Tuesday 30 September 2008

Hujan

Biasanya menjelang ramadhan berlalu (hiks) rinai hujan selalu datang menyapa. Aroma bau tanahnya yang khas bikin kangen. Tapi udah berapa hari ini yang terasa malah panasnya terik matahari. Kalaupun hujan, cuma sebentar saja.
Tadinya aku pikir Ramadhan kali ini bakal berakhir dengan cuaca yang gerah. Ga ekstrim sih, tapi lumayan panas juga. Dari runing teks di tv ternyata (katanya) badai di Filipina punya kontribusi naiknya suhu di Indonesia.
Lah, kena kiriman hawanya aja udah panas kayak gini, apalagi hari akhirat nanti ya? Padahal saat itu nanti jarak matahari cuma sejengkal di atas kepala. Hiiy...serem. Cuma amal-amal terbaik kita yang bakal jadi penyejuk di akherat nanti. Amin ya Allah.
Nyaris aja hari ini berlalu dengan sedikit keputusasaan. Meski secara periodik mestinya udah hujan. Tapi ternyata hujan yang turun cuma sebentar ditambah lagi air sumur yang mulai surut.. Sampai Asar menjelang air belum juga keluar, ketebak ga ekses minimnya?hehehe aku belum mandi, setelah akhirnya kita beli air sampai 2 roda. Wah, nyess.. Seger tenan bisa mandi.
Nah, menjelang maghrib, Allah menunjukkan kebesarannya. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar! Akhirnya hujan turun juga. Hilang deh panas gerahnya, plus permukaan air sumur kembali naik dan kran bisa mengalirkan lagi airnya, Alhamdulillah. Thank you Allah..
Share:

Saturday 27 September 2008

Thursday 25 September 2008

THR = Gaji ke - 13

Dari Milis Iqra:

Thr jadi kata yang akrab bahkan mungkin paling ditunggu bagi setiap karyawan. Tapi pernah terpikir ga kalau ternyata THR itu adalah gaji ke 13, so emang udah jadi hak para karyawan.
Sebagai ilustrasi, anggap saji gaji kita dalam satu bulan adalah 5 juta (amin:-)). Jadi setiap minggunya gaji yang kita dapat sebesar 1,25 juta (5 juta dibagi 4= 1,25 juta). Dalam setahun ada 52 minggu. Kalikan 1,25 juta dengan 52 minggu. Hasilnya 65 juta. Gaji 1 bulan sebesar 5 juta X 12 bulan = 60 juta. Nah ada selisih 5 juta, inilah gaji ke 13 alias THR kita. Coba hitung berapa gaji dan thr teman-teman. Sama ga?
Share:

Sunday 21 September 2008

Kerinduan dan Harapan

Tragedi zakat Pasuruan beberapa waktu lalu kembali mengusikku. Aku jadi tersenyum kecut membaca sebuah sentilan, "betul, orang miskin jadi berkurang, contoh paling gampang ya itu, tragedi Pasuruan kemaren. Paling ga, 21 orang miskin di sana udah berkurang."
Ironis, sentimen atau apa pun itu rasanya bikin miris aja. Sama halnya saat bulan Ramadhan kali ini. Rasanya ada banyak orang yang terang-terangan show off menunjukan ketidak puasaannya. Entah karena alasan apa, termasuk ketika aku menyaksikan beberapa orang abang tukang becak yang aku lihat juga cuek aja menghisap rokok padahal adzan maghrib belum berkumandang.
Rasa iba sepertinya menguap, satu sudut hatiku mengeluh, "udah susah cari uang, dibakar eh ga puasa pula." Lantas satu sisi lain menyambung. "Barang kali ilmunya belum nyampe, mungkin mereka justru lebih banyak berpuasa saat kebanyakan kita asik menikmati makanan di hari biasa. Atau mungkin kalau berpuasa mereka ga punya tenaga untuk mengayuh becak."
Miris ya rasanya. Saat kita merasa sedih harapan dan asa kita tersendat ternyata masih banyak orang yang jauh lebih malang dari kita. Seperti juga sore tadi menjelang isya seorang kakek tua menggelar karung beras untuk alas jualannya, buah kuni, mirip kersen tapi lebih kecil dan masam rasanya. Sekilas seperti jualan ala kadarnya, rasanya seperti bocah kecil yang sedang bermain pasar-pasaran. Beberapa jam berlalu saat aku pulang melewatinya, kakek penjual kersen tadi masih asik berkutat di tengah jualannya. Tidak jauh darinya ternyata dia ditemani seorang bocah kecil, mungkin cucunya. Kasihan sekali. Sesekali kelopak matanya mengerjap, menahan kantuk. Sementara si kakek tadi tampak bersemangat saat aku menghampirinya, ada sedikit gurat ceria di wajahnya. Sambil menunggunya mencari kantung plastik aku sempat memperhatikan,sepertinya tidak banyak yang membeli jualannya. Gundukan buah kuni yang masih banyak, bahkan ketika ia menukarkan uang pada seorang penjual rokok seolah menunjukkan ia tidak punya banyak uang untuk membayar uang kembalian. "Udah jarang yang jual buah ini neng. Rasanya segar lho,"seloroh kakek tua itu seperti berpromosi. Duh, kasihan sekali.
Sejenak aku melamun dalam sisa langkahku menuju rumah. Bocah kecil itu. Ya, disaat malam seperti ini mungkin anak-anak seusianya tengah menderas quran, beritikaf, sudah tertidur lelap, atau menonton tv, atau barangkali baru saja pulang usai belanja lebaran. Ramadhan tidak kurang dari sepertiga di penghujungnya. Mungkin bagi bocah sepertinya tidak terpikirkan keceriaan di masa usianya. Entahlah, apakah cukup penjualan malam itu untuk makan sahur besok atau sekedar menghangatkan tubuhnya ditengah dekapan malam yang dingin.
Sedih sekali. Rasanya semua keinginan-keinginanku tidak ada artinya saat masih banyak yang jauh lebih malang dariku.
Dan kerinduanku terbit kembali. Aku merindukan seorang pemimpin yang adil, pemimpin yang menyayangi rakyatnya seperti khalifah Umar bin Abdul Azis ketika ia memimpin. Begitu takut akan beban amanahnya, betapa sulitnya seorang muzaki pada masanya mencari mereka yang layak mendapat zakat dan sedekah. Bahkan betapa rindunya aku pada seorang pemimpin besar Rasulullah SAW yang rela tidur beralas pelepah daun kurma. Baginda begitu bersahajanya, bahkan seorang pengemis yahudi yang buta yang selalu menyerapahinya pun tetap ia suapi dengan lembutnya tanpa dendam...
Semoga saja di negeri ini belum kehilangan khalifah Umar bin Abdul Azis lainnya, hartawan yang dermawan seperti sahabat-sahabat Rasul lainnya. Semoga bukan hanya Bangladesh yang mempunyai manusia seperti Muhammad Yunus.
Ya Allah, jangan biarkan kemiskinan dan kepapaan menjauhkan kami dariMu. Ya Allah, jangan biarkan kami jadi hamba yang kufur akan nikmatMu. Ampuni kami jika kami tersalah, jangan hukum kami dengan azabMu karena kelalaian kami. Sayangilah kami ya Rabb. Jauhkan negeri kami dari kehancuran. Lindungi kami dari mereka yang ingin menyeret dan menggelincirkan kami...
Share:

