Saya lagi pengen ngomongin film lagi. Film barat dan sayangnya udah jadul hehehe. Eh tapi jangan langsung cuss aja. Saya yakin film ini banyak yang sepakat punya moral story yang keren. Lebih kerennya lagi bersih dari sisipan adegan dewasa. Keren, lah. Ga bikin risih atau siap-siap tombol FF buat skip scene tertentu.
Jadi nih saya pengen ngobrolin film The Pursuit of Happyness. Kita sepakati dulu kalau tulisan saya ini bukan review seperti film lainnya yang pernah saya tulis. Pertama karena udah jadul (rilis tahun 2006-2007) dan bakal banyak spoilnya (boleh dong, ya hehehe). Yang kedua, saya bakal lebih ngebahas pesan film itu. Ya, sudut pandang saya yang simpel aja. sih. Ga terlalu berat. Apalagi saya belum pengalaman jadi orangtua (((orangtua))). Lebih banyak yang berkompeten buat ngebahas soal ini. But anyway, once more, ini sudut pandang saya yang sederhana. Mari berdiskusi dengan santai, ya.
credit: sonypictures.com |
Kalau mengacu tata bahasa Inggris yang baik dan benar, harusnya judul film ini adalah The Pursuit of Happiness. Iya, pake i bukan y. Di awal film ini juga Will Smith sempat complain sama pesuruh di daycare tempat Christopher (diperankan oleh Jaden Smith, anak Will Smith sendiri) soal penulisan happyness. Harusnya pake i (happiness) bukan y (happyness). Ah sudahlah, tulisan saya ga akan bahas soal itu. Sama seperti juga tokoh utama film ini. Alih-alih ribut mempermasalahkan cara penulisan yang ngaco, dia malah sibuk sendiri mewujudkan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Jadi gini ceritanya.
Chris Gardner begitu nama ayah yang diperankan Will Smith. Aktor yang serba bisa - meski ga tau juga kalau disuruh nyuci, masak, berkebun dsb bisa ga selain pencitraan di film? hehehe, ngaco ah - ini adalah sosok seorang ayah yang berusaha sekuat tenaga menciptakan kebahagiaan untuk keluarganya. Untuk istrinya, Linda dan anak semata wayangnya Christopher. Sayangnya Linda tidak cukup kuat bertahan dengan himpitan ekonomi yang terasa sulit.
Christopher, bocah berambut curly dan polos ini tidak mengerti kenapa kedua orangtuanya berpisah. Duh, sedih deh, waktu lihat salah satu scene ketika Christ bertanya, apakah ibunya meninggalkan mereka karena dia (Christopher)? Jawaban yang bikin saya mencelos ketika Chris menjawab kalau Linda pergi bukan karena dia. Tidak ada hubungannya sama sekali kepergian Linda dengan anak semata sewayangnya.
Christopher, bocah berambut curly dan polos ini tidak mengerti kenapa kedua orangtuanya berpisah. Duh, sedih deh, waktu lihat salah satu scene ketika Christ bertanya, apakah ibunya meninggalkan mereka karena dia (Christopher)? Jawaban yang bikin saya mencelos ketika Chris menjawab kalau Linda pergi bukan karena dia. Tidak ada hubungannya sama sekali kepergian Linda dengan anak semata sewayangnya.
Film drama yang diangkat dari pengalaman sejati alias true story ini dalam beberapa adegan cukup membuat penonton menahan nafas. Memang enggak ada adegan bak buk alias berantem, tembak-tembakan seperti film laga atau efek visual canggih ketika Will Smith main di film Enemy of the State misalnya. Tapi adegan Chris yang berlari mengejar gadis Hippies yang membawa kabur scanner tulang (bone density scanner), tunawisma yang kurang waras - yang terus ngoceh scannernya itu mesin waktu - dan mengambilnya di stasiun kereta ketika tangan Chris terjepit pintu kereta harus terlepas, atau emosinya Chris ketika harus berebut antrian di rumah singgah untuk tunawisma. O,ya, Chris sudah ga bisa membayar sewa bulanannya hingga harus bertahan mencari tempat untuk numpang tidur.
Adegan lainnya yang bikin sedih juga ketika Christoper nangis mainannya jatuh saat kedua ayah dan anak itu berlari mengejar bus, waktu keduanya terpaksa tidur di toilet umum beralaskan lembaran tissue dan Chris yang beneran bokek tetap berusaha memastikan Christopher tetap bisa makan. Bocah dengan senyum yang bikin melting itu makan seadanya. Sedangkan Chris cuma diam memerhatikan dan di meja seberangnya ia mellihat meja lain yang diisi keluarga sedang makan enak sambil bercengkerama.
Meski hidup terasa semakin susah, ia tidak pernah membiarkan Christopher ikutan merana. Selain tetap makan, ia tetap mengantar jemput puteranya untuk sekolah dan mengajaknya bermain bersama. Cool dad!
