mengaku gender perempuan tapi sebenarnya bukan. Eh iya,  media sosial ini juga masih merupakan alasan terbesar kenapa banyak penduduk Indonesia mengaksesnya.

Enggak salah kalau akses media sosial jadi alasannya. Tapi seperti yang saya bilang tadi, kalau tidak bijak memanfaatkannya bukannya mendatangkan manfaat tapi malah jadi sumber masalah. Dengan media sosial kita bisa terhubung lagi dengan teman-teman lama, membangun jejaring dengan mereka yang mempunyai minat yang sama untuk hal-hal positif tapi di sisi lain adanya media sosial bisa menjadikan yang dekat jadi jauh,  hoax alias berita bohong jadi lebih mudah menyebar, ribut-ribut di media sosial hanya karena beda pendapat dan ini nih, fitnah atau sumpah serapah yang bisa menyeret seseorang tersangkut kasus hukum.

Masih inget kan  kasus pemilik akun Path yang misuh-misuh di statusnya?  Kalau sudah begini yang rugi ya Mbaknya yang punya akun path yang heboh itu tadi. Makanya  pikir lagi sebelum memosting sesuatu di media sosial. Jangan sampai membuat kita jadi sosok 'public enemy' karena emosi sesaat. Dunia sosial media terlalu sempit dan mubazir kalau hanya digunakan untuk hal-hal seperti itu.


Padahal di sisi lain akun medsos bisa kita manfaatkan untuk memviralkan gagasan atau ide dana sosial. Cerita penjual amplop yang  entah berapa keuntungannya, penjual makanan yang sudah sepuh dan  masih saja berjualan sampai larut malam, bisa menarik simpati warganet untuk beramal. Mengajak mereka ramai-ramai membeli jika meenjumpai situasi serupa, atau menyumbang sampai  kampanye wisata Indonesia agar memeangkan festival di Internasional misalnya. Ga susah kan,  kita manfaatkan untuk hal-hal positif seperti ini?

Kreatif Bersama Serempak: Literasi Digital Generasi Milenial

Beberapa waktu yang lalu, barengan teman-teman KEB Bandung,  saya menghadiri sebuah acara yang digagas oleh portal Serempak, komunitas IWITA (Indonesia Women IT Awareness) dan berkolaborasi bersama kementerian Kominfo dan  kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di aula Masjid Mujahidin, jalan Sancang Bandung. Dalam kesempatan ini, Menteri Yohana Yembise juga turut hadir dan menyampaikan paparannya.
sesi talkshow 

para narsum acara dengan panitia bersama dengan menteri Yohana Yembise
Yohana Yembise menyampaikan paparan dan cerita pengalamannya saat menjadi dosen

Dalam diskusi dengan beberapa narsum hari itu beberapa insight yang bisa disimpulkan adalah sebagai berikut:

  • Usia bukan batasan bagi perempuan untuk mengakses internet, menjadikannya sebagai sumber informasi, kolaborasi, bahkan mengoptimasikannya sebagai lahan bisnis. Kalau diperhatikan pelaku bisnis olshop di akun instagram banyak lho  yang perempuan dan mereka jago memanfaatkan peluang. Dari kepala sampai kaki bisa jadi uang. 
  • Melimpahnya arus informasi menuntut kita untuk peka, teliti dan bertanggung jawab dalam menyaring berita yang diterima, termasuk untuk tujuan akademis seperti karya tulis.
  • Partisipasi atau eksistensi perempuan di era digital menunjukkan bila kaum perempuan bisa berperan aktif mengedukasi masyarakat. Di kalangan praktisi pendidik saja, komposisi dosen perempuan mencapai angka 60%. Yeah, woman power! Ini juga yang membuat Indonesia sebagai proyek percontohan untuk dunia digital dan pemberdayaan perempuan.
Selain sebagai pengguna atau mengakes informasi, perempua juga bisa berpartisipasi aktif sebagai kontributor di berbagai media, baik secara daring (on line) atau luring (off line). Salah satunya dengan berbagi tulisan yang informatif dan inspiratif di situs serempak.id. Ada berbagai  kategori yang bisa dipilih sesuai dengan minat dan  latar belakang yang kita miliki. Mangga dipilih.
laman serempak.id
kategori tulisan di serempak.id

Palapa Ring:  Internet Murah dan Cepat

Bersyukurlah kita yang tinggal di belahan Indonesia Barat, terutama yang tinggal di pulau Jawa. infrastruktur yang tersedia membuat kita lebih mudah juga murah untuk mengoptimalkan akses digital. Sementara itu  di belahan timur Indonesia,  belum semua wilayahnya tersentuh infrstruktur yang mendukung akses internet yang optimal.
narasumber dari Kominfo sedang memaparkan tentang proyek Palapa Ring yang sedang dibangun pemerintah
Untuk itulah, Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia membangun Palapa Ring sebagai upaya percepatan penyediaan serat optik secara merata di wilayah Indonesia. Proyek Palapa Ring ini  mencakup  wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku dengan  satu backhaul untuk menghubungkan semuanya. Nantinya proyek ini akan menghubungan jaringan yang sudah lebih dulu ada dengan jaringan yang sedang dan akan dibangun di wilayah timur melibatkan pemerintah dan pihak swasta. Di wilayah timur (Palapa Ring Timur) akan dibangun jaringan sepanjang 4.450 KM dengan landing point yang terdapat di lima belas titik di dua puluh satu kota/kabupaten.

