Monday 2 October 2023

Patah Hati Sekaligus Bangga Sama Liverpool

 Apa itu artinya patah hati? 

Kalau googling bakal nemu banyak penjelasannya. Bahkan ada penjelasannya secara medis yang bikin ngeri. 

Tapi saya bukan mau bahas soal patah hati karena cowok. Tapi karena kekalahan tim kesayangan saya, Liverpool, muehehehe. Well, kalah dalam pertandingan adalah hal yang wajar. Sangat wajar bahkan kalau itu bikin  sedih dan kecewa. Dan sepertinya akhir pekan kemarin, The Kop sedunia kompakan untuk merasakan patah hati.

Biasanya kalau tim kalah, para fans akan menumpahkan kekesalan pada pemainnya yang bermain under form. Tidak sesuai ekspektasi. Beberapa nama yang sering jadi bulan-bulanan kekesalan sudah hengkang atau yang masih stay, pada pekan kemarin lagi ga main.

Pas aya lihat starting XI lawan Tottenham Hotspurs kemarin saya sebelnya bukan main lihat Curtis Jones. Meski di beberapa pertandingan dia ga jelek amat mainnya kok. Cuma seringnya dia ini menjelma jadi invisible man, ga kelihatan perannya. Ya mending ganti sama pemain lain, kan? 

Dengan skema 4-3-3 yang diadopsi Liverpool, saya lebih suka di tengah itu diisi Szoboszlai dan Alexixs Mac Allister sebaga gelandang sayap. Tengahnya Endo Wataru atau Ryan. Kalau mau pasang anak akademi ya Bajcetic boleh lah. Yang terjadi kemudian adalah Macca Digeser ke tengah berperan sebagai Defensive Mid Fieldet alias gelandang bertahan dan Curtis Jones di sayap kiri yang membantu serangan.

Untuk posisi lain saya ga ada masalah. Gomez dan Matip yang kerap diprotes atau dibully fans dalam beberapa pertandingan terakhir bermain baik, persaingan di lini belakang emang lagi bagus-bagusnya.

Lalu terjadilah sebuah insiden di mana Curtis Jones kena espuso alias kartu merah. Jujur saya pengen ngomelin dia. Tapi mengingat beberapa pertandingan lainnya saat down to ten men alias cuma bermain dengan sepuluh orang Liverpool malah bisa comeback, ya udahlah. Meskipun Son Heung Min lagi on fire, secara teknis permainan Tottenham masih bisa diimbangi. Paling saya sebel saja sama Udogie dan  yang doyan jatuh tanpa alasan yang jelas. Selain itu yang saya kasih high light bermain bagus dari Tottenham adalah James Maddison dan kipernya, Vicario.

Pas Liverpool ketinggalan dan bisa mengejar kedudukan jadi 1-1 harapan untuk comeback seperti match lainnya masih ada. Bisa sih harusnya kalau lihat pertandingan kemarin.  Tapi kemudian pola come backnya Liverpool harus berakhir pas Diogo Jota kena akumulasi kartu kuning kedua yang membuatnya harus keluar pertandingan di menit 69.

Yang luar biasa dan bikin bangga fans adalah meskipun turun jadi main dengan 9 orang pemain, Tottenham masih kepayahan untuk menggedor pertahanan Liverpool. Skor masih 1-1 setelah sebelumnya Claudio Gakpo berhasil menyamakan skor di menit 45+4 (additional time babak kesatu).

Soal pemain-pemain Tottenham yang doyan jatuh bisa saya abaikan andai saja Simon Hooper wasit yang memimpin pertandingan hari itu bisa ebrtindak tegas. Keputusannya banyak yang bikin kesel apalagi belakangan dari PGMOL (professional game match official limited) atau badan yang bertanggungjawab dengan perwasitan di liga profesional Inggris mengakui kalau gol Luis Diaz yang dianulir ternyata sah.

Rasanya pengen hih...!

Ya tapi gimana, dong? Ga mungkin pertandingan diulang atau misalnya skor berubah jadi 1-1.  Liverpool harus mengakui kekalahannya setelah Joel Matip membuat own goal di menit 90+6. Hiks nyesek. saya bisa merasakan sedih dan patah hatinya Joel Matip waktu tau bola yang akan dihalaunya malah masuk ke gawang sendiri.

Biasanya Alisson bakal ngomel-ngomelin temen-temennya kalau sudah terjadi kemelut di depan gawang yang membahayakan. Tapi yang terjadi malam itu, Ali membantu Matip untuk bangkit dan menghiburnya. So heart warming. Mungkin yang ga melihat pertandingan malam itu bakal kesel dan ngomelin Matip kenapa bisa seceroboh itu? 

FYI, di match ketujuh kemarin yang dimainkan di kandangnya Tottenham, Matip bermain sangat cemerlang. Mungkin kalau dia tidak bermain sangat bagus, Liverpool bisa kemasukan lebih banyak gol dan menelan kekalahan dengan skor yang lebih telak.

Kalau bisanya kita mengenal seri rasa kalah, malam kemarin saya merasa kalah rasa menang. Bayangin aja, ketika harus turun dengan 9 pemain. Jurgen Klopp memutuskan untuk menarik semua penyerangnya. Minus Gakpo yang cedera dan Jota yang kena kartu merah, Klopp juga menarik Salah serta Luis Diaz. Ibou, Endo Ryan dan Alexandor Arnold masuk untuk menjaga pertahanan. Jadi parkir bus emang hahahaha. 

Saya sempat berharap di antara mereka yang baru masuk ada Nunez yang dijadikan target man buat menambah gol. Praktis dengan memasang 5 bek dan 3 gelandang, Liverpool sepertinya mencoba realistis untuk mempertahankan kedudukan seri, sebelum terjadinya tragedi own goal itu tadi.

Sementara ini posisi Liverpool di klasemen turun ke peringkat 4 jadi di bawah Arsenal dengan selisih 1 poin saja. Kabar baiknya, masih tertinggal 2 poin dengan pemuncak klasemen, Manchester City yang kebetulan juga kalah di pekan ketujuh kemarin.

Meski kalah, saya ga ragu untuk menyebutkan pertandingan kemarin bikin saya bangga sama pasukan Si Merah ini. Mereka sangat heroik dan yang bikin makin meleleh adalah kekompakan mereka untuk saling menguatkan, ga ada yang dijadikan scape goat alias kambing hitam.





Share:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.