Dulu istilah literasi biasanya identik dengan referensi/sumber bacaan untuk hal-hal yang bersifat ilmiah. Kalau sudah pernah atau sedang menyusun tugas akhir skripsi, bertumpuk-tumpuk referensi akan kita kumpulkan untuk mendukung atau memperkuat bahan tulisan yang kita buat.
Sebenarnya bukan hanya untuk tugas akhir seperti skripsi saja. Tugas kuliah seperti makalah atau karya tulis buat anak SMA yang jumlah kata di dalamnya lebih pendek pun membutuhkan referensi penunjang. Yakin deh, been there, done that. Ya, kan?
Sebenarnya bukan hanya untuk tugas akhir seperti skripsi saja. Tugas kuliah seperti makalah atau karya tulis buat anak SMA yang jumlah kata di dalamnya lebih pendek pun membutuhkan referensi penunjang. Yakin deh, been there, done that. Ya, kan?
Eh tapi ngeh ga, sih? Ternyata pengertian literasi itu berkembang dari masa ke masa? Untuk pengertian sederhana saja literasi oleh kamus Merriam-Webster dimaknai begini:
Kualitas atau kemampuan seseorang untuk melek termasuk di dalamnya mampu membaca dan menulis. Selain membaca dan menulis, kualitas literasi seseorang juga semakin meningkat jika dibarengi dengan kemampuan berhitung, memahami pesan secara visual dan memecahkan masalah yang ada.
Terus Apa Sih Literasi Digital Itu?
Kita garis bawahi "digital"nya, ya. Secara sederhana literasi digital itu adalah kemampuan seseorang untuk paham dan bisa mengakses sumber informasi berbasis dgital. Contoh paling gampangnya adalah gadget. Siapa sih di antara kita yang tidak punya gadget smartphone plus di dalamnya sudah dijejalkan fitur media sosial di dalamnya? Punya akun media sosial semacam FB, Twitter, Instagram, kan? Atau minimal aplikasi chat seperti Whatsapp, Line sampai Telegram yang beberapa waktu lalu sempat jadi trend topik di berbagai lini masa.
Ngomongin literasi digital, walau saya termasuk gen-X alias generasi X (mepet setahun saja dari generasi Y alias millenial ,sih hahaha), saya berusaha untuk ga ketinggalan jaman dengan update teknologi. Seperti halnya anak-anak muda sekarang yang mudah sekali mengikuti trend sekarang yang tidak bisa lepas dari hal-hal yang berbau gadget dan tekno.
Generasi milenial sendiri diartikan sebagai mereka yang lahir di antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2.000. Dalam perkembangan di usia remaja menuju dewasanya, mereka mengalami adaptasi perubahan teknologi dalam kesehariannya dari hal-hal yang manual atau konvensional ke hal yang sama namun berbasis teknologi.
Contoh gampangnya nih, kalau dulu membaca buku secara fisik sekarang bisa diakses secara digital. Juga minim penggunaan kertas yang lebih ramah lingkungan dengan adanya E-book. Begitu juga dengan bertukar data dan informasi. Waktu SMA, remaja generasi saya masih menggunakan jasa pos untuk pengiriman surat. Kemudian berkembang via email (walau masih harus pergi ke warnet). Untuk data berukuran kecil seperti foto malah bisa bertukar data lewat aplikasi chat dalam hitungan detik.
Contoh gampangnya nih, kalau dulu membaca buku secara fisik sekarang bisa diakses secara digital. Juga minim penggunaan kertas yang lebih ramah lingkungan dengan adanya E-book. Begitu juga dengan bertukar data dan informasi. Waktu SMA, remaja generasi saya masih menggunakan jasa pos untuk pengiriman surat. Kemudian berkembang via email (walau masih harus pergi ke warnet). Untuk data berukuran kecil seperti foto malah bisa bertukar data lewat aplikasi chat dalam hitungan detik.
