Kalau biasanya beberapa sesi acara di ruang Alamanda, lantai 2 hotel Aston hotel
penuh dengan canda dan timpalan yang kocak
dari temn-teman blogger #sahabatJKN #lawanTB, maka lain ceritanya ketika hari kedua setelah jeda makan siang.
Menghadirkan teman-teman Terjang (terus
berjuang - sebutan untuk para pasien dan mantan pasien TB) membuat suasana di ruangan
agak-agak melow. Meski nara sumber
ke tiga Rehan sempat menyegarkan suasana
dengan celetukan polos dan
lucunya.
![]() |
credit: wikihow |
Dari 7
teman-teman terjang, (5 orang
dewasa, 2 orang anak 3 di antaranya malah
sudah terkena virus HIV) saya mendapat banyak hikmah dan inspirasi. Tadinya
siang itu saya bawa laptop ke ruangan sambil coba-coba curi
waktu buat ‘mengerjakan PR’ tapi ternyata
tidak berhasil. Perhatian saya tersedot
untuk menyimak penuturan dari para
survivor.
Saya lupa lagi dengan nama 4 orang para
teteh-teteh yang berbagi di sesi pertama.
Maaf ya, ga saya sebutin :)
Ini adalah
bagian pertama dari 3 sesi sharing dengan teman-teman Terjang.
Untuk cerita anak-anak yang terkena TB
dan Dehan, relawan rumah cemara yang pernah menderita TB saya ceritakan di posting berikutnya, ya.
Ada di
antara mereka yang diceraikan oleh suaminya, mendapat dukungan dari suami dan keluarga namun harus berpisah dengan anaknya, ada menemukan jalan hidayah menjadi seorang muslimah yang lebih baik (meski
pernah terjerumus pergaulan yang salah, tapi Allah maha baik, memberinya kesempatan memperbaiki diri dan menemukan
cintanya karena masih ada pria yang menerimanya untuk menjadi istrinya. Tuh, kan.... true love itu ada, lho. Love is
not just matter physical attraction), dan
merelakan melepas pekerjaan agar bisa total berobat.
Teteh yang
pertama bercerita ketika dirinya
divonis menderita TB,
malah suaminya yang frustasi dan
menyerah. Ah, saya heran, deh. Yang sakit siapa, yang bosan siapa, ya? Sisi lain saya sebagai seorang perempuan
sebel dan kesel mendengar penuturan karena ternyata sang suami menalaknya.
Sedih? Pasti lah. Tapi keinginannya untuk sembuh lebih besar dan bisa mengalahkan rasa sedihnya. Teteh ini mengabaikan rasa sakit karena perlakuan tidak mengenakan dari
suaminya. Berobat dan kontrol secara rutin, meski harus menenggak obat yang
banyak, membosankan serta harus
menjaga jarak saat
berinteraksi dengan orang lain
dijalaninya dengan sepenuh hati.
Di mana ada
kemauan, di situ ada jalan. Benarlah janji Allah, kalau seseorang bisa mengubah nasibnya kalau mau berusaha. Tidak cukup
dengan doa saja. Kuman-kuman TB dalam
tubuhnya bisa diatasi dan bisa
dilumpuhkan. Tinggal menghitung minggu saja untuk menunggu teteh ini sembuh.
Semangatnya
untuk sembuh terlihat jelas dari
perubahan fisiknya. Sang suami yang dulu
menalaknya ternyata diam-diam memerhatikan perubahan dan menyapanya kembali
untuk rujuk alias balikan. Diterima? “No
way!” jawab teteh ini. Tepuk tangan, senyum dan haru menyambut
cerita teteh ini. Ah, biarkan
saja ya, teh. Acuhkan saja kalau
giliran susah malah ninggalin :)
Survivor kedua yang bercerita pun tak kalah
mengharukan kisahnya. Meski punya suami yang baik dan bersedia
mengantarnya tiap hari berobat
(bayangkan saja, setiap pergi berobat harus menempuh perjalan
30 km pulang pergi dari rumah ke rumah
sakit), Allah mengujinya dengan cobaan
lain. Sempat kecolongan karena hamil. Alhamdulillah bayinya selamat, tapi yang
membuat saya dan teman-teman di dalam
ruangan merinding saat teteh ini sempat terdiam, menahan tangis karena setelah
melahirkan harus rela berpisah dengan bayinya sampai ia dinyatakan sembuh.