Monday 8 September 2008

Unpaid Owe

Sabtu kemaren aku pergi nengok Eni - teman kerjaku di dealer, sebelum aku pindah bekerja di sekolah - yang baru saja melahirkan. Wow, bukan cuma sekedar nengok aja tapi juga sekalian ketemu dengan teman-teman yang lain. Isn't it nice huh?
Well, Naila, kalo ga salah nama bocah mungil yang baru menatap dunia itu. Nai lahir setelah Eni melalui sebuah perjuangan berat. Karena suatu hal, Eni harus menjalani operasi cesar.
Disinilah nyawa seorang ibu dipertaruhkan. Tidak hanya dibebani kandungan selama sembilan bulan saja, tapi juga setelah melalui operasi cesar Eni harus merasakan sakitnya proses penjahitan perutnya tanpa bius sebelumnya.
Beberapa diantara kami mendengar cerita Eni dengan mimik muka meringis.
"Kok ga dibius Ni? Ga sakit emang?"
"Heeh sakit. Saking hebatnya tanganku memukul dokter yang menjahit perutku,"tukasnya sambil menjelaskan kenapa ia ga mendapat bius lokal. Bukan cuma itu saja, Eni juga tidak leluasa bergerak mulai dari ga nyaman berjongkok, sempat terjatuh pingsan pasca operasi hingga tidak bisa mandi selama beberapa waktu ke depan karena terhalang luka operasinya. Syukur Alhamdulillah Eni punya keluarga yang selalu siap membantunya.
Subhanallah, disitu lah mulianya Seorang Ibu hingga Rasulullah SAW mengatakan seorang ibu mendapat posisi teristimewa, tiga kali lipat dari Ayah. Keleluasan memilih pintu surga, dan previllage lainnya. Adakah yang bisa membayar pengorbanan seorang ibu meski semua kulit tubuh kita terkelupas, atau seluruh jagat dipersembahkan?
Share:

Thursday 4 September 2008

Menjaga Hati

Hari ini hari ke empat shaum, hari pertama masuk sekolah lagi setelah libur 3 hari. Nanggung banget, kenapa ga bablasin aja jadi seminggu ya?heu3 dasar males, ga produktif!
Hari ini banyak banget guru-guru yang minta tolong aku buat ngetikin RPP. Setelah sebelumnya ada beberapa pekerjaan yang masih gantung, plus beberapa intermezzo tadi, jadilah komposisi unik buat ngaduk hati jadi suntuk, sebel, kesel dan sebagainya.
Disela-sela suasana hati yang ga jelas itu, aku berusaha nahan emosi, tapi ga urung juga mulut manyun nan dowerku muncul lagi. Huah, jelek bener dah! Untungnya masih ada layar monitor. Setidaknya tampak kusut siang tadi tercover layar.
Yaa, cacat deh amalan shaumku hari ini. Astagfirullah... Payah bener aku ya?
PR gede ni buatku menjaga hati biar ga gampang suntuk. Doain yaa
Share: