Aach Aku Jatuh Cinta : Rumi Gokil Versi Retro

"Yulia, perpisahan itu biasa. Menjadi sendiri itu juga biasa, mati juga sendiri.  Nanti kalau kamu dewasa kamu akan mengerti."
 Itu yang dibilang oleh ibunya Yulia  (Annisa Hetami) saat  berusaha menguatkan  puteri semata wayangnya Yulia  (PevitaPearce) yang terlihat rapuh.  Ditinggal ayahnya yang seorang bule Belanda, hidup semakin terasa sulit  arena perubahan jaman yang semakin modern. Suka atau tidak, mereka  harus  berusaha tetap bertahan.  Yuk ah, bahas film lagi, film  Indonesia pula.

Judul Film : Aach Aku Jatuh Cinta
Sutradara  : Garin Nugroho
Produksi    : Multision Plus 
Premier     : 4 Februari 2016
Casting     : Chicco Jerikho, Pevita Pearce, Annisa Hertami,Nova Eliza
Genre        : Komedi  Romantis
credit:tabloidvova.com


Sinopsis:
Sebenarnya, bukan saja  ayahnya Yulia, seorang ahli  reparasi radio  yang merasakan kejamnya  roda modern  melibas jaman. Tetangga, sekaligus teman kecil Yulia, Rumi (diperankan oleh Chicco Jerikho) juga merasakan hal yang sama. Bisnis minuman limun dalam botol  milik ayahnya  mengalami kebangkrutan. Rumi jadi limbung,  menghadapi  ayahnya yang frustasi dan ibunya  (Nova Eliza)  yang memilih  meninggalkan keluarga, dan memilih menjadi  penyanyi di kafe.

Dua karakter wanita yang umum kita jumpai dalam film ini saat badai mendera. Yang satu menyerah karena tidak tahan denga  masalah eknonomi sementara  yang lainnya justru lebih memilih untuk 'bertahan'. Yulia lebih beruntung karena  ibunya tidak ingin melihat  hidup Yulia jadi  berantakan. Sementara  Rumi  lebih banyak menyaksikan kedua orangtuanya meratapi perpisahan.   

Sama-sama berasal dari keluarga yang berantakan,  Rumi dan Yulia kehilangan separuh kasih sayang orangtua yang utuh. Karenanya mereka berusaha mencarinya dari luar, dan itu mereka coba dapatkan satu sama lain.  Meski gokil dan jailnya minta ampun, Rumi  sebenarnya jaim untuk  mengungkapkan  perasaannya pada Yulia secara to the point, bukan beputar-putar. Sialnya, Yulia terlalu cemen dan (mungkin) bodoh untuk menangkap sinyal  yang dikirimkan Rumi yang terlalu banyak gaya. Makanya setiap ketemu, dari kecil, remaja bahkan dewasa, Yulia sering dibuat menangis karena gemes dengan sikap Rumi.

Mungkin juga karena rapuh dan manja, Yulia belajar  judo agar menjadi wanita yang tangguh seperti yang diinginkan oleh ibunya. Dasar emang udah harus berperan jadi gadis  cemen, sudah belajar judo pun, Yulia tidak bisa lepas dari label seorang perempuan cengeng. Epes meer  kalao orang Sunda bilang. bahkan ketika bra merah cabe yang dipakainya ujug-ujug lepas  (entah gimana ceritanya, saya ga ngerti :D) dan diambil oleh Rumi ketika  sparing partner  dalam latihan judo, Yulia tidak berubah menjadi seseorang remaja yang punya power.  *pukpukin dulu Yulia ah*

Deuh, gemes saya liatnya. kalau yang kayak gini adik saya, udah saya hujani  dengan  cubitan. Bukannya galak mengancam nagih  barang pribadinya itu, Yulia malah merajuk eh memelas tepatnya pada Rumi. Sambil bercanda, Rumi keukeuh tidak mau mengambalikan dan mengganggap branya itu sebagai simbol dari hatinya  Yulia.  Dan memang dalam perjalanan waktu, bra berwarna genjreng ini  yang membuat hubungan keduanya kayak ombak  yang mengalami pasang surut sampai ending cerita.  


Seting Film
Film bergenre komedi romantis dengan bumbu lelucon satire ini mengambil seting tiga jaman. Ehm, (((jaman))) hihihi... lagi-lagi ini nyinggung soal umur hehehe.  Yup, film ini mengambil seting  tahun 70an untuk masa Tapi di sini serunya. Kita buka cuman bisa nagajak teman nonton bareng lho. Bisa juga ngajak om dan tantenya  nonton sambil nostalgiaan. Celana cutbray,  potongan rambut kribo ala-ala Ahmad Albar  atau potongan rambut gondrong anak band  yang waktu itu sempat ngehits,  warna-warni baju yang ngejreng khas tahun 70-80an.

Atau nih  musik retro yang memang sempat populer, terasa banget di sini dengan sentuhan sinematografi yang apik sehingga tetap enak untuk dinikmati. Begitu juga dengan wardrobe  para pemain dan rumah-rumah  jadul bergaya Belanda  yang terasa sekali di sini.

Ngomongin soal penampilan, kok lihat poni lemparnya  Rumi dan brewoknya jadi ga nahan. Ih, sumpah saya mah geli kalau liat cowok dandan kayak gini. Lebih suka liat Chicco dengan potongan  ala-ala 90's  gitu, ketika dia dewasa huehehehe... Tapi kan ini tuntutan peran aja, ya? Eh, kalau lihat dandanannya  Chicco sebagai Rumi kok saya berasa lihat Dude Herlino, ya? Lho?  *abaikan*


Film Yang Romantis
Buat Penggemar sastra atau suka  ngutip quote-quote  keren, film Aach Aku Jatuh Cinta ini wajib masuk wish list buat ditonton.  Selain memang  dialognya  sarat dengan diksi yang membius, faktor lain seperti alam terbuka atau latar panggung pas scene dialog teater juga  keren. Kalau di jaman itu remajanya sudah mengenal gadget dan aplikasi instagram, mungkin bakal ada adegan Rumi  yang narsis jual pesona di akun media sosialnya. Syukurlah belum ada. Kalau ya, saya ga bisa bayangin  kegilaan Rumi semakin menjadi  hahaha...  nah soal latar ini saya jadi penasaran banget. Syuting filmnya di mana, sih?  

Paling suka pas adegan Yuli nangis manggil-mangil Rumi yang  ngumpet dan bersembunyi di  atas tumpukan tebu kering itu. Menurut saya, bagian ini yang paling jujur mengungkapkan susana hati keduanya. Sama-sama rindu tapi tidak mau ngomong. Moral storynya?  Jangan jaim dan pake kode-kodean gitu, deh. Memendam cinta itu menyesakkan, kakak!

O, ya selain di scene  ini, ending filmnya juga jadi bagian yang saya sukai. Bukan soal gimana penyelesaian  konflik  cerita antara Rumi dan Yulia, sih. Tapi lebih ke teknisnya. Jadinya,  seperti merewind  adegan film gitu. Scene yang satu ini juga cukup mengaduk emosi penonton. Malah ketika penonton lain sudah bubar  dan meninggalkan studio, saya dan Teh Ima masih duduk di kursi penonton, lalu ngomel "ah sialan, film ini keren banget."  Duduknya ga pake lama juga sih, buru-buru sadar diri sebelum diusir  hehehe....   

Ga heran juga kalau ternyata film ini jauh-jauh hari sudah diputar di Busan International Film Festival 2015,  Indonesia (Indonesian premiere) di Jogja-NETPAC Asian International Film Festival (JAFF) 2015 dan bahkan juga diputar  di  International Film Festival Rotterdam 2016 di hari yang sama ketika saya dan teman-teman nonton film ini. Yeay, semoga semakin banyak film kece  dari Indonesia yang keren dan berkualitas kayak gini.

Rate Pemain
Suara seksi dan seraknya Pevita Pearce yang jadi semacam narator  di film ini memang cukup dominan, mulai dari awal cerita sampai endingnya.  Cuma kayaknya rada nanggung  sih pas saya lihat aktingnya, jadi kurang nendang.  So, kalau ada medali emas yang  akan dikalungkan,  saya bakal milih  Chicco sebagai nominee  yang kuatnya.  Ya sih, saya juga ga terlalu jago soal dunia teater  atau perfilman  ini, tapi paling enjoy melihat  aktingnya  Chicco.   Selain Chicco, Nova Eliza juga patut diacungi jempol untuk perannya sebagai seoang ibu yang  frustasi karena  perpisahan. Sayangnya  peran Nova Eliza  tidak terlihat banyak wara-wiri di film ini. Porsi lebih dominan justru diperankan oleh Anisa Hertami, sebagai ibunya Yulia - yang mati-matian membesarkan anak semata wayangnya yang membuka usaha menjahit pakaian
salah satu adegan ketika Yuia membantu ibunya 
Moral Story
Dan  ngomongin soal moral story juga,  banyak lho  pesan film yang keren dari film ini  (ya iya lah, Garin Nugroho, gitu). Bukan cuma soal love melulu. Ini juga tentang kasih sayang yang utuh dari orang tua,  sugesti posiif untuk percaya diri, dan seorang yang  kuat dan ga cengeng.

Sekali lagi, pecinta puisi Rumi,  yang suka dengan dialog-dialog dramanya  Romeo - Juliet,  Penggemar  musik atau fashion  retro atau warna-warna vintage, atau  barisan fans  Chicco  dengan aktingnya  yang selalu total itu, wajib banget nonton film yang saya kasih 4 dari 5 bintang ini.  Siap-siap tertawa dan menangis  bergantian selama nonton film  yang berdurasi kurang lebih 90 menit  ini, ya.

20 Comments

  1. Aih itu bra merah cabenya kok bisa jatuh? emang ga dikaitkan gitu? wakakakak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harusnya kita liat pas tapingnya Tian,jadi tau gimana bisa lepas hahaha. Asli aku paling bingung pas adegan ini meski idenya bolehjuga jadi penyambung cerita sampai akhir :D

      Delete
  2. Chico jericko masih pacaran dengan lidya cintia bella gak ya? (*malah nanya gosip). Tapi beneran sih. Aku juga bingung gimana caranya itu beha bisa lepas pas nonton teaser di bioskop bbrp waktu lalu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akukudet soal infoteinmen itu Mbak Ade hihihi. Tuh kan,a da yang bingung juga gimana ceritanya si merah cabe itu bisa lepas?:D

      Delete
  3. Lucu gitu ya filmnya. Wajip nontoon deh, udah lama ga nonton film indonesia

    ReplyDelete
  4. sepertinya aku punya temen kayak Rumi deh, ngeselin.. Jadi antara tertarik dan bener2 ngeselin itu 11:11 ~__~ Wajar aja kalo Yulia gak nangkep sinyalnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya, kan? Dijailin gitu emang bikin gondok.

      Delete
  5. Ya ampun soal Bra hahhaha itu mah trik cowok banget jadi penasaran filmnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha idenya emang gokil, Mak. Tapi kalau kita yang ngalamin malu banget, ga, sih?

      Delete
  6. Haha, setuju sama poninya Chicco, jadi pengen minjemin gunting atau buka salon dadakan khusus potong poni wkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tosss dulu, Niq. Tuh kan, gemes ya liat cwok berponi lempar gini hahaha

      Delete
  7. seriusan ada adegan bra jatoh? wakakak..
    kayaknya seru yah..
    reviewnya mba efi juga bagus banget.. jadi penasaran pengen nonton..
    nunggu di tivi aja tapi aku mah
    *balada punya anak bujang ga suka ke bioskop*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nunggu setahunan lah kalau tayang di tv mah hahaha... Ga coba ajak suaminya nonton, Des? Anak bujangnya suruh maen sama sodaranya hehehehe *saran apaan coba ini*

      Delete
  8. Chico itu memang keren aktingnya... Dan film2nya kayaknya lagi banyak akhir2 ini di bioskop :)
    liat model pas tahun 70-an itu rasanya pengen nabok ya... tp kalau kita hidup di jaman itu pasti mikirnya udah gaya plg top markotop banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Ria. Kalau di jaman itu kita udah abg kayakknya berasa paling keren aja. Nah, model jaman kita abg dulu juga kayaknya bakal dibilang aneh buat anak-anak remaja sekarang atau nanti hihi. Saya jadi nungguin film Chicco berikutnya.

      Delete
  9. Wah kayaknya filmnya bagus ya teh?
    Seneng sama pesan moral "jagan jaim" hihihi.
    Kode-kodean kayaknya masih nyentrik banget teh saat ini..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagus, Cha. Nonton, ya. Ga dulu ga sekarang, masih aja ya pake kode-kodean. Ga ngerti, deh :D

      Delete
  10. Memendam rasa itu menyesakkan, say it or leave it...
    Padahal yg comment ini jg masih speechless klo soal ngomong mski sbts I love you ke suami.

    ReplyDelete
  11. filmnya bagus, sayangnya ga suka sama chico nya. hehehe

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.