Mudah-mudahan saja proyek ini berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Nantinya kalau jaringan ini sudah bisa beoperasi bukan saja bisa menyediakan teknologi informasi yang cepat dan murah tapi juga jadi salah satu media untuk memberdayakan penduduk Indonesia terutama perempuan di dunia digital. 


Share:

Monday 24 July 2017

Studi Kasus: Mengamati Statistik Blog

Apa kabar semangat ngeblognya? Muahaha.... saya bakal ngacung kalau belakangan ini lagi ngedrop. Sebenanya ada beberapa draft yang mengendap. Outlinenya pun sebenarnya udah dibuat. Foto siap. Tinggal dieksekusi aja, sih. Cuma ya itu, mengumpulkan serpihan mood itu, saat ini jadi ujian yang luar biasa. Lalu... saya keingetan kalau punya beberapa pr nulis. Huaaaa.... kalau dientar-entarin makin numpuk. Ya kali kalau uang, ditumpuk jadi banyak. Draft tulisan kalau ditumpuk  apa kabar? Stres duluan yang ada. -_-

Maka, demi pemanasan *kayak olahraga aja*, saya berusaha melawan rasa malas dengan nulis lagi. Mulai Sekarang! Salah satu kalimat  motivasi dari Aa Gym yang saya inget selain Mulai dari diri sendiri dan mulai dari hal terkecil.  

Salah satu hal yang sebenarnya bisa bikin semangat ngeblog kembali menggelora adalah kalau mengingat page view atau jumlah kunjungan blog  yang tinggi. Ya ga, sih? Terus saya kepikiran buat ngecek dashboard sendiri. Ini belum cekin via Google Analytic.   Kalau pake platform dari blogger kan di sisi kiri ada tuh menu Stats. Nah di sana ada turunan (((turunan))) menunya. 
  • Statistik berdasarkan  angka (jumlah kunjungan) termasuk di dalamnya jam-jam berapa blog kita lagi rame kedatangan pengunjung;
  • Statistik blog berdasarkan postingan (postingan mana yang banyak dibaca); 
  • Sumber traffic alias referensi kunjungan (bisa berasal dari  URL  atau kata kunci yang dibidik pengunjung dan asal kunjungan.
Jadi mari kita bahas  studi kasus (berat amat bahasannya) berdasarkan hal yang saya alami, ya.

Jam-jam Rame

Untuk hari ini, pas saya nulis ternyata jam kunjungan yang lagi rame itu  jam 8 pagi tadi.  Statistik ini belum tentu sama dengan apa yang terjadi kemarin atau besok. Kalau mau hitungan yang akurat dan mau membaca pola yang cenderung konstan baiknya sih dicatat gimana pergerakan jumlah pengunjung per hari. Lumayan sih ya usahanya. Perlu kesabaran ekstra.

Postingan Paling Rame

Nah ini juga bisa jadi barometer buat mencari tau postingan kita itu apa sih yang paling banyak diminati. Sebagai contoh postingan saya yang rame pengunjungnya seperti ini.

Saat ini

Waktu saya bikin draft ini postingan yang lagi banyak di baca adalah tulisan saya tentang tes alergi. Linknya ada di http://www.catatan-efi.com/2015/08/tes-alergi-bio-e-murah-dan-ga-bikin-parno.html

Harian

Bisa jadi angka statistik harian saya hari ini sama malam nanti hasilnya beda. Tapi untuk saat ini, statisik postingan blog saya yang rame hari ini adalah
  • http://www.catatan-efi.com/2016/12/cantik-dan-sehat-dengan-natur-e-advanced.html
  • http://www.catatan-efi.com/2016/09/cara-menambahkan-teks-pada-foto-dengan-snapseed.html
  • http://www.catatan-efi.com/2015/08/tes-alergi-bio-e-murah-dan-ga-bikin-parno.html