Dialog lain antara bapak dan anak yang saya suka ketika keduanya membahas siapa raja hutan atau kenapa salah soal penulisan happyness itu, dan jawaban bijak Chris soal kata f**k.
tetap happy meski hidup terasa sulit. Credit: popmatters.com |
Dialog lain antara bapak dan anak yang saya suka ketika keduanya membahas siapa raja hutan atau kenapa salah soal penulisan happyness itu, dan jawaban bijak Chris soal kata f**k.
"Itu kata-kata yang digunakan orang dewasa untuk mengungkapkan kemarahannya atau hal-hal lainnya. Itu itu bukan kata-kata orang dewasa. Cara pengejaannnya betul tapi jangan pernah mengatakannya."
atau yang ini.
"Hei, jangan pernah biarkan orang lain tidak bisa melakukan sesuatu. Termasuk aku.Oke?"
Tapi paling suka sih, waktu dia bilang gini.
"Kamu punya mimpi... Kamu harus menjaganya. Orang yang tidak bisa melakukannya akan bilang kamu tidak bisa melakukannya. Kalau kamu ingin sesuatu, berusahalah untuk mendapatkannya. Titik."
Kadang dibuat bingung juga sih, gimana Chris masih bisa pergi membayar ongkos bus dan kereta? Atau makan untuk Christopher di kafe, bisa nyetrika pakaiannya tetep rapi jali (sementara dia kan udah ga punya rumah, itu numpang nyetrika di mana, ya? Kayak waktu tidur di toilet stasiun itu), atau ketika sepatunya hilang, di lain waktu ia bisa punya sepatu baru padahal scannernya belum laku terjual.
Iya, sih, sesekali waktu dia berhasil menjual scanner tulang yang mahal itu. Tapi sepertinya bayaran yang didapat sebesar 250 dolar itu cepat sekali menguapnya. Eh tapi moral storynya dari bagian ini adalah dia juga berusaha tetap tampil profesional. Tidak berusaha menunjukkan dia harus dikasihani, bahkan ketika ngantor pun dia menjawab dengan santai kenapa terus menenteng kopernya ke mana-mana.
Iya, sih, sesekali waktu dia berhasil menjual scanner tulang yang mahal itu. Tapi sepertinya bayaran yang didapat sebesar 250 dolar itu cepat sekali menguapnya. Eh tapi moral storynya dari bagian ini adalah dia juga berusaha tetap tampil profesional. Tidak berusaha menunjukkan dia harus dikasihani, bahkan ketika ngantor pun dia menjawab dengan santai kenapa terus menenteng kopernya ke mana-mana.
Di lain waktu ia juga sempat merasa tidak enak hati ketika harus nalangin ongkos taksi bosnya yang ketinggalan dompet. Buat seorang yang lagi beneran bokek, 5 dolar itu berarti banget.
Lagi pula San Fransisco itu kan salah satu kota besar dunia yang keras dan biaya hidup di sana tidak murah. Emang ada fasilitas dari pemerintah kota buat para tunawisma buat numpang tidur barang beberapa malam, tapi tempat yang tersedia tidak pernah bisa menampung semuanya mereka yang ngantri.
Lagi pula San Fransisco itu kan salah satu kota besar dunia yang keras dan biaya hidup di sana tidak murah. Emang ada fasilitas dari pemerintah kota buat para tunawisma buat numpang tidur barang beberapa malam, tapi tempat yang tersedia tidak pernah bisa menampung semuanya mereka yang ngantri.
Pernah dengar istilah "The Power of Kepepet?" Dalam keadaan terjepit seperti ini, kadang seseorang bakal berusaha total mengeluarkan potensinya sebisa mungkin. Chris berhasil membuktikannya. Dia berhasil merebut kembali dari gadis hippies yang membawa scanner tulang yang sempat dititipkannya saat akan wawancara magang di perusahaan pialang saham Dean Witter. Mendapatkan kembali scanner dari tunawisma yang ngoceh soal mesin waktu itu, memperbaikinya dan berhasil clossing alias menjual pada seorang dokter atau adegan lari-larian Chris yang berusaha menembus kemacetan jalan untuk menjumpai kliennya, meskipun akhirnya keburu pergi. Karena film ini mengambil seting taun 1981, Chris pastinya ga bisa nelpon calon kliennya itu untuk bilang dia bakal datang telat.
Beberapa adegan membuat saya menahan nafas atau kadang pengen nangis ketika Chris hampir-hampir menyerah. Tapi Tuhan Maha Baik. Pernah dengar kan, kalau Tuhan tidak akan mengubah nasib kalau kita tidak pernah berusaha berusaha? Ending film ini jadi jawaban yang manis dari semua kegigihan Chris Gardner.
Dalam kisah sejatinya, Chris Gardner berhasil menjadi pialang saham yang sukses dan mendirikan perusahaannya sendiri. Kalau di awal film dia merasa envy kenapa kerumunan orang-orang yang ditemuinya bsa terlihat bahagia, maka di akhir cerita dia bisa merasakan hal yang sama ketika tim direksi perusahaan mengapresiasi kerja kerasnya dan mengangkatnya jadi karyawan.
Kadang perlu kesabaran yang luas untuk menunggu pintu langit terbuka menjawab barisan doa dan usaha kita. Chris Gardner dalam film ini membuktikannya.
Kadang perlu kesabaran yang luas untuk menunggu pintu langit terbuka menjawab barisan doa dan usaha kita. Chris Gardner dalam film ini membuktikannya.
Iyaa, aku juga nangis kejer nonton sepanjang film, Kak. T.T Etapi, anyway, di kisah sebenarnya bukan istrinya yang ninggalin Chris Gardner.
ReplyDeleteAku baru tau soal itu Helda. Udah booking temen yang punya bukunya buat dipinjem. Jadi makin penasaran pengen baca bukunya.
DeletePaling nangis saat tidur di toilet umum. Saat Chris nutup telinga christoper. Sungguh ikutan sesak napas.
ReplyDeleteIyaaa, itu adegan yang paling mengiris hati. Apalagi pas ada yang gedorin pintu.
DeleteMbak, ada versi bukunya dengan judul sama The Pursuit of Happynes. Sebuah kisah inspirasi yang hebat.
ReplyDeleteIya, Mbak. Ini juga lagibl nunggu ketemuan temen buat pinjem bukunya. Sangat inspiring, ya.
DeleteFilmnya Will Smith banyak yang aman dari adegan dewasa. Yang fear itu juga bebas adegan dewasa
ReplyDeleteIya, mbak Ika. Attitudenya dia di luar film juga bagus, ya. Ga kontroversial.
Deleteiya sm kayak mbak phalupi, mbrebes mili waktu lihat adegan itu, ini film bnr2 mengguncang jiwa mbak, cakeeeppp,
ReplyDeleteTosss juga, mbak. Kalau santai pengen ngulang lagi nonton film ini.
Deleteaahh jd pgn nonton filmnya deh :D.. aku suka nih film2 yg based on kisah nyata gini, aplagi yg main will smith ^o^... walo dia kurang ganteng kyknya di film ini ya ;D Beda ama film2 actionnya dia
ReplyDeleteEh makin sini Will Smith tambah ganteng, kok. Mungkin di film itu karena perannya sebagai orang yang lagi susah jadi dandaannnya dikondisikan gitu.
Deletebelum nonton, thanks reviewnya
ReplyDeleteHarus nonton, Mbak. Saya jamin akan nyesel karena baru nonton sekarang.
Deleteduh selalu lupa mengajak suami nonton ini, padahal ini bisa menginspirasinya
ReplyDeleteNah, mumpung inget coba sekarang sempatkan nonton ya, mbak.
Deletemembaca ini tapi tetap ingin mewek kalo diingat kembali filmnya
ReplyDelete#pukpukin mbak Rani#
Deleteini film memang menjadi favorit saya mbak..
ReplyDeletefilm yang perlu ditonton oleh semua kalangan dan alurnya itu membuat saya tidak bisa melewatkan satu scene pun..
Iya, wajib ditonton semua orang dan emang sayang banget melewatkan setiap adegannya.
DeleteIni salah satu film yang masuk list "obat" saya. Kalau sedang down atau butuh suntikan semangat ada beberapa film dan buku yang saya baca dan lihat berulang-ulang hehehe
ReplyDeleteSemacam tombo ati dan mood booster ya,mbak.
Deletekayaknya mereka ada kupon yang memungkinkan dia bisa bertahan.
ReplyDeletetemenku pernah cerita ada kenalannya di Belanda, gak kerja, dpt tunjangan dri pemerintah. irit abis, tp ya dicukupin bisa. Mgkn krg lbh sama kali ya?
intinya dia pantang menyerah dan mudah2an bisa ditiru semangatnyaaa
O, iya. Saya baru inget kalau di AS ada kebijakan semacam tunjangan buat jobless gitu ya, mbak. #cmiiw
DeleteYa meski dikasih gitu gak akan cukup diandelin. Semangat pantang nyerahnya emang harus jadi panutan.
Film yang bikin saya nangis, film ini bagus banget Mak
ReplyDeleteIya, mbak. Bagus banget dan wajar kalau semua yang nonton dibikin nangis.
DeleteUdah nonton berkali kali dan tetep terharu sama perjuangan Chris, apalagi saat dia nalangi ongkos taksi bosnya meski akhirnya diganti.. keren film ini!
ReplyDeleteKebayang ya galaunya. Mau nagih pun malu tapi butuh. Tapi bosnya juga keren, ga nyepelein utang.
DeleteAduh saya belum nonton ini *kudet banget*
ReplyDeleteKalo gitu nonton sekarang aja, Mak. Biar ga penasaran :)
DeleteAku tiga kali nonton ini teh, nangis...apalagi backgroundnya sama di bidang farmasi, kalau si Crish alat kedokteran, aku jualan obat... sewaktu ngantri untuk tidur di penginapan duuh sedihnya luar biasa...sampai akhirnya jadi pialang saham...kesuksesan yang luar biasa diraih dengan air mata, keringat dan darah ya, teh.
ReplyDeleteIya, Astin. Pas berantem rebutan jatah terakhir dapat penginapan gratis itu juga bikin mencelos.
Deletesama sekali belum nonton, makasi yaa udah ada reviewnya sikit
ReplyDeleteone of the best movie i've ever watched lah :)
ReplyDelete