Jadi film ini awalnya diangkat dari novel yang judulnya sama, Rumah tanpa Jendela karyanya Asma Nadia. Sebenernya novel ini pun hasil dari perluasan cerita dari judul cerita "Jendela Rara" yang diambil dari kumcer Emak Ingin Naik Haji.
Film ini mengangkat tokoh Rara yang diperankan oleh Dwi Tasya yang bermimpi punya rumah yang berjendela. Rara tinggal bersama Ayahnya Raga (Rafi Ahmad) dan Neneknya (Ingrid Widjarnako) di sebuah perkampungan kumuh bersama para pemulung lainnya. Saat belajar dengan Bu Alya, Rara menceritakan mimpinya untuk memiliki jendela rumah yang disambut dengan tawa teman-temannya.
Rara mulai menemukan jalan meretas mimpinya saat ia mengojekan payung di tempat Aldo (Emir Mahira) les menggambar. Perkenalan Rara dan Aldo berlanjut menjadi persahabatan, apalagi neneknya Aldo, Nek Aisyah (Ati Kanser) yang tinggal bersama Aldo kerap mengundang Rara dan teman-temannya bermain di Rumah.
Kehadiran Nenek Aisyah dan Rara menjadi hiburan tersendiri buat Aldo penderita autis yang kerap ditinggal ayah ibunya yang sibuk. Sebenarnya Aldo punya dua orang kakak Adam dan Andini. Berbeda dari Adam dan pembantu-pembantu di rumahnya, justru Dini merasa malu dengan keberadaan Aldo hingga saat pesta ulang tahunnya Andini berusaha menyembunyikan keberadaan Aldo dari Rio teman sekolah Andini yang ditaksirnya.
Nah, di lain pihak, Nek Aisyah yang 'gaul' itu punya agenda tersendiri untuk memberi kejutan buat Andini. Saat Adam tampil bersama band-nya Nek Aisyah mengajak Aldo, Rara dan teman-temannya jadi penari latar Adam. Andini menjadi kesal dibuatnya, malu karna merasa Rio sudah mengetahui keadaan Aldo, Andini mulai menjauh dari Rio.
Rio yang berusaha mencari jawaban atas sikap aneh Andini malah menemukan Aldo dan ngobrol akrab dengan Aldo. Semakin sebal lah Andini dibuatnya. Tidak tahan dengan kekesalan Andini yang tetap merasa malu, Aldo kabur dari rumah dengan Rara. Saat Aldo hilang Andini baru mengetahui kalau ternyata Rio mempunyai saudara kembar, Roy yang juga mempunyai kelainan. Roy sudah meninggal karna penyakit yanng dideritanya.
"Justru karna ketidaksempurnaannya Rio itu yang membuat dia sempurna. Kadang saya dibuat iri karnanya," papar Rio saat menceritakan saudaranya itu.
Andini menangis dibuatnya, Mama Aldo yang juga terkesan cuek juga dibuat panik saat Aldo hilang. Dalam pelariannya, Aldo menemukan ketulusan Rara sebagai teman. "Terima kasih sudah mau menjadi teman Aldo" kata Aldo saat Rara menjawab pertanyaan Aldo. Bersama Rara pula Aldo merasakan pengalaman pertama mencicipi keringatnya sendiri.
Ada banyak pesan moral yang hadir lewat rangkaian dialog dalam film ini. Nek Aisyah yang lembut, dermawan tapi gaul. Adam kakak yang sayang dengan Aldo, Alya guru muda yang ikhlas mendidik anak-anak jalanan dengan bayaran kecil, Pak Syahri yang tenang dan tentu saja Aldo yang dengan keterbatasannya itu punya hati yang lembut dan peka.
Kalau di kota teman-teman tidak ada bioskop, mungkin bisa mencari VCD/DVDnya. SIlahkan lihat thriller dan video OSTnya di bawah ini.
O, ya jangan lupa ya siapkan tissue saat menonton film ini, karna ga perlu waktu lama untuk membuat muara sungai mengalir dari mata kita.
2 Comments
assalamu'alaikum
ReplyDeletesmoga aja film spt ini tambah banyak yaahh..
numpang komen fi..
iya, aamiin... film inspiratif seperti ini harus mengalahkan film2 horror.
ReplyDeleteSilakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.