Bulan puasa kemarin saya sempat cerita soal anti aging dan janji
mau cerita kelanjutannya, ya? hehehe... duh maafkan, baru cerita lagi sekarang.
Akhirnya saya kesampaian juga buat menjalani tes alergi ini. Sok
sibuk, ya? :D
Oke, jadi seperti yang sempat saya bilang di sini, kalau saya lagi menjalani terapi
anti aging. Please note ya, bukan saya pengen sok bergaya sosialita yang
mukanya kinclong bingits dan menghabiskan ratusan juta buat perawatan
tubuh (keukeupin dompet dulu ah). Anti aging yang nyerempet
kecantikan itu emang bener dan ternyata cuma sebagian
kecil. Anti aging teratasi, efeknya kelihatan di kondisi kulit yang sehat. No wonder deh yang makannya apik itu biasanya wajah dan kulitnya bagus, halus mulus bikin sirik. Tuh kan, no pain, no gain.
Jerawat, flek dan lingkar mata hitam yang bandel buat ngibrit
ternyata indikasi ada yang salah dengan tubuh saya, Iya, saya sudah
berdamai soal itu. Saya sudah berusaha memperbaiki gaya hidup saya,
menjalani diet FC meski masih terbilang abal-abal karena
belum 100% full. Tapi reaksinya lumayan kerasa, nah bayangin kalau
saya bisa konsisten, ya?
Lanjut.
Allah ga akan kasih ujian tanpa solusinya,ya? Jadi saya bismillah aja
jalani terapi ini. Buat tes Bio E seperti yang disarankan oeh dokter
David ini ternyata ratenya lumayan, Rp.250.0000. Duh lumayan banget buat
belanja buah-buahan yang sekarang jadi kegemaran saya hehehe... Tapi,
tapiiii ini jauh lebih murah daripada tes lain. Di tempat lain ada
yang ratenya kurang lebih Rp. 700.000, atau ke luar negeri sono
dengan mengirim sample yang membuat kita merogoh kocek lebih dalam,
sekitaran Rp.3000.000an. Jadi ini kurang dari 10%nya. Anggap
aja investasi, bukan biaya, biar saya lebih alert dengan kesehatan.
Bio E Banyak Cabangnya
Klinik Bio E bukan cuma ada di Bandung tapi juga ada di kota-kota lain.
Klinik ini juga ada di Jakarta, Bekasi, Cikampek, Bogor, Semarang, Solo,
Yogya, Surabaya, Makasar, Balikpapan, Jambi dan Medan. Kalau yang
di Bandung lokasinya ada di jalan Kresna 12. patokannya bisa masuk dari
jalan Kesatriaan (SMP 1 Bandung) yang belok kejalan Bima, enggak jauh
setelah Sekolah Bina Bakti melipir deh ke kanan. Atau kalau dari Istana
Plaza bisa juga ambil jalan dari sebelah kanan kedainya Bubur
Ayam H. Amid, dari situ tanyain deh jalan Kresna. Klinik
ini enggak jauh dari SD Kresna, sekitar 100 meteran lah.
|
Klinik Bio E Bandung |
Bikin Janji Dulu
Saran saya kalau mau tes alergi di sana bikin janji dulu, jadi
begitu datang langsung dilayani.Enggak perlu pengantar kok buat datang dari
sini. Cuma saran saya hasil tes Bio-E ini dibawa ke dokter
yang ngerti soal alergi dan sebagainya biar dapat tindakan yang
lebih serius dan pas. Saya sendiri bakalan bawa hasil tes alergi ini buat
lanjutin terapi anti aging di DF Clinic. :) Kalau mau tahu alamat lengkap dan nomor kontaknya, bisa kepoin di webnya, di bio-e.net.
|
brosur Bio E |
|
brosur Bio E |
Tesnya Ga Bikin Parno
Enggak perlu lama buat menunggu hasilnya. Tesnya juga enggak
mengerikan. Waktu diperiksa, kita cuma duduk aja dan diminta melepaskan
logam yang ada di tubuh kita, misalnya kalung/perhiasan dan menjauhkan
handphone. Alatnya mirip stetoskop yang punya tangkai. Sementara satu
tangan doter yang memeriksa akan memegang tangkainya,, tangan
lainnya akan memegang semacam pen yang
disentuhkan ke kotak seukuran buku bigboss berisi panel-panel dari bahan seperti kaca atau mika.
