Saya lagi nunggu seorang teman di sebuah area di sebuah mall terkenal di kota Bandung. Lalu, sesuatu membuat saya mengalihkan perhatian.
Sok s**h, A****g, maneh..... Bla bla bla..."
Hari itu masih waktunya libur lebaran. Banyak orang yang wara-wiri di mall, sekadar window shopping, makan di luar atau nonton film.
Umpatan tadi itu mengagetkan saya. Reflek, saya tolah toleh mencari sumber suara yang memuat ungkapan yang sumpah ga enak banget didengar, ditambah dengan intonasi yang kasar, dan mengiris hati.
Umpatan tadi itu mengagetkan saya. Reflek, saya tolah toleh mencari sumber suara yang memuat ungkapan yang sumpah ga enak banget didengar, ditambah dengan intonasi yang kasar, dan mengiris hati.
Seorang wanita sedang mengomel, di sisinya seorang anak laki-laki usia 7 tahunan berjalan sambil menyeret troley bagnya yang setengah terbuka. Merek keluar dari area 21 Cineplex, mbak atau ibu ini saya taksir usianya sekitar 40an awal.
Salah satu lengannya mendorong punggung bocah malang yang sebenarnya punya tampang menggemaskan dengan ekspresi innocent itu. Dorongan tanganya memang tidak sampai membuat anak itu terhuyung-huyung. Tapi, percayalah, kalau saya ada di posisinya bakal merasa seperti seorang pesakitan. Sedih bercampur malu.
Mereka berjalan menuju sebuah gerai fast food. Orang-orang di sekitar saya dan mereka tampaknya abai, atau tidak peduli. Sebagian terlihat lebih sibuk mengobrol dengan teman, mengejar bocah kecil yang berlarian, tertawa dengan pasangan atau khusyu menekuri gadgetnya.
Entah siapa yang ngeh dengan pemandangan itu selain saya. Semantara itu, tidak ada protes atau perlawanan dari anak itu, selain wajah lesu yang tertunduk dan pasrah
Duh Nak, entah siapa itu yang mengomelimu. Entah apa masalahnya. Saya harap wanita itu bukan bukan ibumu dan dia bukan siapa-siapamu. Apapun cerita di baliknya, kamu tidak berhak mendapat umpatan kasar itu. Semoga saja, satu kepingan yang terjadi denganmu kemarin ini tidak membekas dalam pita kenanganmu dan meninggalkan dendam. Semoga tidak. Semoga kamu baik-baik saja.
Mereka berjalan menuju sebuah gerai fast food. Orang-orang di sekitar saya dan mereka tampaknya abai, atau tidak peduli. Sebagian terlihat lebih sibuk mengobrol dengan teman, mengejar bocah kecil yang berlarian, tertawa dengan pasangan atau khusyu menekuri gadgetnya.
Entah siapa yang ngeh dengan pemandangan itu selain saya. Semantara itu, tidak ada protes atau perlawanan dari anak itu, selain wajah lesu yang tertunduk dan pasrah
Duh Nak, entah siapa itu yang mengomelimu. Entah apa masalahnya. Saya harap wanita itu bukan bukan ibumu dan dia bukan siapa-siapamu. Apapun cerita di baliknya, kamu tidak berhak mendapat umpatan kasar itu. Semoga saja, satu kepingan yang terjadi denganmu kemarin ini tidak membekas dalam pita kenanganmu dan meninggalkan dendam. Semoga tidak. Semoga kamu baik-baik saja.
Maafkan kalau hari itu saya cuma bisa diam tidak bisa menolongmu, meredakan emosi entahlah siapa dia, dan menenangkan hatimu. Meyakinkan semuanya baik-baik saja. Tapi... saya berjanji, saya tidak akan menjadi seorang ibu seperti itu. Sekali lagi, maafkan saya hanya bisa mendoakanmu, semoga saat ini kamu baik-baik saja dan Tuhan meluaskan hatimu agar tidak merusak masa depanmu.
Kalau aku bakal minggir kecuali anaknya dipukul dll. Karena kejadian sebelum ibunya ngomong gt kita ga tau kenapa. Batas sabar juga beda2. Dapurnya yg dirasakan ibu juga kita ga tau. Makanya aku takut ilmu2 share parenting gt. Cuma emang bener pasti ada trauma yg bawa anaknya kearah mana. Kalau anaknya bisa positif bakal tidak mengulangi tapi kalau negatif ya naudzubillah..
ReplyDeletebtw semoga dia baik2 saja
Aku apalagi mak, belum punya pengalaman parenting gitu. Tapi kok ya ga tega banget lihat anak dimarahin apalagi anaknya diem aja ga ngelawan. Semoga dia ga mendendam, ya.
DeleteDuh kasian ya, tapi kita gatau ya itu ibunya atau bukan atau si anak habis ngapain cm kalau di depan umum dan si anak udh gede rasanya gmana gitu.
ReplyDeleteSalting
Coba klau kita digituin di depan umum ya, Yas. Ga enak banget.
DeleteApapun alasannya ya jangan diumpat dan katai2 apalagi dimarahin di depan umum. Hiks semoga anak itu baik2 saja dan tidak trauma ya. Aamiin
ReplyDeleteKalaupun mau dimarahi ya di rumah aja, ya. Jangan di depan umum gitu.
DeleteSetuju sama teh Tian. Enggak enak banget lah di marah-marahin di tempat umum pake bahas yang kasar begitu. Semoga anaknya engga trauma apalagi sampai dendam
ReplyDeleteTosss dulu dong, Gilang. Pengen deh pukpukin anak itu tapi apa daya.
DeleteAku jg bukan ibu yg sabar ngadepin anak2. Tapi ga pernah tega marahin mereka di tempat umum.. kalo mau marah ya nanti di rumah, itu juga biasanya udah ilang krn emosi udah mereda biasanya...
ReplyDeleteIya. Aku pernah 'marahin' ponakan tapi pas lagi di rumah. Itu juga buru-buru meluk dan minta maaf.
DeletePosisi kita mungkin hanya bisa sebagai penonton y mba Efi, ingin masuk apalah jadinya menambah runyam dan mempermalukan tidak hanya ibunya tapi anaknya juga. Dan hanya doa semoga baik-baik saja, saya setuju mba :)bukan punahnya rasa kepedulian tapi ada batasannya juga
ReplyDeleteIya, Mbak. Dilema banget. Cuma bisa mendoakan yang terbaik.
DeleteJustru kalau di tempat umum, biasanya saya lbh sabar ngadepin anak, malu ngomel2 hehe. Oh ya memarahi anak di depan umum jg kyknya gk bagus buat mental anaknya...
ReplyDeleteNah iya, Apa ibu tiu ga malu, ya? atau emosinya udah sampai ubun-ubun?
Deletehiks kasar bgt ya :(
ReplyDeleteIya, menurutku sih itu udah kasar sekali.
Deletekadang aku nggak bisa diem teh
ReplyDeletekalo saya di depannya pasti saya tegur
gak peduli dia terima atau enggak
suka gemes liat begitu
Wiiih salut aku, Mbak :) Gemes sih emang liatnya
Delete