Harusnya postingan saya ini tayang hari senin kemarin, beberapa jam setelah tayangan final Piala Euro udahan. Tapi paginya saya ngantuk dan sempet kruntelan lagi, biar ga ngantuk pas reunian bareng teman SMP menjelang siang kemarin hehehe. Gapapa ya, saya cerita sekarang.
Idealnya, di atas kertas Perancis itu lebih diunggulkan sebagai calon juara. Bandingkan deh dengan Portugal yang lolos ke final dengan catatn kurang meyakinkan. Lolos ke babak Perdelapan final pun bukan sebagai pemuncak grup atau runner up. tapi sebagai posisi ketiga terbaik.
Photo credit: 101goals.com |
Dengan formasi anyar pembagian grup terbaru di turnamen antar negara benua biru itu, jumlah peserta memanng jadi lebih banyak. Kalau sebelumnya hanya meloloskan 16 tim dari kualifikasi yang berlangsung, untuk kali ini menghadirkan 6 grup dengan 4 grup peserta. Untuk menghadirkan 16 negara di fase berikutnya ga cukup hanya meloloskan juara dan runner up grup. Makanya, diambil 4 tim posisi ketiga agar formasi 16 besar terpenuhi. Dan Portugal ini termasuk yang 'beruntung' lolos, meski tidak pernah menang dan selisih gol yang impas. Kalau boleh pinjem istilah ekonomi itu BEP alias break event point hehehe. Dari segi produktivitas sebenarnya sama saja. Masing-masing menceploskan 4 gol tapi Perancis cuma kemasukan satu gol saja.
Ada kalanya sejarah berulang. Kadang kita melupkan hal kecil ketika orang lain lebih ramai menjagokan tim lain. Tahun 2004, 12 tahun yang lalu, Portugal ada di posisi yang sama dengan Perancis. Tampil di final sebagai tim unggulan, menghadapi tim Yunani dengan nama-nama khas yang nama akhirnya identik kadang bikin lidah kepeleset menyebut nama-nama pemainnya itu. Portugal gigit jari. Belum lagi ada aksi 'penonton sinting' yang menerobos lapang dan mempermalukan Luis Figo. Selebrasi yang disiapkan untuk merayakan juara, malah dinikmati Yunani, bukan Portugal. By the way, waktu iu saya nitipijn'revans' sama Portugal, karena Republik Ceska dibuat angkat koper duluan oleh Yunani :D
Di Euro 2016 ini, saya ga punya tim unggulan yang saya jagoin sejak fase grup. Apalagi kan, turnamen sekarang berbarengan dengan bulan puasa. Duh, jangan sampai belain nonton terus ketiduran dan ga sempet sahur. Nonton mah sesempetnya aja. Kadang pas giliran nonton malah dapet laga yang terasa garing.
Lucky me, pas final itu saya bisa bangun daari awal laga. Ngambil posisi senyaman mungkin, sambil nonton, saya membuka twitter, di mana sahut-sahutan saat final ini lebih seru dibanding facebook. Dengan hashtag #Euro2016Final #EURO2016
credit: Skysport.com |
Sempet ikutan galau juga pas lihat Ronaldo melempar ban kapten dan mengacungkan dua telujuk di atas kepala sambil memutarnya, sebagai isyarat menyerah, minta pergantian pemain. Ekspresi sedihnya bikin jadi pengen pukpukin dia hehehe. Ya ga mungkin juga saya pukpukin dia. Bukan muhrim :D
Mestinya nih, ketika seorang pemain bintang keluar, ga bisa melanjutkan permainan karena cedera, kena akumulasi kartu kuning atau melakukan pelanggaran berat berujung kartu merah, secara psikologis bisa memengaruhi mental teman-temannya. Skema permainan jadi acak-acakan, konsentrasi yang buyar dan tim lawan mudah sekali menghajar dengan hujan gol.
Tapi ternyata dini hari kemarin itu tidak terjadi. Saya setuju banget dengan komentar Ibnu Jamil, presenter siaran malam itu yang bilang gini:
Jangan takut menjadi juara tanpa kehadiran seorang bintang.
Daaaan, Portugal membuktikannya. They did it.
Saya suka menonton mobilitasnya Joao Mario, aksi gemilang kiper Portugal Rui Patricio yang berjibaku menghadapi gempuran Griezmann dan kawan-kawan. Asiknya lagi duel Euro kemarin ini berjalan dengan apik, nyaris ga ada ribut-ribut antara dua kubu dan saling intimidasi dengan tatapan tajam, saling dorong atau rutukan kalau duel berjalan dengan tensi yang tinggi.
Yang saya salutin juga adalah meski sempat menangis, Ronaldo tidak patah arang. Pemain Madrid yang juga jadi ayah angkatnya Martunis, korban yang selamat dari musibah Tsunami kemarin ini terus menyemangati teman-temannya. Meski terpincang-pincang ikut menyemangati teman-temannya dari sisi lapang. Kapten tim yang keren!
From tears to tears. Ini salah satu komentar host dari Euro sana. Kalau sebelumnya Ronaldo menangis tidak bisa melanjutkan pertandingan final malam itu, akhirnya Ronaldo kembali menangis bahagia karena bisa mempersembahkan trofi juara untuk negaranya. Yang bikin Ronaldo nangis di awal pertandingan ternyata malah nangis belakangan. Saya setuju banget ama cuitan Kang Maman di twitternya hehehe. Fotonya epic banget, lah. Nih anak yang ngusapin layar tv gemesin banget.
Yg bikin Ronaldo nangis, akan nangis belakangan... pic.twitter.com/kxPh2SZnin— maman suherman (@maman1965) July 10, 2016
Moral storynya? Selama wasit belum meniup peluit akhir, saat semuanya teras berat untuk dilalui, kdang dalam keadaan terdesak, potensi terbaik yang kita miliki akan mencapai klimaksnya. Kadang kita keder dulluan melihat orang lain atau kompetitor yang lebih unggul.Tapi percayalah, Tuhan punya skenario lebih indah yang tidak pernah kita bayangkan. Jangan pernah menyerah.
Karena bola itu bundar, maka tidak ada kata kalah dan menyerah sebelum bunyi pluit tanda pertandingan berakhir bunyi. Di sisi lain, keberuntungan dan skenario tuhan tidak ada yang tahu. Dan saya setuju, selama kita punya mimpi dan mau mewwujudkannya, maka jangan takut untuk menjadi sang juara.
ReplyDeleteIya, betul banget. Ada bagusnya juga ga punya tim favorit yang tetap di event turnament kayak gini. Sedihnya bentaran aja pas jagoannya kalah, lalu belain tim lainnya. Paling epic dan mengharukan kalau liat moment kayak gini, ya. Ikut seneng :)
Deletelucu bgt itu anak kecilnya :D
ReplyDeleteIya, gemesin banget pas liat foto ini.
Delete