Nantinya dari panel yang disentuh ini alatnya akan bereaksi. Dia akan maju
mundur dengan lentingan (seperti magnet yang tarik menarik) yang kencang atau
pelan. Semakin kencang, berarti kita semakin alergi dengan kategori yang
ada di panel itu. Kalau alatnya bergerak naik turun berarti kita
aman-aman saja alias enggak alergi.
Saya ga bisa kasih fotonya karena alat ini sangat sensitif. Kilatan dari kamera dikhawatirkan bisa merusak peralatan ini. Eh tapi bisa dilihat kok di webnya bio-E.
Tes alergi Bio E ini cocok buat yang parno dengan jarum suntik seperti saya
atau mau cari tau alergi pada anak yang suka nangis kejer lihat
jarum suntik. Ga ada rasa sakit tertusuk jarum, atau darah yang menetes.
Pokonya painless, dan enggak horor, kan? Sambil dites yang
durasinya kurang lebih setengah jam ini saya juga bisa ngobrol santai, kok.
Feel free buat nanya-nanya dengan dokter setelah tes, kan charge-nya udah
include tes alergi sama tanya-tanya hehehe
|
hsil tesnya |
Nah seperti yang ditunjukkan hasil tes, akhirnya saya ketauan
alergi apa aja. Ada yang sudah saya duga, saya cuekin dan well.... bikin saya surprise.
Hah? Lho? Kok.... Iya deh.
Sudah Diduga
Alergi debu! Iya, saya suka bersin-bersin kalau kena debu, terutama
debu kalau lagi beres-beres rumah. Wah biasanya kalau
gini saya emang harus cari masker. Oke fine. Alergi debu ini mah ga terlalu ribet,
ya. Harus rajin beres-beres dan bersihin rumah dan ruangan. Lagian, siapa
juga yang betah di ruangan kotor, lembab atau berdebu? kecuali sebangsa serangga tungau.
Daging ayam? Well, karena kebanyakan ayam ini mendadak montok
karena suntikan hormon, saya sih udah curiga. Untungnya saya bukan tipe
orang yang sakaw dengan daging ayam dan ga ngoyo kalau makan
enggak ada daging ayam. Selain daging ayam, ternyata saya juga alergi daging
unggas lainnya seperti daging bebek dan telur. Dokter Melinda yang
memeriksa saya ngasih saya catatan, kalau daging ayam kampung sih ga
papa,itu masih aman buat saya konsumsi. Nah selain telur yang digoreng atau direbus termasuk di dalamnya makaann camilan yang kebanyakan mengandung bahan telur. Tau deh, seperti apa? Kue dan cake!
Saya juga udah pasrah kalau hasil tes menunjukkan saya terkena alergi MSG.
Selain emang ga sehat dan bisa memicu kanker, saya juga suka merasa
gatal kalau makan camilan yang terlalu gurih. Selain vetsin yang putih
itu, saya juga ga disarankan mencampurkan penyedap seperti R***O,
M****O dan sejenisnya. Cukup garam sama gula aaatu pake penyedap
organik. Hihihi.. mihil, ya yang ini mah.
Meski ternyata daging sapi enggak apa-apa, dan saya suka minta kalau
kuahnya enggak pake vetsin, tapi baksonya kan mostly pake vetsin. Saya emang ga
terlalu maniak juga sama bakso. Paling dalam seminggu maksimal 2
kali deh makan bakso.