Mingguan

Yang mingguan gimana? Sama, ga?  Coba kita lihat
  • http://www.catatan-efi.com/2016/12/cantik-dan-sehat-dengan-natur-e-advanced.html ini muncul lagi.
  • Juga ini:
  • http://www.catatan-efi.com/2016/09/cara-menambahkan-teks-pada-foto-dengan-snapseed.html
Terus ada ini:
  • http://www.catatan-efi.com/2017/07/review-film-filosofi-kopi-2-kopi-dan-orang-ketiga.html
Hmmm... soal review film Filosofi Kopi 2 lumayan bikin saya seneng.  Nyumbang jumlah kunjungan ke blog saya di saat filmnya masih wara-wiri di bioskop. 
Bulanan
Dua postingan ini maih banyak yang menyukai.
  • http://www.catatan-efi.com/2016/12/cantik-dan-sehat-dengan-natur-e-advanced.html
  • http://www.catatan-efi.com/2016/09/cara-menambahkan-teks-pada-foto-dengan-snapseed.html
Lalu ada postingan kontes kat kunci yang masih cukup menggoda orang lain pada kepo buat baca di blog saya:
  • http://www.catatan-efi.com/2014/01/cerita-nakal-anak-sma.html
Eits, jangan punya pikiran jelek, ya.  Walau judulnya nakal, isinya ga nakal. Aman kok hahaha. Ceritanya kan waktu itu saya dan temen-teman blogger yang tergabung di komunitas Warung Blogger rame-rame memerangi kata kunci negatif. Ya, tau sendiri lah. Kalau penggunaan kata kunci begini seperti apa yang dimaui para pencarinya. Makanya dengan 'numpang' kata kunci nakal ini kami ingin mengimbangi konten-konten yang berbau pornografi. Sukses mengecoh walau akhirnya komentar yang masuk banyak yang nyeleneh. Tapi... saya sudah mengantisipasinya. Dengan memasang moderasi komentar, komen-komen nyeleneh, geje dan sejenisnya  ga bisa tayang sebelum saya saring *evil green*

Sepanjang Jalan Kenangan Masa

Gimana dengan pola postingan yang rame di blog saya sepanjang masa? Diiih sepanjang masa, kok saya jadi inget  lagu A Thousand Years gitu, ya? Baiklah, daripada saya makin ngawur ini listnya.

http://www.catatan-efi.com/2014/01/cerita-nakal-anak-sma.html Jiahaha... iya, ini paling rame.

Dan dua postingan berikutnya yang paling banyak menarik minat pengunjung adalah  tulisan saya tentang ini:
  • http://www.catatan-efi.com/2015/07/review-film-surga-yang-tak-dirindukan.html
  • http://www.catatan-efi.com/2015/01/review-film-assalamualaikum-beijing.html
Biasanya pas tv-tv lagi punya program khusus menayangkan film tertentu terutama religi dan kebetulan ada dua film di atas tadi yang diputar, ternyata cukup membantu mendongkrak jumlah pengunjung di blog saya.

Selain beberapa post di atas, beberap postingan yang lumayan rame di blog saya ini adalah:
  • http://www.catatan-efi.com/2015/11/cara-nonton-video-youtube-tanpa-kuota.html
  • http://www.catatan-efi.com/2016/06/celebrate-cafe-tempat-makan-enak-di-bandung.html
Bisa jadi postingan yang paling rame bulan ini bakal berbeda dengan bulan depan. Let's say postingan saya soal Film  Filosofi Kopi 2 akan tenggelam karena filmnya udah ga tayang lagi di bioskop misalnya. Tapi bakal naik lagi beberapa bulan ke depan ketika ada stasiun tv yang menayangkan. Lumayan juga tulisan saya tentang film lainnya suka naik lagi di blog ketika tv-tv itu tadi rame-rame menayangkan lagi. Tapi tetep ya, sampai saat ini belum ada postingan tentang film saya lainnya yang bisa menggeser posisi Review Film Surga Yang Tak Dirindukan dan Review Film Assalamualaikum Beijing. Kedua film yang diangkat dari novelnya Asma Nadia ini emang fenomenal banget.

Terus gimana statistik blog saya berdasarkn penelusuran kata kunci?

Sayangnya fitur ini ga lengkap disajikan sama dashboard blog. Jadi list kata kunci apa saja yang disodorkan sama dashboard  banyak memancing (ikan kali ah) pengunjung ga terlalu banyak membantu. Yang bikin saya bingung di postingan yang related alias berhubungan malah ga saya terapin. Kok bisa, ya? Soal SEO dan opitmasi kata kunci saya masih cetek dan sebenernya ga saya ulik (semisal dengan google kewyword planner) sebelum memosting tulian baru. Pake feeling aja hahaha...   Misalnya kayak gini:
  • cerita nakal
  • cerita anak sma
  • hijab segi empat
  • hijab pasmina
  • model hijab
Yang lainnya?  Ada deeeh hahaha...

Siapa tau dengan mengamati pola postingan blognya jadi tau tulisan seperti apa sih di blognya yang banyak dicari pembaca. Nah, nantinya bisa dibuat tulisan lain yang kurang lebih kontennya setipe dengan tulisan yang rame itu tadi.  Antara satu blog sama blog lain tentu hasilnya bakal beda apa lagi kalau niche alias tema tulisan ddi blognya sudah spesifik.

