Ada banyak hal kenapa saya suka sama siaran pertandingan
Liga Inggris. Meski kadang suka merasa di-PHP-in sama stasiun tv
yang pegang hak siar. Udah ada woro-woro mau nyiarin big match eh
ditungguin malah nayangin sinetron :D
Hahaha... gini deh, kalau ngandelin siaran gratisan dan ga
pasang saluran tv berbayar. Oke, itu mah sekadar
curcol, aja, ya. Dibanding tahun-tahun ke belakang, frekuensi
nonton bola di tv saya menurun drastis. Selain memang ga setiap pekan
jagoan saya , The Reds pertandingannya, disiarin ya
faktor umur juga. Sekarang ini saya berusaha udah tidur sebelum
Cinderella pulang. Bodo dah dia ga bisa masuk, salah sendiri
malah ngelayap *LOL*
Dibanding liga-liga lain, liga Inggris ini yang jam tayangnya lebih friendly. Rata-rata
liga Inggris maen dari petang jam 18.30 WIB dan paling malam
jam 23.00an (katanya sih memang membidik penonton Asia, bener, ga, sih?
CMIIW). Kalau diambil rata-rata beda waktu Indonesia dan Inghris itu 7 jam berarti kalau disiarin jam 19, misalnya, di sana baru jam 12. Bayangin aja kalau maen pas lagi summer di sana.
O,ya saya pernah bilang di postingan lama kalau angel kameranya liga Inggris itu asik banget, enak dilihatnya, ga bikin sepet harus micing-micingin mata. Udah mah setingan bangku di stadion yang ada di Inggris itu keren, banget. Deket ke sisi lapang dan penontonnya tetap santun, ga luber ke pinggir lapang. Iya, perlu waktu lama mendewasakan penonton. Liga Inggris aja mesti melalui tragedi berdarah-darah sebelum tribun penonton diseting seperti ini.
O,ya saya pernah bilang di postingan lama kalau angel kameranya liga Inggris itu asik banget, enak dilihatnya, ga bikin sepet harus micing-micingin mata. Udah mah setingan bangku di stadion yang ada di Inggris itu keren, banget. Deket ke sisi lapang dan penontonnya tetap santun, ga luber ke pinggir lapang. Iya, perlu waktu lama mendewasakan penonton. Liga Inggris aja mesti melalui tragedi berdarah-darah sebelum tribun penonton diseting seperti ini.
Selain memang Inggris bisa meramu liganya jadi industri yang menggiurkan, saya juga suka kejutan dari liga Inggris. Big match seri atau saling mengalahkan udah biasa. Yang seru justru kalau tim papan bawah bisa membalikkan prediksi. Meski kadang suka sebel,
kenapa sih seringnya Liverpool yang dapat kejutan? Saban
ketemu tim medioker kok pas mereka lagi maen
bagus.
Stoke City, misalnya. Bukan cuma merusak pertandingan
terakhirnya Abang Gerrard (haish) dengan mengalahkan Liverpool, tapi juga
menghujani skor yang ga kira-kira, 6-1! Ah terlalu.... Kalau
aja saya jadi Brendan Rodgers mungki bakal bilang, "Tunggu
pembalasan kami!" sambil milin-milinin kumis *Deeeeuh, kayak si Pitung
aja*
Tapi syukurlah, Brendan Rodgers bukan orang yang sesumbar dan
suka war-waran dan lebih milih nyuekin omongan yang bikin kuping
kayak kena hawa serbuk cabe.
Drama transfer musim panas pun terjadi. Sterling, gelandang yang larinya lincah dan sempet bikin saya ngefans itu mulai berulah. Meski ada yang berharap Sterling mau bertahan, ngapain deh maksain yang hatinya udah melayang entah ke mana. Saya ada di kubu yang setuju Sterling dibiarin lepas, cus ke mana aja dia mau.
Drama transfer musim panas pun terjadi. Sterling, gelandang yang larinya lincah dan sempet bikin saya ngefans itu mulai berulah. Meski ada yang berharap Sterling mau bertahan, ngapain deh maksain yang hatinya udah melayang entah ke mana. Saya ada di kubu yang setuju Sterling dibiarin lepas, cus ke mana aja dia mau.
Lalu... pertandingan pertama Liga Inggris pun dimulai. Awal
yang baik selalu jadi booster yang baik ke sananya.Itu yang
saya percayai. Bukan cuma soal bola, tapi soal lainnya juga. Cobain
deh inget-inget apa yang kita rasakan kalau memulai pagi dengan bete atau
ceria. Beda, kan?
Tapi ini bola, Fi....
Yup. Dan trauma dikalahin Stoke City musim kemarin bisa ditepis
Anfield Gank. Berbekal hasil pertandingan pra musim yang
memuaskan, belanja pemain yang menjanjikan (Roberto Firmino, James Milner dan
striker asal Belgia, Christian Benteke) jadi modal Liverpool menatap pertandingan pertama dengan
percaya diri, meski maen di kandang lawan yang mengalahkan
Liverpool musim kemarin dengan skor yang menyebalkan itu.
Babak pertama pertandingan terasa monoton, ga ada serangan
yang tajam dan Stoke City lebih suka numpuk pemainnya di belakang, meski
memang kadang-kadang ada serangan ke sisi pertahanan Liverpool,
tapi tetep aja bikin mata saya makin kriyep-kriyep.
Selebrasi goal Countinho ke gawang Stoke City Credit: bola.com |
Duuuh, Firmino mana, ya?
Akhirnya Rodgers mengeluarkan kartu thrufnya. Meski
cuma sekitar 15 menit aja bermain (Firmino masuk dibabak ke-78 menggantikan
Jordan Ibe), tapi hasilnya nyata, efektif (kayak iklan aja), Liverpool akhirnya
bisa melesakkan satu gol ke gawang Stoke City tanpa balas. Yeay, 3
poin perdana bisa dibawa pulang.
But anyway, the road still long. Masih ada 37 pekan ke depan dan bakal banyak drama-drama seru di dalam dan di luar lapang. Target realistis sih finish di zona Champions, tapi bola itu bundar kan, ya. Bukan persegi, atau trapesium. Ada banyak titik kemungkinan yang terjadi, mudahan Liverpool bisa menjuarai musim ini, asal enggak angin-anginan lainnya. Semoga Firmino bisa cepat beradaptasi dan bermain sebaik Xabi Alonso dulu atau Benteke bisa jadi striker tajam dan produktif kayak Suarez dua musim yang lalu.
0 Comments
Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.