Duh, siapa
yang tidak sakit hatinya terpisah dengan
buah hati setelah berbulan-bulan
mengandung lalu harus menunggu lagi sampai dinyatakan sembuh? Demi rasa sayangnya pada buah hati,
teteh ini mengeraskan hati untuk terus menjalani
proses pengobatan. Syukurlah ada suaminya
yang sabar dan setia mendampingi.
Ini kebalikannya dari cerita teteh yang pertama, ya. Meski memang Allah mengujinya dengan
cara lain yang tidak kalah luar biasanya.
Saya mengamini komentar
teman saya, Ayu, yang juga relawan
OHDA. Sakit yang diberikan oleh Allah atau apa pun cobaan lain adalah cara Allah
menyayangi kita untuk menggugurkan dosa, selama kita sabar dengan dan
ikhlas menjalaninya. Semua pasti
mendapat ganjaran dengan ending manis yang tidak pernah kita duga.
Seorang
teman peserta workshop lalu bertanya pada teteh ketiga ketika ia bercerita setelah dinyatakan
terinfeksi virus HIV. Sebenarnya saya pengin nanya soal ini juga, tapi ewuh
pakewuh karena tidak enak hati. Teteh
yang berjilbab ini menjawab dengan tenang, kalau masa lalunya pernah terjerumus pergaulan yang salah sehingga membuatnya
terkena virus HIV.
Tapi sekali lagi,
Allah maha baik. Setiap orang punya
masa lalu. Sudah jelas, kalau
kita tidak akan pernah bisa
memutar waktu dan mengubah
‘timeline’ yang sudah terlanjur tercatat. Tapi setiap orang berhak punya masa depan, berhak untuk
berubah. Allah menjawab kesungguhan teteh ini. Meski belum ada obat yang bisa
menyembuhkan HIV sampai tuntas, penyakit
TB dan HIV memang seperti konspirasi
mengerikan bisa diatasinya. Teteh ini teurs berobat dan hampir sembuh. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, Allah mempertemukannya dengan seorang
laki-laki yang baik dan bisa menerima
masa lalu dan penyakit HIV yang kini merecoki tubuhnya.
Cerita teteh
yang keempat tidak kalah mengharukan
juga. Tanpa tekanan dari pihak kantor,
keinginannya untuk sembuh dan tidak ingin
menulari orang di sekitarnya
membuatnya memutuskan untuk resign untuk berobat secara total. Ada lagi
motivasi lain untuk sembuh karena
keinginannya untuk menikah dan mempunyai
anak. Semoga Allah segera menjawab doanya, ya, teh.
![]() |
credit: Anjari |
40 Comments
Setuju Mba Efi, setiap orang berhak memperoleh dan mengukir masa depannya.
ReplyDeleteTosss dulu ah :)
Deletesetuju teh Efi... sesi yang ini bikin termewek2... hiks hiks...
ReplyDeleteIya Orin, hening banget. Giliran Dehan ngomong baru pecah, itu juga aku sempet loading dulu :) Pengen buru2 cerita tentang Dehan juga, nih. btw hari terakhir dirimu pulang duluan, yaaa. Moga2 anakmu dah sehat, ya.
DeleteTerharu bacanya. Fabiayyialairobbikumatukadziban. Cobaan hidupku ga ada secuilnya dibanding cobaan mereka..
ReplyDeleteIya mbak, saya juga jadi mikir banyak setelah nyimak cerita mereka.
Deleteiya setuju mak... Semoga kita semakin menghargai berkah hidup yang Allah berikan. berkaca pada mereka
ReplyDeleteiya mak, hdup itu anugerah, harus disyukuri dengan cara yang baik termasuk menjaga kesehatan, ya.