O, ya sengajas aya ga kasih link hidup di link-link tulisan ini karena kebanyakan. Kalau penasaran pengen baca, silakan copas linknya dari salin ke tab browser lainnya. Inget, ya. Copa link di tab brower, bukan menyalin isinya dan disalin ke blog lain. No, jangan!!!

Bisa disimpulkan selain film tulisan saya tentang film, tips-tips dan kesehatan punya pemirsa yang banyak. Kebetulan pas saya nulis postingan ini postingan yang berhubunga dengan kesehatan ga muncul. Tapi niiih, sudah ada beberapa email atau DM yang masuk ke ig saya yang nanya-nanya soal itu.

Bukan berarti kalau ada tulisan lain yag ternyata ga populer ga jadi atau ga uah tayang di blognya. kalau ternyata bisa berbagi manfaat dan sharing pengalaman yang positif kenapa enggak? Ya, kan? Kayak jodoh aja sih itu mah. Soal waktu, nantinya tulisan kita itu bakal bertemu dengan pembacanya yang tepat apalagi kalau memang kita serius ngulik optimasi kata kunci.

Share:

Monday 17 July 2017

Review Film Filosofi Kopi 2: Kopi dan Orang Ketiga

Sejak trailer Film Filosofi Kopi mulai wara-wiri di  youtube dan bioskop, saya langsung menandai. Harus nonton film ini. Eksplorasi yang dalam tentang filosofi dibalik sajian secangkir kopi bikin saya penasaran. Jarang loh ada film yang punya gagasan di luar pakem yang ga jauh-jauh dari cerita cinta melulu. Walaupun bukan seorang pecandu kopi, apa yang disajikan di sequel sebelumnya membuat saya kepincut. Ada filsafat menarik tentang kopi, mengangkat tema kuliner sabagai nyawanya film. Makanya saya  sempat berharap Filosofi Kopi 2 yang tayang sekarang bisa membuat saya makin ngefans. Ya filmnya, ya aktingnya Chico juga :). 

Saran saya nih, kalau belum nonton Filosofi Kopi  (selanjutnya kita sebut Filkop aja, ya) sebelumnya, coba deh cari di aplikasi film Hooq. Ada kok. Kenapa saya sarankan untuk nonton dulu? Karena dalam beberapa adegan, kita akan lebih mudah memahami konflik yang muncul kenapa begini kenapa begitu kalau sudah nonton Filkop 1.  

Ceritanya setelah keliling Indonesia, Ben (masih dimainkan oleh Chico Jericho) dan Jody (Rio Dewanto) memutuskan kalau Filosofi Kopi, brand kopinya mereka kembali dalam format semula. Menetap di sebuah kafe, bukan nomaden dengan jalan-jalan pake VW Combinya itu. Sempat 'ditodong' oleh 3 kru pendukung Filkop yang menyatakan untuk mundur yaitu Nana, Aldi dan Aga (belakangan Aga ternyata batal mundur), Ben dan Jody tetap geming dengan keputusannya. Filkop konsep baru tetap jalan. 

Masalah investor sebagai syarat agar Filkop tetap eksis tidak menemukan masalah serius seperti sebelumnya. Walau sering ribut dengan prinsip masing-masing, Ben dan Jody akhirnya sepakat untuk menerima kehadiran Tara (Luna Maya) sebagai investor utama. 

Kalau Jody akhirnya bisa luluh dengan  komposisi kepemilikian saham (ini juga ga lepas dari kepintaran Ben meyakinkan Jody), lain halnya dengan Ben. Pergantian barista yang bahkan ketika Filkop masih mengusung konsep nomaden jadi hal yang ribet. Ben si Mr Perfecto punya idealisme sendiri untuk mendapatkan asisten baru yang satu frekuensi dengan dirinya. Sampai kemudian hadirlah Sabriana alias Bri (Nadine Alexandra). Walau tidak pernah ngeklop, Bri adalah tipikal rebelious,  pembangkang alias ngeyel. Tidak peduli dengan kesinisan Ben,  Bri  cuek ga pundungan oeh bully-an Ben. Saran saya kalau parno dengan 'bullying' di tempat kerja,  bisa nih nyontek masa bodohnya  Bri.  

Filkop kembali eksis  dengan hadirnya Tara sebagai investor? Harusnya iya. Tapi di sini lah mulai muncul percikan  konflik. Saat Ben harus pulang ke Lampung, ia menemukan fakta kalau Tara  terkait dengan trauma Ben di masa lalu yang melibatkan  ayahnya. Tiba-tiba mengusik Ben dan kecintaannya pada kopi. Persahabatannya dengan Jody pun di ambang keretakan. Uang bisa jadi solusi tapi gara-gara uang juga bisa jadi pemicu friksi.

