Spesifikasi apa sih yang dicari ketika sedang mencari HP baru? Mulai dari HP low end sampai high end, ternyata kalau dirangkum, 3 hal ini tidak pernah absen. Baterai, kamera dan RAM. Baterai yang mudah ngedrop atau cepat habis pastinya menganggu banget. Mending kalau sedang di rumah, tinggal colokin charger. Gimana ceritanya kalau sedang di luar dan lupa bawa powerbank atau charger? Mati gaya!
Lalu soal kamera, dengan budget berapa pun biasanya kita akan mencari HP dengan kualitas kamera yang mumpuni, baik kamera belakang atau kamera depan. Semakin bagus resolusi foto yang dihasilkan (dan fitur-fitur lainnya juga) biasanya akan semakin menguatkan pilihan kita untuk menjadikan soulmate. Soulmate? Iya, karena buat sebagian orang, ketika HP mati atau ketinggalan rasanya ada sesuatu yang hilang (lebay deh).
Baiklah. Baterai bisa bertahan lama kamera pun oke punya. Tapi jangan lupakan RAM HPnya, dong. Kalau RAMnya kecil, gimana bisa mendukung sistem operasi dan aplikasi yang akan kita pakai? Dengan RAM HP yang rata-rata sudah 2 giga pun kadang kalau lupa tidak menghapus chat yang lama dan bertumpuk, aplikasi yang berjejal dan printilan lainnya yang memberatkan, bikin kinerja HP bisa jadi lemot.
So, buat orang awam dan ga mau ribet dengan detil spesifikasi, biasanya saat mencari HP gress, ketiga hal ini yang paling banyak dicari.
Gathering Flashers di Bandung
Sabtu, tanggal 20 Agustus 2016 kemarin saya dan beberapa teman blogger Bandung (saya, Bang Aswi, Nchie, Damae dan Dadan) hadir untuk diacara gathering komunitas user HP Flash - yang dulunya masih satu keluarga dengan Alcatel - buat ngobrol santai sambil photo walk. Iyes, lokasi gathering di Warunk Upormal yang terletak di jalan Braga ini ga salah emang. Bukan cuma lokasi acara yang punya venue yang kece aja. Banyak spot menarik di sekitarnya untuk dibidik di seputar jalan yang bersejarah di Bandung ini.
Selain kami para blogger, para reviewer dan user HP Flash, ada Queen dan Alan, perwakilan Flash yang bela-belain datang dari Malaysia untuk ikutan ngumpul bareng. Meski sama-sama satu rumpun melayu, mereka banyak ngobrol dengan audiens dengan English ala-ala Melayu mereka. Tak apalah. Selain cantik/ganteng, keduanya ramah dan humble pas ngobrol.
Mas Eko, Queen dan Alan lagi ngobrol dengan audiens. |
Sambil ngobrol santai itu, di tengah-tengah keasikan kami mencicipi menu makan dan camilan ala-ala Warunk Upnormal kami sempat diberi kesempatan untuk test drive. Sayang euy, waktu yang terbatas membuat kami tidak leluasa berlama-lama menguliknya.
O, iya bocoran nih, Flash seri anyar yaitu Flash Plus 2 dengan dua pilihan, Luna Silver dan Venus Gold. Selain desainnya yang mewah, HP yang dibanderoli di angka 2 jutaan ini didukung dengan RAM 3 Giga. Ecieeee. keren, ya? Spesifikasi lainnya seperti memori internal 32 giga, dual sim card support 4G, baterai 3000 mAh (30 menit waktu charging), Kamera 13 MP. fitur sensor sidik jari, tampilan bodi yang mewah, ringan berat 157 gram, ramping (dimensi 152,6 mm x 76,4 mm x 8,2 mm), membuat Flash Plus 2 siap bersaing dengan merk HP lainnya. Dengan harga 2,3 jutaan gini mestinya bakal laku kayak kacang goreng. Kalau mau mendapatkan HP ini, bisa dicari di Lazada. Katanya sih sebelum diluncurkan ke pasar, sudah banyak yang rela nunggu alias pre order. No wonder lah kalau bisa mendapatkan HP keren gini dengan harga yang murah.
sumber: flash3c.com |
sumber: flash3c.com |
Gereja bergaya Neo Gothic ini dikenal dengan nama Gereja Katedral Santo Petrus. Merupakan salah satu gedung yang bersejarah, cuma berjarak 200 meter-an dari Taman Vanda. Gereja ini dibangun oleh arsitek Ir Charles Wolf Schoemaker yang juga mendesain masjid Cipaganti Bandung. Saat itu, jamaah yang mengikuti kebaktian di gereja yang lama (St Fransicus Regis) semakin membludak. Makan di pilihlah lahan baru, terletak di sebelah timur gedung lama. Di lahan yang bekas peternakan ini, dibangunlah gereja Katedral yang bisa menampung jamaah sebanyak 1.800an, 6 kali lipat lebih luas dari gereja St. Franciscus Regis yang kapasitasnya hanya 280 orang saja.
Mejeng di Taman Vanda
Taman Vanda ini jadi salah satu taman yang ramai dikunjungi, terutama di malam hari. Banyak moto yang melipir, menikmati hembusan angin sambil berpayungkan bulan dan bintang. Kecuali malam cerah, kalau hujan deras mah bakal bubar kali, ya. Kalau cuaca bersahabat, coba deh main ke sini.Air Mancur ini akan terlihat colorfull di malam hari |
Fitur Keren dari HP Flash
Sementara yang lain asik berburu foto-foto di sekitar taman Vanda, kru Flash mengajak Mae, begitu biasanya blogger geulis ini dipanggil untuk jadi model foto sambil mencoba fitur kamera Flash. Keren lho, dengan mode panorama, foto ini dihasilkan satu kali tanpa aplikasi. Jadi kalau biasanya kita mengambil foto dengan mode panorama, hasil jepretan langsung tersimpan di memori, dengan Flah, foto yang kita ambil bisa ditahan untuk mengambil objek yang berpindah sebanyak tiga kali jepretan untuk kemudian menyimpannya.
Setelah puas foto-foto, kami kembali ke lokasi acara. Dekat arena Landmark Braga, kami bertemu Mbah penjual sate pikul ini yang biasa dipanggil Mbah Yu. Waktu itu kami sempat ngobrol sebentar saja dengannya. Ternyata si Mbah ini sudah lama berjualan. Ayu, salah satu teman blogger saya yang lihat upload ini di instagram saya bilang kalau kakek suaminya dulu juga pelanggan si Mbah ini. Dengan harga seporsi, kita sudah bisa menikmati jajanan yang waktu saya kecil dulu masih muda ditemui, Entah sekarang ada beapa orang lagi yang masih setia berjualan sate seperti ini. Sehat selalu ya, Mbah. Kalau balik lagi ke jalan Braga, saya pengen nyicipin satenya, nih. Soalnya waktu hunting foto saya ga mau dompet dan harus buru-buru balik ke tkp acara.
Setelah puas foto-foto, kami kembali ke lokasi acara. Dekat arena Landmark Braga, kami bertemu Mbah penjual sate pikul ini yang biasa dipanggil Mbah Yu. Waktu itu kami sempat ngobrol sebentar saja dengannya. Ternyata si Mbah ini sudah lama berjualan. Ayu, salah satu teman blogger saya yang lihat upload ini di instagram saya bilang kalau kakek suaminya dulu juga pelanggan si Mbah ini. Dengan harga seporsi, kita sudah bisa menikmati jajanan yang waktu saya kecil dulu masih muda ditemui, Entah sekarang ada beapa orang lagi yang masih setia berjualan sate seperti ini. Sehat selalu ya, Mbah. Kalau balik lagi ke jalan Braga, saya pengen nyicipin satenya, nih. Soalnya waktu hunting foto saya ga mau dompet dan harus buru-buru balik ke tkp acara.
Sate pikul yang semakin langka |
Foto Berbicara
Tidak lama setelah jalan dan ngobrol dengan si Mbah penjual sate pikul, saya menemukan pemandangan ini. Jadi mikir, kalau sekecil apa pun rejeki yang kita dapatkan, harus disyukuri. Kalau hari itu saya bisa menikmati camilan yang enak di kafe, bapak yang satu ini tampak nikmat sekali melahap makan siangnya. Padahal hanya beralas daun pisang. Hmmm, kalau dia bisa mensyukuri rejekinya hari itu, mestinya saya harus lebih banyak bersyukur dengan apa yang sudah saya dapatkan.
Makan siang yang sederhana |
Ngomong-ngomong soal jalan Braga, ada yang tau ga sih, apa arti nama dari jalan legendaris ini? Lidah bule Belanda dulu menyebutnya Bragaweg. Menurut ahli sejarah Haryanto Kunto, jalan yang dulunya juga dikenal dengan nama Pedatiweg berasal dari bahasa sunda yang artinya bergaya atau mejeng. Referensi lainnya menyebutkan kalau arti Braga adalah jalan menyusuri sungai, mengingat jalan Braga bersisian dengan sungai Cikapundung.
Sejarah Jalan Braga
Jalan Baga waktu itu juga merupakan salah satu area pertokoan yang eksklusif dan menjajakan pakaian dan aksesoris, layaknya kota Paris sebagai pusat mode. Sejak jaman kolonial Belanda, Bandung dikenal dengan nama Paris van Java. Tapi merujuk pada keterangan Haryanto Kunto yang juga ahli sejarah Bandung, julukan Paris van Java bukan mengarah ke Bandung sebagai kota mode dan pusat life style. Waktu itu di Bandung banyak mojangnya yang gareulis, seperti halnya wanita-wanita di Paris sana. Tidak heran juga kalau Bandung dikenal dengan julukan Kota Kembang. Kembang di sini adalah kiasan yang ditujukan pada wanita-wanita cantik yang ada di Bandung pada waktu itu. Sekarang juga dong, ya. Setuju, kan? Harus atuh.
Ngabaraga |
Hari sudah sore, jam 16.30. Setelah seseruan dengan games dan doorprize lewat pertanyaan yang unik, peserta acara membuabrkan diri. Ada yang masih penasaran keliling jalan Braga, sementara saya, Nchie dan Mae memilih pulang. Tetep ya, ritual foto wefie mah ga boleh lewat. Bye Flasher. Sampai ketemu di acara berikutnya.
Wefie Blogger Bandung bersama salah satu kru Flash. Bang Aswi udah pulang duluan, jadi ga ikutan foto di sini. Credit: Damae |
keren tulisannya Neng Effie.
ReplyDeleteMakasih bu :)
DeleteKeren nih Flash Plus 2 nyobain kameranya di tempat2 yang gak kalah keren, komplit dah..
ReplyDeleteYup, keren banget. Masukin ke wish list ya, Mas :)
Delete