Deleteamin2...
ReplyDeletemkasih mbak sharing2nya..
alhamdulilah dapat inspirasi bnyak , Alloh Subhanawata'ala memang maha arrohman dan arrohim, yang membolak balikan hati kita semaunya.barusan baca2 cerita diatas ,saya pemuda yang lagi proses menuju menjadi suami idaman wanita *ea ..sekarang jadi lebih tahu dan sedikit merasakan persaaan seorang wanita seperti apa *cie modus kwkwkw :D
thanks mbak di tunggu teteh lainya ...
salam
sutopo blogger jogja
komentar yang mengandung muatan penuh kode :D Semoga segera nemu ya, mas.
DeleteSemoga teteh2 itu cepat sembuh dan diberi kekuatan berlimpah. Saya jadi bersyukur banget dg kondisi saya, lebih tersemangati untuk hidup lebih baik.
ReplyDeleteTerimakasih sharingnya Teh...
Amiin Ki. Semoga kisah mereka bisa jadi inspirasi buat yang lain, ya.
Deletekisah yg inspiratif. sungguh api semangat hidup yg harus ditiru sebab masa depan adalah milik setiap orang. salam
ReplyDeleteJangan pernah menyerah, bahkan kalau besok kiamat pun kita tetap wajib menanam bibit, ya.
DeleteBagus acaranya euy. Kok gak ada pengumumannya di KEB ya Efi? I wish I could join this event :)
ReplyDeleteBukan hajatnya KEB, teh. I've told you by inbox, right?
DeleteOrang2 pilihan. Kadang sakit dikit aja sudah mengeluh luar biasa, sementara mereka mengakami sakit yang teramat larah tp tak ada keluh kesah yang teucap. Org hebat dan keren.. mkasih sdh berbagi info ini ya mak
ReplyDeleteIya, mereka emang hebat, ya.
Deletesharing dari teman2 terjang ini emang bener2 buka mata banget yah teh, bikin motivasi juga, buat hidup lebih baik :))
ReplyDeleteIya, Ran. Bener banget. ternyata kesedihan dan keluh kesah kita ga ada apa-apanya sama cobaan yang dialami sama mereka.
Deletemendengar/membaca penuturan seperti ini, mau tak mau kita diingatkan untuk selalu bersyukur ya mbak.
ReplyDeleteiya, Mbak. Kita masih lebih beruntung dari mereka, ya.
Deletesedih banget,ditalak ketika sakit....makaish mbak sharingnya^^
ReplyDeleteJujur aja, aku kesel dan gemes sama suaminya teteh itu, mak. Pengen...... ah sudahlah :)
DeleteSuami yang baik pasti menemani istrinya baik suka maupun duka. Beruntunglah pasien yang suaminya setia dan selalu menemani. Tapi kejam banget suami yang meninggalkan istrinya ya teh..
ReplyDeleteIya, kayak suami teteh yang kedua itu, ya. Keren, deh.
Deletesemoga para penderita TB, HIV, dan HIV-TB dapat sembuh dan bisa kembali ke kehidupan normal lagi..
ReplyDeleteAamiin. Iya, Cha. Bener.
DeleteSetuju dengan judul postingan ini :)
ReplyDeletetosss dulu, mbak :)
Deleteyapz, setuju banget mbak efi...
ReplyDeleteYup, tosss juga mbak :)
DeleteTB itu apa, teh efi? Tuberculosis?
ReplyDeleteIya, Lu. TB itu tuberculosis
Deleteselain obat dari dokter, semangat untuk sembuh itu penting banget ya maak
ReplyDeleteIya Mak. Optimisme itu kayak triger
DeleteSemangat dan tekad serta dukungan untuk sembuh, saya rasa adalah obat terbaik yang akan menyembuhkan.
ReplyDeleteBetul banget, Tian. Semangat itu ngaruh ke fisik.
DeleteInspiratif mak....
ReplyDeletebaru tahu kisah2 spt ini
salam
Terimakasih. Seneng kalau bisa menginspirasi.
DeleteSilakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.