Revisi dari FF sebelumnya, banyak alur kacau dan bikin pusing. Semioga yang ini rada mendingan ^_^
“Ayo, cepat,” seru Mbak Nining.
“Ayo, cepat,” seru Mbak Nining.
Aku memperbaiki ikatan
rambutku. Sore ini hawanya lumayan bikin gerah, jadi kupikir sebaiknya jaket
ini kutinggalkan saja, “Sebentar!”
“Jaketmu mana?”
tanyanya mengamati.
Aku mengibaskan tangan,
“Gerah, Mbak!” kataku sambil menyeringai. “Jadi Eko, mau
datang juga, kan?”
“Iya, dia sudah nunggu
di bazaar.”
***
“Mbak mau cari gorengan dulu. Kamu tunggu di sini sama Eko, ya?” ujar Mbak
Nining tersenyum.
“Kamu mau es krim itu?” Eko menunjuk stan paling ramai. Bayangan Mama dan
Papa yang melarangku makan es krim tiba-tiba membenak. Tapi sore ini aku gerah
sekali. Lagi pula, Mama dan Papa tidak akan tahu, Aku mengiyakan.
“Mau rasa apa?”
“Stroberi,” kataku sambil memerhatikan orang-orang yang lalu lalang.
“Baiklah, tunggu di sini.”
Semilir angin sore perlahan mulai sejuk, tidak sepanas
tadi sewaktu aku pergi. Menyesal rasanya ga bawa jaket.
"Ko, rumahmu di mana, sih? Mba Nining ga pernah
jawab kalau aku tanya rumahnya, di mana," aku mulai berceloteh. Penasaran
juga, kenapa Mba Nining tidak pernah membawa Eko menemani kerja di rumahku.
Padahal, sekarang kan sudah libur sekolah.
Eko menyeringai, tampak aneh. Entah kenapa bulu kudukku terasa merinding.
“Kamu akan tahu nanti,” katanya datar.
“Kenapa harus nanti Aku ga akan nyela rumah kamu, kok.," kejarku. Aku
tidak mendengar jawaban Eko berikutnya. Kakiku tersandung batu dan
terjembab. Tiba-tiba aku merasa di sekelilingku gelap, es
krim dan boneka beruangku terlempar entah ke mana.
Saat membuka mata, aku melihat mama dan papa berdiri di sisi ranjang.
Sinar lampu masih terasa silau. “Mbak Nining dan Eko mana?”tanyaku sambil memegang kakiku yang terasa nyeri akibat terjatuh tadi.
Papa dan Mama hanya saling menatap, aku semakin bingung. Mama tidak
menjawab pertanyaanku, hanya membelaiku, “Kamu mau susu hangat?”
“Mau!” aku mengangguk.
Sambil menunggu mama kembali membawakan susu, aku meraih remote, mencari acara tv yang menarik.
Tiba-tiba saja aku tertarik menyimak breaking news di sebuah saluran berita.
“Pemirsa,
setelah tiga minggu melakukan pencarian, akhirnya polisi berhasil menemukan
jenazah Nining beserta anaknya Eko, di sekitar kebun di sebelah selatan
komplek. Diduga kuat mereka adalah korban pembunuhan majikannya yang masih
buron.”
Itu kan, tempat aku tersandung. Aku mengernyitkan dahi, berusaha menyusun
keanehan ini menjadi sebuah cerita. Mama yang baru muncul, tiba-tiba tampak
memucat sambil menunjuk boneka pemberian Eko di sampingku.
“Boneka itu, kenapa mulutnya berdarah? Papa...” Mama menjerit memanggil
Papa. Aku seperti tersengat listrik, buru-buru bangkit dari kasurku, meski
tubuhku masih terasa nyeri. Papa datang bergegas membuang boneka
pemberian Mbak Nining ke luar jendela.
*452 kata*
Jadi ini mimpi atau cenayang?
ReplyDeleteMenurutku bagian "Aku melonjak senang..." (sebelum melompat ke plot berikutnya) gak efektif karena di plot berikutnya juga dijelaskan si Aku baru pindah 2 minggu di komplek baru.
Iya, bikin bingung, ya :) makasih masukannya. Saya coba revisi lagi ceritanya.
Deletemasih bingung di bagian bazarnya...
ReplyDeleteseting bazarnya harus aku ganti, nih :D
DeleteWew, flash fiction. Bagus, Mak, ceritanya. Walo aku juga masih bingung kenapa tiba-tiba ada boneka. Berarti dia udah kenal Mba Nining beberapa hari ya...
ReplyDeleteIya mak. Ceritanya udah 2 minggu kerja di sana. Iya, bonekanya ga aku ceritain di awal, nih.Nanti aku koreksi
Deletejadi si 'aku' ini pingsan 3 minggu?
ReplyDeletetrus di awal gk ada cerita soal boneka, tapi tiba-tiba di belakang, boneka itu yg jadi pelaku, bingung...
Aku gagal menggambarkan seting waktunya, ya :) Pingsannya cuma semalem. Jadi maksudnya setelah seminggu Nining meninggal, Aku dan keluarga pindah rumah dan arwah Nining kerja sebagai pengasuh. Tujuannya membawasi aku ini ke tempat loksi jenazahnya agar diketahui. Dua minggu setelah pindah rumah itulah Nining membawa ke tempat itu. Well, alurnya memang kacau, nih :D
Deleteceritanya bagus banget bu, memang sih ada sedikit yang agak membingungkan tapi oke ko bu
ReplyDeleteiya, banyak minusnya. Nanti saya revisi, ya. Makasih kritiknya :)
Deletebagus sih tapi masih membingungkan
ReplyDeleteterutama soal boneka itu, ya
Deleteiya, tiba2 saja ada cerita boneka padahal di awal belum diceritain
Deletesudah aku revisi ya :)
Deletebagus ceritanya, ditunggu kelanjutannya ya bu
ReplyDeleteSering maen ke sini, ya :)
DeleteKok tau2 ada boneka?
ReplyDeleteIya, ga keceritain sebelumnya. Aku revisi segera, ya :D
Delete1. Di awal tulisan ditulis kalo Eko itu saudara Mbak Nining, kenapa di akhir cerita, pas di breaking news, ditulis Eko itu anaknya?
ReplyDelete2.Kalau tiga minggu pencarian, berarti waktu mbak Nining ngelamar jadi pengasuh dua minggu setelah pindah rumah, sudah berupa hantu?
3. "Itu kan, tempat aku tersandung tadi"...
kalau baca di kolom komentar pingsannya cuma semalem, mungkin kata "tadi" harusnya nggak ada atau diganti "kemarin", biar bisa menguatkan keterangan waktu.
4. nggak ngerti kenapa tiba-tiba muncul boneka, ada darahnya pula. itu darah siapa?
maaf kalo komennya bertubi-tubi ^^
Sudah saya revisi ceritanya, mba :) Iya, alurnya banyak yang kacau. Semoga yang terupdate lebih mendingan :D
ReplyDeleteini dalam rangka apa teh?
ReplyDeleteIni jawab tantangan flash fiction dari grup Monday Fash Fiction, teh. Tiap minggu kita bakkal dikasih satu tema buat dieksekusi jadi cerita.
Delete