Filkop jadi terombang ambing. Hidup segan, mati tak mau. Mau jalan ogah tapi sayang juga kalau harus ditutup. Padahal Filkop baru saja melebarkan sayapnya dengan membuka cabang di Yogya dan menjajaki Makasar sebagai cabang berikutnya. Siapa yang bisa menjamin persahabatan bisa stabil kalau tidak bisa menyisihkan ego?  Apalagi kalau udah beruruan sama uang.  Filkop ini contohnya.

Ketika Ben memutuskan untuk melepaskan diri dari Filkop dengan mencari investor lain, jalannya tidak mulus seperti halnya saat  menemukan Tara.  Kalau sebelumnya Jody yang selalu meributkan 'cuan' alias keuntungan, kini gilira Ben yang harus memutar otak mencari uang yang banyak agar bisa lepas dari sakit hatinya pada Tara.

Di Filkop 2 ini, alur konflik lebih fokus menyentuh sisi personil setiap karakter. Tanpa mengabaikan kopi sebagai gagasan utama film,  drama cinta yang melibatkan Ben dan Jody jadi isu untuk mengalihkan krisis yang terjadi. Ben tiba-tiba lumer dan merasa nyaman dengan Tara, dan Jody jadi dekat dengan Tara.

Persamaan  kedekatan di antara mereka di mata saya? Tidak ada pernyataan secara verbal, "Oke, kita jadian."  Ah, mungkin karena saya perempuan. Jadi gemas melihatnya. Kok ga ada penanda yang jelas? Itu jadian beneran dari hati atau emosi sesaat sebagai pelarian masalah? Lebih cocok sebagai hubungan tanpa status buat saya. Ah untunglah ini film, bukan versi sinetron yang susah selesainya :).

Di mata saya, Filkop 2  harusnya jadi greget dan meninggalkan 'rasa baru' buat para penikmat filmnya. Saya tidak menemukan sesuatu yang  membuat saya terbayang terus setelah menontonnya, selain quote "Setiap hal yang punya rasa pasti punya nyawa". Padahal saya berharap Chico bisa menghadirkan sisi unik lainnya dari karakter Ben.

Walau suka dengan sikap pembangkangnya Bri, saya merasa chemistry Bri dengan Ben masih nanggung. Sama kagoknya juga dengan sinyal-sinyal yang hadir diantara Jody dan Tara. Ya namanya juga cinta dilatari insiden. Mungkin begitu. Lalu kehadiran Ernest sebagai cameo di sini pun tidak banyak berperan memberi ruh film selain penegasan kalau Jody adalah sosok 'Gober' yang emang udah pelit dari dulu. Penyelesaikan konflik dalam film pun membuat saya merasa seperti ada puzzle yang hilang. Dengan durasi 108 menit, film besutannya Angga Dwimas Sasongko seakan-akan harus disudahi segera.

Namun, di sisi lain  Filkop 2 memberi kompensasi lain buat penonton. Obrolan antara Ben dan Bri atau Jody dan Tara memberi sedikit informasi lain tentang kopi. Saya juga terpesona dengan keindahan Toraja, naksir dengan desain interior kafe Filosofi Kopi (baik yang di Jakarta atau Yogya), dan beberapa theme song yang hadir. Yaaa walaupun ada beberapa lagu tema berbahasa Inggris rada bertolak belakang juga dengan sifat Ben yang keukeuh kalau kopi lokal  dan konsep yang dimilikinya tidak kalah enaknya dengan kopi ala waralaba  impor. Akan lebih menarik kalau theme song yang dihadirkan  juga 100%  berbahasa Indonesia. Tapi saya ga bisa membantah kalau lagu-lagunya Filosofi Kopi 2 memang enak disimak.

Share:

Monday 10 July 2017

10 Hal Yang Bisa Bikin Pintar

Ada yang punya akun Pinterest? Suka share di sana atau sekadar ngesave postingan di sana  yang kontennya serasa 'gue banget',  'ini yang gue butuh' dan alasan lainnya yang bikin betah berlama-lama buat loncat dari satu postingan ke postingan lainnya? Buat saya tampilan pinterest ini  eye-gasm alias memanjakan mata. Postingan foto-foto terutama infografisnya bikin saya menjura. Keren-keren.

Dulu saya suka kepoin tips-tips dan resep seputar smoothies.  Yang bahannya mudah (murah juga) saya praktekin. Minimal bikin sendiri walau untuk motonya saya mikir dua kali. Alasannya? Stok properti  payah atau kelamaan. Padahal males hahaha.  Mengupload foto saya ke Pinterest serasa melempar selembar sapu tangan buatan sendiri ke tengah-tengah catwalk di Paris.  Pamer foto di Pinterest bagaikan nimbrung resep nasi goreng ala-ala sama Chef-chef kelas internasional (duh analogi macam apa ini).  