Anak, Perempuan dan Internet
Walau sebenarnya generasi X pun tidak sedikit yang bisa mengikuti perkembangan literasi digital, generasi milenial dan sesudahnya (generasi Z) masih merupakan populasi terbesar yang tingkat melek teknologinya tinggi. Di sisi lain, hadirnya teknologi digital ini juga memunculkan dilema seperti pisau bermata dua. Bisa mendatangkan dampak positif namun juga tidak sedikit mencetuskan hadirnya efek negatif.Daaan... objek yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah anak-anak dan perempuan, lho. Hasil sebuah penelitian terbaru pun menunjukan kalau komposisi perempuan sedikit lebih besar dari laki-laki dalam hal penggunaan internet (51%). Walaupun validitasnya masih harus dibuktikan karena tidak sedikit akun-akun pengguna sosmed yang abal-abal. Mengaku gender perempuan tapi sebenarnya bukan. Eh iya, media sosial ini juga masih merupakan alasan terbesar kenapa banyak penduduk Indonesia mengaksesnya.
Enggak salah kalau akses media sosial jadi alasannya. Tapi seperti yang saya bilang tadi, kalau tidak bijak memanfaatkannya bukannya mendatangkan manfaat tapi malah jadi sumber masalah. Dengan media sosial kita bisa terhubung lagi dengan teman-teman lama, membangun jejaring dengan mereka yang mempunyai minat yang sama untuk hal-hal positif tapi di sisi lain adanya media sosial bisa menjadikan yang dekat jadi jauh, hoax alias berita bohong jadi lebih mudah menyebar, ribut-ribut di media sosial hanya karena beda pendapat dan ini nih, fitnah atau sumpah serapah yang bisa menyeret seseorang tersangkut kasus hukum.
Masih inget kan kasus pemilik akun Path yang misuh-misuh di statusnya? Kalau sudah begini yang rugi ya Mbaknya yang punya akun path yang heboh itu tadi. Makanya pikir lagi sebelum memosting sesuatu di media sosial. Jangan sampai membuat kita jadi sosok 'public enemy' karena emosi sesaat. Dunia sosial media terlalu sempit dan mubazir kalau hanya digunakan untuk hal-hal seperti itu.
Masih inget kan kasus pemilik akun Path yang misuh-misuh di statusnya? Kalau sudah begini yang rugi ya Mbaknya yang punya akun path yang heboh itu tadi. Makanya pikir lagi sebelum memosting sesuatu di media sosial. Jangan sampai membuat kita jadi sosok 'public enemy' karena emosi sesaat. Dunia sosial media terlalu sempit dan mubazir kalau hanya digunakan untuk hal-hal seperti itu.
Padahal di sisi lain akun medsos bisa kita manfaatkan untuk memviralkan gagasan atau ide dana sosial. Cerita penjual amplop yang entah berapa keuntungannya, penjual makanan yang sudah sepuh dan masih saja berjualan sampai larut malam, bisa menarik simpati warganet untuk beramal. Mengajak mereka ramai-ramai membeli jika meenjumpai situasi serupa, atau menyumbang sampai kampanye wisata Indonesia agar memeangkan festival di Internasional misalnya. Ga susah kan, kita manfaatkan untuk hal-hal positif seperti ini?
Kreatif Bersama Serempak: Literasi Digital Generasi Milenial
Beberapa waktu yang lalu, barengan teman-teman KEB Bandung, saya menghadiri sebuah acara yang digagas oleh portal Serempak, komunitas IWITA (Indonesia Women IT Awareness) dan berkolaborasi bersama kementerian Kominfo dan kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di aula Masjid Mujahidin, jalan Sancang Bandung. Dalam kesempatan ini, Menteri Yohana Yembise juga turut hadir dan menyampaikan paparannya.
sesi talkshow |
para narsum acara dengan panitia bersama dengan menteri Yohana Yembise |
Dalam diskusi dengan beberapa narsum hari itu beberapa insight yang bisa disimpulkan adalah sebagai berikut:
- Usia bukan batasan bagi perempuan untuk mengakses internet, menjadikannya sebagai sumber informasi, kolaborasi, bahkan mengoptimasikannya sebagai lahan bisnis. Kalau diperhatikan pelaku bisnis olshop di akun instagram banyak lho yang perempuan dan mereka jago memanfaatkan peluang. Dari kepala sampai kaki bisa jadi uang.
- Melimpahnya arus informasi menuntut kita untuk peka, teliti dan bertanggung jawab dalam menyaring berita yang diterima, termasuk untuk tujuan akademis seperti karya tulis.
- Partisipasi atau eksistensi perempuan di era digital menunjukkan bila kaum perempuan bisa berperan aktif mengedukasi masyarakat. Di kalangan praktisi pendidik saja, komposisi dosen perempuan mencapai angka 60%. Yeah, woman power! Ini juga yang membuat Indonesia sebagai proyek percontohan untuk dunia digital dan pemberdayaan perempuan.
Selain sebagai pengguna atau mengakes informasi, perempua juga bisa berpartisipasi aktif sebagai kontributor di berbagai media, baik secara daring (on line) atau luring (off line). Salah satunya dengan berbagi tulisan yang informatif dan inspiratif di situs serempak.id. Ada berbagai kategori yang bisa dipilih sesuai dengan minat dan latar belakang yang kita miliki. Mangga dipilih.
Palapa Ring: Internet Murah dan Cepat
Bersyukurlah kita yang tinggal di belahan Indonesia Barat, terutama yang tinggal di pulau Jawa. infrastruktur yang tersedia membuat kita lebih mudah juga murah untuk mengoptimalkan akses digital. Sementara itu di belahan timur Indonesia, belum semua wilayahnya tersentuh infrstruktur yang mendukung akses internet yang optimal.
narasumber dari Kominfo sedang memaparkan tentang proyek Palapa Ring yang sedang dibangun pemerintah |
Untuk itulah, Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia membangun Palapa Ring sebagai upaya percepatan penyediaan serat optik secara merata di wilayah Indonesia. Proyek Palapa Ring ini mencakup wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku dengan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya. Nantinya proyek ini akan menghubungan jaringan yang sudah lebih dulu ada dengan jaringan yang sedang dan akan dibangun di wilayah timur melibatkan pemerintah dan pihak swasta. Di wilayah timur (Palapa Ring Timur) akan dibangun jaringan sepanjang 4.450 KM dengan landing point yang terdapat di lima belas titik di dua puluh satu kota/kabupaten.
Mudah-mudahan saja proyek ini berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Nantinya kalau jaringan ini sudah bisa beoperasi bukan saja bisa menyediakan teknologi informasi yang cepat dan murah tapi juga jadi salah satu media untuk memberdayakan penduduk Indonesia terutama perempuan di dunia digital.
Intinya hrs bijaksana ya teh menggunakannya, biarpun dumia Serbs digital bukan segala, bukan human, tetap hrs keeping touch dg YG lain,,. Noted bngt acrnya kpingin dtg klo as d jkt
ReplyDeleteIya, jangan sampai kita jadi ansos, ya Tie. Semoga di Jakarta segera menyusul acaranya ya.
DeleteMba Efi, teryata perempuan lebih banyak menggunakan internet ya. Keliatan sih secara kasat mata kalau jumlah blogger perempuan lebih banyak. Hehhe
ReplyDeleteNah iya, bener. Female blogger emang paling banyak berseliweran. Tapi bisa jadi yang cowok jadi kasat mata(kayak apa aja ya) mungkin karena milih jadi blogger pantomin eh blogger anonim :)
DeleteMepet setaun dari generasi Y wkwkwkkwkw! Berarti karakternya masih nyerempet2, teh, keikut keren n unyu kitah!
ReplyDeleteHahaha semacam generasi transisi ya, Teh. Hidup unyu! *apa sih*
DeleteAaminnn ya, Mba. Semoga proyek pemerintah segera terwujud dan akan semakin banyak lagi rakyat indonesia teredukasi dengan mudahnya kita mengakses informasi
ReplyDeleteIya Mbak biar makin banyak rakyat Indonesia yang melek digital, ya.
DeleteInternet dampaknya dua arah yah, negatif dan positif tergantung kita mau ke arah mana
ReplyDeleteJadi pengen nyanyi lagu Armada. Mau di bawa ke mana tujuan kitaaa hahaha. Maksa ih aku teh, ya.
DeleteWell, sejauh ini proyek Palapa Ring dari pemerintah Indonesia patut diapresiasi bagi kita. Khususnya para blogger dan internet marketer tanah air.
ReplyDeleteIya fasilitas asik dari Pemerintah buat kita, ya. Sayang deh kalau ga kita manfaatin semaksimal mungkin. Padahal kita mah ga mikirin biaya proyeknya, tinggal bayar kuota internetnya aja.
Delete