Enggak Nyangka
Saya enggak nyangka bakal alergi sari rumput. Risikonya,
saya ga disarankan berlama-lama di tanah lapang berumput, taman atau yang banyak
bunganya. Kecuali rumput sintetis :). Perasaan enggak ada alergi
kecuali merasa gatal kalau duduk lama di atas rumput. Tadinya saya kira karena
sengatan serangga. Eh ternyata gatal-gatal itu karena alergi, ya? Hey
where have I been?:D
Saya juga enggak ny angka alergi cokelat. Padahal suka
jadiin cokelat sebagai mood booster. Lucky me, karena ga addict sama
cokelat. Jadi nih, kudu dadah-dadah sama cokelat yang diseduh, cokelat
batang atau cokelat olahan seperti brownies. Bye, brownies. Jangan merayu saya
dengan brownies lagi ya hehehehe... *duh apaan sih*
Tadinya saya kira saya alergi dengan kopi, seperti yang diperkirakan dokter
David. Untungnya saya ga addict juga. Tapi bukan berarti saya bisa
seenaknya menghabiskan kopi. Maksimal sehari yang masih bisa ditoleransi
adalah satu gelas sehari. Kalau mau irit ya dicicil. Pagi 1/3,
siang 1/3 dan malam 1/3 *LOL* Eh tapi kalau dalam kaidah food combining,
kopi ini masuk kategori rekreasional. Jadi sebaiknya pas jatah waktunya
cheating aja, bukan jadi minuman harian. Anyway, i can deal with this stuff,
Pisang! Saya ga ngira alergi pisang. Dokter Melinda kasih saya
catatan kalau pisang ini pisang jenis tertentu. Artinya, ada pisang yang
kalau dimakan bisa memicu alergi ada yang aman alias enggak apa-apa
kalau saya makan.Saya sih mikirnya kalau pas mau test drive
alergi saya harus beneran apik, ga makan yang aneh-aneh waktu coba-coba
makan pisang jadi biar lebih alert pisang mana yang bikin saya alergi.
Apakah pisang cavendish, pisang klutuk yang suka dipake bahan ngerujak,
pisang ambon, pisang tanduk atau jenis lainnya. Bisa jadi saya harus
dadah-dadah juga dengan pisang molen. Hmmm, oke! Meski enak,
saya juga ga sakau sama pisang molen. Ya, woles, lah.
O,ya hampir lupa.Alergi pisang ini termasuk yang langka, lho. Kasus yang terjadi sangat jarang ditemukan (but it happens to
me).
Susu sapi! sama seperti kopi, ternyata saya ga alergi sama susu
dan produk turunannya. Entah seneng atau woles, nih. Meski sama seperti kopi yang dalam kaidah
diet food combining, susu ini termasuk kategori minuman (atau makan produk
turunannya seperti keju atau yoghurt) rekreasional. Eh tapi dalam buku
food combining yang ditulis oleh Pak Wied Harry Apriadji yoghurt plain
ini termasuk protein pengecualian yang aman dikonsumsi, termasuk
dicampurkan dengan bahan untuk smoothies, pati atau protein hewan
Bingung, ya? Sementara tidak sedikit yang merekomendasikan
menggantikan peran yoghurt untuk tekstur creamy pada smoothies dengan pisang.
Hmmm.... saya masih harus eksperimen buat dua hal ini. Setidaknya
saya masih aman minum susu yang meski saya ga terlalu suka (juga
benci).
|
smoothies sirsak + yoghurt plain ala-ala saya. |
Daging kambing yang enggak saya sukai ternyata ga bikin saya alergi.
Tadinya saya jauhin daging kambing karena saya khawatir memicu
kanker (ibu dan nenek saya pernah terkena kanker dan katanya kambing ini
pemicu kanker). Dokter Melinda senyum aja, "Tuh buktinya kamu enggak
alergi! Lagian belum ada bukti ilmiahnya daging kambing bisa memicu
kanker."
Mungkin lain waktu saya bisa cicipin masakan kambing, kayak pas
kurban nanti, ya? :D
Baca juga fitur terbaru dari smartwatch Samsung Gear 3 buat membantu menjaga kualitas kesehatan
Saya Cuekin
Saya alergi seafood ternyata, termasuk juga ikan tongkol! Tapi ikan salmon,
ikan kakap, tenggiri dan ikan tawar sih ga apa-apa kata dokter. Oke deh, soal
sea food saya bisa cuek dan ga ambil pusing. Dadah cumi dan udang, sea food
yang kadang-kadang saya nikmati :). Paling kalau satu hari jalan-jalan ke
pantai saya harus tahan godaan. Dan reaksi dari pemindai waktu
menguji parameter sea food ini ternyata lumayan kencang.
Selain beberapa parameter yang sudah saya sebutkan di atas, saya
disarankan juga untuk ga mengonsumsi makaann seperti sate atau ikan yang
dibakar. Zat arangnya itu kan mengandung karsiogenik. Kalau bakar-bakaran ikan,
daging yang hangusnya harus dipisahkan atau kalau mau aman
dipanggang aja pake teflon atau microwace, atau kalau mencicipi semacam steak, jangan
yang matang atau meninggalkan jejak arang.Pokoknya jangan, deh. Hayo, yang mau ajak saya barbeque party, atau bakar ikan saya request yang aman buat saya makan, ya.
|
Tau dong steak mana yang aman? Credit:lipstickalley.com |
Alergi pedas yang seperti diperkirakan oleh dokter David sayangnya ga
ada parameternya dengan Bio E. Sempat juga saya tanyakan sama dokter Melinda.
Kalau yang ini katanya saya harus bawa sampel buat dites. Ga semua makanan
pedas bikin alergi. Ada yang alergi sama cengek ijo, tapi aman-aman aja
makan cabe merah atau hijau dan paprika atau kombinasi kemungkinan lainnya.
Saya sih udah curiga alergi makanan pedas, meski belum tau betul makanan
pedas bahan apa yang bikin saya alergi. Soalnya jerawat saya
lumayan banyak menghilang setelah puasa makanan yang pedas. Kabar
baiknya saya bisa coba test drive dalam waktu khusus dan menemukan
makanan pedas apa sih yang aman buat saya. Deuuuh, senang banget ya bisa
cicip-cicip makanan pedas lagi hehehe...
O, ya waktu tes alergi, ada panel yang dilewat yaitu daging babi. Dengan
jilbab yang saya pake, beliau sih udah yakin saya ga akan makan babi, jadi skip
aja.
Banyak
ya, saya alerginya? Tapi dibanding yang
lainnya, ternyata Cuma 14 item aja yang memicu alergi buat saya (itu pun yang pisang masih
opsional, kan?). kecoa yang kalau merayap di kulit bikin geli
ternyata saya ga alergi (hiiy, sumpah
jijay) atau makanan yang mengandung
zat tambahan, pewarna, dan
sebagainya ga papa. Tapi ngapain juga saya makan yang gituan, ya?
Selain patuh sama pantangan (doakan semoga saya bisa, ya :) ) jangan lupa juga utnuk banyak-banyak minum air putih eh bening, ya? :) Untuk menjaga kulit biar ga kering dan terkena dehidrasi. Sebenarnya bisa aja kita makan dikiiit aja dari makanan yang pemicu alergi, asal kondisi kita lagi fit dan tingkatan pemicu alerginya ga tinggi. Ya kalau mau bagus hasilnya bisa total 100% berpantang. Sejauh mana saya bisa konsisten dan teguh untuk apik semoga bisa semaksimal mungkin To be honest, pasti banyak godaan yang melambai :)
Well, yang saya tarik hikmah dari hari ini adalah tua itu pasti, sehat itu pilihan, setidaknya kita sudah berusaha.
Masih
ada yang mau saya ceritain dari hutang saya sebelumnya, which is tentang autoimun (autoimun bukan soal Sklerosis,
vitilgo atau lupus. Diabetes tipe 1 juga termasuk di dalamnya dan entah penyakit apa lagi) yang jadi lingkup cakupan
anti aging juga. Jadi, tentang autoimun dan cerita lainnya saya lanjutin setelah membawa hasil
tes ini dan menunjukkan hasil tes alerginya sama dokter David aja, ya. Semoga hasil diagnosa dari
dokter David engak horor hehehehe... Lagian ini tulisan saya udah panjang
bingits ;)
Bio E
Jakarta:
Jalan Bumi No. 16 Mayestik, Jakarta Selatan 12120
Telp. 021-7253826
Fax 021 7253827
Bandung;
Jalan Kresna no.12Bandung
Buka hari Senin-Jumat
Telp. 022-6004939