Bukan cuma resep-resep aja  yang bisa ditemukan di Pinterest. Tinggal masukan kata kunci yang jadi minat kita di search boxnya Pinterest dan voilaaaa.  Rentetan foto atau infografis dari kata kunci yang kita mau muncul di sana. Tips ngeblog? Ada. Tutorial nulis? Melimpah. Cari tutorial a ampai z bahkan self improvement pun nemu. Ada yang formatnya singkat dan padat dalam format infografis itu tadi, ada yang ngelink ke blogpost. Berasa surganya ide, deh.

Setelah sekian lama ga uplekin Pinterest, sore tadi saya nemu postingan  menarik ini. Berusaha fokus ga buka postingan lain.  Judulnya 24 Quickly Daily Habits You Can Use to be a Smarter.  Helo, berapa IQ saya? Muahaha...  Udah lama lulus kuliah dan selembar ijazah saya yang udah jadul itu udah bukan jamannya dibanggain. Ups, bukan menafikan jerih payah ortu yang biayain kuliah saya dulu. Karena yang namanya hidup itu endless learning, kan? Semacam roda yang  muter terus. Kalau diem ditempat ya kegiles. Lah, saya kan bukan cucian.  Ga mau dong digiles. :D

Jagan lupa juga, yang namanya pinter bukan hanya soal intelektual atau hal-hal yang bisa diukur dengan angka aja kok. 
(sumber gambar: http://www.makeuseof.com/tag/24-quick-daily-habits-you-can-use-to-be-smarter/)

Jadi ketika terperangkap di tengah jamannya anak-anak mileneal yang makin canggih setidaknya saya berusaha ga jadi alien. Seperti gadis jaman vintage yang terlempar mesin waktu di masa depan yang cuma bisa bengong melihat perubahan. Uhuk.

Lagian dari Pinterest ini saya jadi punya ide buat membreak down ide nulis yang mulai tumpul.  Dan ini 10 hal yang kepikiran setelah membaca postingannya.

1. Cari jawaban dari semua pertanyaan

Ini mah kayaknya kita semua  udah praktekin. Ada Mbah Google, 'primbon  hi-tech' yang bisa jadi referensi dalam hitungan detik. Yang pernah punya fixed line di rumah pasti inget tagline yellow pages, "Cari Tahu dengan Jarimu". *tiba-tiba saya berasa didadahin uban :D*

Cuma nih, ga berarti semua contekan yang dikasih Google bisa  kita telan bulat-bulat. Ah yang bulat dan bisa kita kunyah  segera mah cuma tahu bulat, bakso dan cilok aja kayaknya, ya.  Secara konvensional kita bisa baca sama buku atau nanya sama orang yang lebih ngerti. Jangan gampang percaya sama ustadz Google, ah. Yang beginian ini suka bikin saya kesel. Kayak kalau nerima BC hoax atau info so yesterday di Whatsapp. Suka pengen garukin tembok (baca cakar-cakarin). 
colekin Om Google. aih sabun kali ah dicolek :P

2. Baca satu bab dari satu buku

Waktu nulis postingan ini saya lagi menjeda baca Titik Nolnya Agustinus Wibowo. Sukaaa. Dalam hitungan hari udah 33% nya selesai. Mudah-mudahan bisa menamatkan 500an halaman dalam seminggu *bangga bener?*.
Kalau chemistrynya asik biasanya mood baca saya tiba-tiba melesat. Tapi kalau moodnya jelek kasian bukunya. Perlu usaha  gigih dari saya sendiri buat komit membaca. Sayang atuh udah keluar uang kok ga dibaca.  Jangan digantung. Kalau buku bisa ngomong dia bakal baper juga kayaknya gara-gara dicuekin. Seperti gebeten yang nunggu jawaban  *LOL*
koleksi foto pribadi. awas ya jangan diaku-aku :D
Bagusnya baca bukunya dikhatamin sampai halaman terakhir. Ada buku yang bisa kita baca cuma sebagian dan dapet pencerahan. Tapi ada juga buku yang kalau dibaca baru satu bab belum ada apa-apanya. Masih roaming dah baru ngerti  setelah selesai. Ada yang punya pengalaman sama kayak saya?

3. Nonton video edukatif daripada nonton tv

Di luar tayangan langsung pertandingan bola, saya sering ngalah sama orang rumah kalau mau nonton tv. Banyakan sih saya liat kanal-kanal vlogger yang berisi tutorial. Tapi yang inspiring juga saya kepoin. Semacam Gita Savitri, atau Kevin Hendrawan misalnya. Sisanya? Tutorial make up hahaha.... Cuma bisa ber oh oh ria aja. Pas mau praktekin, malesnya bukan main. Lah buang-buang kuota atuh, ya? :D
pasti suka buka youtube kan? 

4. Baca koran

Errrr... kebanyakan cuma baca judul berita heaadline doang. Berita lainnya entahlah. Padahal dulu sebelum keasikan sama akses internet dari gadget saya sanggup baca sebagian besar beritanya.  Cuma bapak saya aja - generasi X yang pusing dengan pendar gadget yang bikin pedih mata - yang masih setia membacanya.
kapan terakhir baca koran?

5. Berbagi pengetahuan baru dengan orang lain

Minimal saya pernah share tips-tips di blog ini. Masih cetek tapi semoga bermanfaat. Di dunia nyata saya ini tipe orang yang talkaktive  sebenernya. Talkative kalau udah nyaman, maka menjelmalah saya jadi mahluk cerewet. Dikasih soal  3,  saya jawabnya 5. Bawel hahaha.

Anyway, berbagi pengetahuan ga bikin rugi, kok. Jadi pahala dan bakal dapat timbal baik karena udah sharing dengan yang lain. Iya, ga?

6. Praktikan yang sudah dipelajari

Nah, saya sempet asik ngoprek tutorial  Origami juga di youtube. On off, belum istiqomah alias konsisten. Ga nyerah, sih. Cuma kalau udah ngejelimet saya suka sebel sendiri. Kalau gini saya bakal meremas kertas yang udah susah payah dilipat jadi persegi atau segitiga.  Beneran deh, ngulik origami itu  nguji kesabaran. Pengennya makin mahir tapi levelnya masih cemen melulu. Nah abis ini saya jadi keingetan coba lagi. Mohon doa restu saya ga gampang menyerah, ya.
practice makes perfect

7. Ngambil kursus online

Pernah, setahun kemarin (kayak lagu Kahitna aja) belajar English lewat aplikasi WA. Banyak pencerahan. Eh tapi kalau ga dipraktekin ya nguap lagi. Padahal jurus paling jitu belajar bahasa mah action. Praktekin. Butuh komitmen yang tinggi dan mitra nih.  Dulu bisa mengondisikan alias maksain. Sekarang?  Hehehe... *tutup muka*

8. Memainkan permainan pintar

Aplikasi games terakhir yang dijejelin ke HP itu Crush Candy. Seru sih tapi nyita banyak waktu. Saya tuh tipe orang yang susah move on. #ehgimana? Maksudnya kalau udah keasikan  susah berhenti. Jadi daripada fokus saya ga produktif mending saya delete aja aplikasinya. 
sedap-sedap ngeri main sudoku. :)

Kalau  smart game  yang beneran bikin smart, saya pengen bisa fasih menyelesaikan teka-teki sudoku atau memutar puzzle rubik dalam hitungan menit. Kapaaan ya? Dan sekarang ada mainan baru juga, spinner. Lumayan lah buat mengalihkan kecanduan gadget.
balikin jadi format warna yang sama itu susyeh

9. Berani melakukan sesuatu yang menakutkan

Hmmm apa, ya? Saya pernah nonton film horor Danur. Perlu waktu dua minggu buat mendetoks efeknya. Kalau biasanya saya bisa tidur malam dengan lampu mati, selama dua minggu itu saya susah tidur dan membiarkan lampu nyala sampai bangun lagi. Berkontribusi sama tagihan listrik bulanan jadi rada bengkak. Gimana sama naik motor? sebagai penumpang aja. Disuruh bawa sendiri ga berani, dan ga mau! Scary things lainnya? Banyak, berderet. Ga mau bilang ah. Rahasia :D 
yuhuuu kapan terakhir kali meluncur di flying fox?
Melakukan hal-hal yang menakutkan ga mesti selalu berhubungan sama sesuatu yang berbau spooky alias nyeremin juga sih. Berani melakukan hal-hal yang enggak banget. memacu adrenalin atau hal-hal yang bikin jatung serasa mau copot, kayakya temasuk deh. Pernah nyoba meluncur dari tali flying fox, arung jeram, gendong kucing, belai anjing atau ngomong depan orang banyak? Yang terakhir itu sensasinya lumayan juga loh buat yang ga biasa.

10.  Ngumpul sama orang-orang yang lebih pintar

Rasanya jadi  semacam spesies belah beloh. Ga berani speak out alias ngomong. Takut salah. Padahal mungkin mereka juga santai aja dan punya sudut pandang lain. Ketemu sama orang-orang gini selain nambah tau bikin kita mikir, jangan jadi orang sombong. Apa yang kita tau masih ceteeeek. Ya ga, sih?

Terus udah merasa pinter?  Enggak hahaha...  Malah makin banyak aja yang harus dibenahi.  Kalau ditarik benang merahnya,inti dari sharing pinterest yang saya ceritain ini berani mengubah kebiasaan atau melakukan hal-hal yang ga biasa kita lakukan. Kalau udah di zona nyoman itu emang paling males buat berpindah atau melakukan hal yang lain. Merusak keasikan aja. Cmiiw. Gimana dengan kalian?


Sumber gambar selain infografis pinterest dan buku (koleksi pribadi) diambil dari pixabay.com

Share:

Saturday 8 July 2017

Kenapa Harus Memilih iPhone 7?

Setiap saya memerhatikan hasil foto  yang diunggah di blog atau medsos, terkadang saya  dibuat kepo nanya sama temen yang punya foto itu. "Itu pake apa, mbak/mas?  Cakep euy hasilnya." Salah satu jawaban yang bikin saya bilang oooh pantesan, adalah ketika jawabannya seperti ini. 
"Ini pake kamera iPhone "

Buat pegiat medsos atau blogger seperti saya, punya ponsel dengan kamera yang mumpuni jadi semacam menu wajib. Tool atau perangkat yang penting utuk mendukung foto-foto jepretan yang dihasilkan lebih maksimal. Selain cara pengambilan atau sudut yang dipilih, faktor lain yang membuat tampilan akhir dari foto itu adalah fitur kameranya sendiri yang full supported alias 'dukung abis'.  Ada yang mau traktirin HP ini? Hahaha... in your dream, Fi. Gue juga mau kaliii.

Ya, ya oke. Kalau gitu sehati (((sehati))) kita. Tosss dong.  Terus apa sih istimewanya fitur kamera iPhone  yang katanya udah punya anggota keluarga baru berupa iPhone 7 yang bikin saya kepincut?  

Resolusi dan Tone Cahaya

Sebenarnya resolusi kamera iPhone 7 yang dijejalkan pabrikan ke dalamnya sama dengan generasi pendahulunya, 12 MP.  Hanya saja untuk generasi terbaru ini,  hasil foto yang dihasilkannya lebih terang. Ini sangat membantu sekali kalau-kalau ternyata pencahayaan di sekitar ga maksimal atau pas ngambil fotonya di malam hari. Jadinya hasil foto ga bureuk alias gelap. Iya sih baiknya ngambil foto itu pagi atau sore hari saat komposisi cahaya natural lagi melimpah. Tapi ada kalanya kita ada dalam situasi harus mengambil foto di luar jam-jam itu atau ya itu tadi ruang dan tempat ga pas. Asiknya hasil foto yang lebih terang ini bisa dihasilkan tanpa lampu flash loh. Sependek pengetahuan saya sebisa mungkin hindari penggunaan flash untuk hasil foto terbaik.

Kok Bisa Terang Minus Penggunaan Flash?

Jadi begini. Setelah saya stalking ke sana ke mari, fitur canggih kamera iPhone 7 ini tercipta karena adanya quad-LED flash true tone dengan aperture F/1.8. Sederhananya  buat orang awam kayak saya, fitur ini membuat kamera bisa menyerap cahaya lebih maksimal. Keren ya.

Bagaimana Dengan Kamera Depan?

Nah ini juga yang kadang suka kepikiran. Biasanya kamera depan resolusinya ga sebagus kamera belakang. Saya sih, jarang pake kamera depan kecuali buat selfie/wefie atau mungkin coba-coba bikin  video dengan kamera depan hehehe. Dengan adanya  OIS, walaupun resolusinya 7MP membuat iPhone 7 menghasilkan tangkapan layar yang memuaskan.  Wohooo... asik, asiiik.

Memorinya Gimana?

Sebenarnya bukan hanya tongkrongan kamera saja yang bisa membuat saya mantap memilih HP. Jaminan purna jual dan memori internal juga jadi penentu keputusan. Untuk jaminan purna jual, Apple sudah mengeluarkan sertifikat IP67. Dengan memiliki sertifikat ini kita jadi punya punya perlindungan kalau kalau saja HP kesayangan kita tersiram air atau kecebur air. Oh nooo. Jangan sampai jadi matot dan bikin kita terpaksa beli HP baru. Buat sebagian orang termasuk saya, kalau bisa punya HP itu ibarat soulmate. Bukan setia menjadikannya partner saja tapi juga selama mungkin untuk bersama. Tsaaah.... :P

Nah untuk memorinya nih, asiknya dari iPhone 7 adalah kapasitas memori internal yang lebih lega. Kadang terlalu banyak foto yang tersimpan atau aplikasi yang diunduh membuat jatah simpanan makin berkurang. Dengan adanya opsi memori  mulai dari 32 GB sampai 256 GB! Ini sih lebih dari cukup. Apalagi yang punya simpanan aplikasi yang bejibun. Cincai pisaaan.

Fitur-fitur lainnya udah oke sih buat saya. Kalau diceritain semuanya nanti bisa jadi  cerita bersambung hahaha. Oke, sekarang sepakat ya kalau iPhone 7 ini adalah partner yang recomended untuk diboyong?   Atau ada yang mau traktir saya? *teuteup ya usaha :D*
Share: