Monday 23 November 2020

Sejarah Arsitektur Art Deco Kebanggaan Kota Bandung

Ngomongin sejarah Bandung tempo dulu selalu menarik perhatian saya. Waktu SMP, koran Pikiran Rakyat terbitan hari minggu itu adalah edisi yang paling saya tunggu. Ada artikel yang ditulis oleh almarhum Haryoto Kunto yang belakang saya baru  tahui beliau ini adalah salah satu pakarnya sejarah Bandung. 

sejarah arsitektur bandung tempo dulu

Kesempatan itu datang lagi ketika The Lodge Foundation menyelenggarakan seminar mini tentang  Sejarah Tata Kota dan Arsitektur Bandung. Seminar ini bertempat di Herbal House by The Lodge yang juga bagian dari grup perusahaan The Lodge milik Heni Smith.


Pagi itu, minggu tanggal 8 November 2020 saya memasuki  gedung Herbal House by The Lodge yang arsitekturnya masih kental dengan gaya Art Deco, khas  assitektur zaman Belanda. 

sejarah arsitektur art deco di bandung
dokumen pribadi

Suasana vintage dengan interior luar dan dalamnya serasa membuat saya  memencet tombol mesin waktu. Jalan-jalan ke Bandung tempo dulu. Waas kata orang Sunda mah. Semacam perasaan takjub, seneng, bahagia dan haru yang campur aduk.  Kurang lebih begitu.

Hari itu ada Ir Bernardus Djonoputro dan Pak Jefri dari IAI Chapter Jabar yang jadi narasumber seminarnya. Dengan protocol kesehatan yang diterapkan, acara ini membuat peserta asik menikmati paparan hari itu selama kurang lebih 2 jam.

sejarah arsitektur art deco di bandung

Dulu saya termasuk yang berpikir gedung-gedung antik dengan arsitektur art deco itu ya peninggalan Belanda. Ada kesan muram, horor dan kepedihan yang tertinggal di sana, mengingat sejarah penjajahan Belanda selama ratusan tahun.  

Cikal  Bandung Tempo Dulu

Tapi ternyata arsitektur Art Deco ini mempunyai makna perjalanan peradaban modern yang dituangkan dalam bentuk visual. Para pemikir dan perancang gedung-gedung pada masa itu punya pemikiriran berbeda.

Dalam paparannya hari itu,  Ir Bernardus cerita dulunya penduduk Bandung masih sedikit sekali. Saat didirikan pada tahun 1864 populasinya hanya 11.054 orang saja.  Komposisi pun sangat dominan dengan penduduk lokal di mana 11.000 orang terdiri dari orang Sunda, 6 orang Belanda, 15 orang Cina dan 30  orang Arab. 

Kelihatan banget ya, cikal bakal Bandung ini terbentuk dari dari kumpulan ekspatriat dan lokal. Perlahan-lahan populasinya berkembang pesat jadi 47.000 orang pada tahun 1900, lalu jadi 166.000 pada tahun 1930 dan sampai sekarang jadi 3 juta pada tahun 2020. Ledakan populasinya gede banget banget. Coba itung berapa persentase kenaikannya?

Tahun 1930an jadi titik balik perjalanan arsitektur kota-kota di dunia termasuk Bandung yang pada saat itu pernah diproyeksikan jadi ibukota oleh pemerintah Belanda.  Ada yang inget dengan sejarah ini? Saya ga inget, dan bersyukur diingatkan lagi karena hadir di acara ini. Atau malah mungkin saya baru tau hari itu lho.

Titik balik ini yang menarik, karena menjadikan Bandung menjadi begitu istimewa. Konsep astitektur Art Deco yang identik dengan arsitektur gaya Belanda ini ternyata cuma ada di 3 kota dunia saja lho. Selain Bandung, ada Napier di New Zealand dan Miami, Florida Amerika Serikat.

gaya art deco di napier new zealand
gaya art deco di Napier gaya Art Deco di Napier, New Zealand. Source https://www.smithsonianmag.com/

Bentuk Perlawanan Pada Konsep Kolonial dan Feodal

Saat Bandung dalam rencana dijadikan ibukota tidak lepas dari semangat untuk persamaan  status manusia, berlawanan dalam konsep feodal di mana hubungan sesama manusia seperti raja dan rakyat.  Pengaruh revolusi Perancis pada 1799 juga jadi salah satu hal yang berpengaruh. 

Masih ingat kan, saat itu sistem pemerintahan di Perancis berubah dari yang menganut monarki kerajaan jadi republik?

Konsep perlawanan terhadap penindasan sesama manusia ini dibongkar yang divisualkan dalam konsep Art Deco.Salah satu pemikirnya Charles Prosper Wolff Schoemaker. Karyanya  bisa kita lihat adalah  Vila Isola  yang terletak di kampus UPI Jalan Setiabudhi, Bandung.

vila isola upi
Vila Isola di UPI. Source: historia.id

Pada  saat itu, gaya arsitektur  kolonial identik dengan gaya  segitiga pediment (beberapa peninggalan yang juga ada di Indonesia misalnya White House di Amerika atau  museum Fatahillah di Jakarta atau di semarang (saya lupa apa nama gedungnya).

segitiga pediment museum fatahillah
Museum Fatahillah - Jakarta. Sumber:nativeindonesia.com


Konsep segitiga pediment yang mencerminkan feodalisme ini ditolak oleh para dosen-dosen di jurusan teknik sipil dan arsitektur di Bandung.  Pemikiran ini juga turut memengaruhi pandangan politik Ir Soekarno yang juga mahasiswa di
Technische Hoogeschool atau sekarang di kenal ITB.

Huaaa ternyata  urusan desain gedung juga punya makna filosofi yang dalam ya.  Jadi ga heran kalau Presiden Soekarno juga sangat  vokal menyerukan persamaan kedudukan bangsa-bangsa di dunia.  Saya makin betah menyimak sejarah Bandung dengan arsitekturnya pada saat itu. Perut yang terasa lapar karena udah masuk waktunya makan siang masih bisa diganjal dengan cemilan yang tersedia. 

Konsep Gedung-gedung Bergaya Art Deco 

Art Deco ditandai sebagai bangunan  yang tidak menekan, tidak menakutkan. Malah gemes, lucu, menarik  dengan bentuk-bentuk geometris, bulat dimainkan dengan komposisi yang vital, kadang diulang-ulang. 

Makna perlawanan Art Deco terhadap sistem feodal dan kolonial ini memprotes  konsep gedung-gedung pada masa lalu di mana  rakyat yang masuk ke dalam harus membungkuk. Di sini rakyat dikondisikan dalam mitos melihat raja dalam posisi seperti kodok. Dengan desain Art Deco saat  itu, rakyat dikondisikan menjadi sebuah sistem,  memiliki kedudukan yang sama dalam hubungan manusia. sebagai sesame khalifah yang menguasai alam.

Baca juga: Monolog 3 Wanodja Soenda

Pada tahun 1910an, gedung-gedung di Bandung masih dominan dengan gedung-gedung  instalasi militer, terkesan militeristik, berupa benteng yang memberi kesan represif. Contoh gedung yang masih bisa kita saksikan sampai sekarang ada di jalan Gudang Utara, Jalan Gudang Selatan, dan Makodam.

gedung art deco majestic bandung
Gedung Majestic di jalan Braga. Sumber: liputan6.com

Selain Vila Isola ada  bekas gedung Bioskop Majestic di Jalan Braga,  Hotel  Preanger,  Gedung Rumentang Siang atau Gedung Sate di Jalan Diponegoro yang saat ini jadi kantor Gubernur Propinsi Jawa Barat. 

Gedung Sate mempunyai  kombinasi konsep modern dan memadukannya dengan konsep  lokal  tradisional. Puncaknya berupa tusuk sate juga punya latar belakang yang menarik. Kalau yang satu ini silakan cri sendiri ya referensinya. 

Konsep Art Deco ini punya tema macam-macam lho. Tidak terpaku sama satu gaya saja. Selain gaya sub marine di Vila Isola, ada  juga yang desainnya seperti ekor pesawat,  lokomotif kereta api atau Gedung Rumentang Siang yang tampilannya seperti kapal Kargo.

Gedung Rumetneang Siang di jalan Baranang Siang. Sumber: liputan6.com

Kalau di Bandung para desainer Art Deco punya gagasan seperti yang saya bilang di atas, lain halnya di Miami, Amerika Serikat yang identik dengan
  Flamingo atau Napier di New Zealand yang mengangkat konsep sakral suku Mauri sebagai penduduk asli di sana. Gaya arsitektunya divisualkan lewat detil-detil  tradisional  dalam seni modern.

gaya art deco di miami florida

Pernah Direncanakan jadi Ibukota

Sekitar tahun 1918 pemerintah hindia Belanda pernah merencanakan untuk memindahkan ibu kota Hindia Belanda. Kebijakan besar ini bukan saja penting bagi pemerintah belanda. Tapi juga jadi  fenomena dunia. Konsep Bandung yang dirancang sebagai kota layak huni sempat  dibawa ke Pameran Ciam di Athena. 

Desain awal Bandung adalah sinergi dari kerjasama berbagai elemen kerjasama yang berpengaruh yang melibatkan pemerintah dan masyarakat (para pemilik tanah besar di Bandung). Pada tahun Tahun 1930 ada gerakan masyarakat yang dikomandani ekspatriat dan para menak (bangsawan)  untuk mempromosikan Bandung yang liveable/cantik.

Bandung yang sudah direncanakan sebagai bagian dari global konten mestinya jadi kebanggaan kita semua. Sayangnya kepedulian dengan warisan legendaris dunia ini mulai terkikis. Rasanya patah hati pas saya denger cerita interior gedung-gedung di jalan Braga sudah mengalami perubahan.  Selama ini sebagian besar gedung-gedung yang buat saya berasa kayak di Eropa (padahal belum pernah ke sana hahaha) cuma nampak dari luarnya saja. 

Art Deco dan Milenial

Padahal nih menurut  para narsum juga Heni Smith yang urun berkomentar, para  generasi milineal sekarang punya peran besar untuk mempertahankan konservasi gedung-gedung Art Deco di Bandung ini agar tidak sampai punah.

Perlu banget adanya perhatian dari para pemilik bisnis sekarang agar mempertahankan nilai sejarah juga selaras dengan meningkatkan  nilai bisnis. Nilai gedung ini akan tinggi tinggi kalau nilai layak huninya lebih baik sehingga keberlangsungan konservasi gedung bersejarah itu bisa terus berlangsung. PR terbesarnya diperlukan modal  yang tinggi untuk melakukannya.  


Masih menurut Bu Heni, pihak pemerintah akan mengikuti kalau ada valuenya. Lalu tercetuslah ide untuk membuat eksibisi di Bandung dengan mengundang tim Art Deco dari Miami dan New Zeland. Kesannya simple tapi efeknya bakal dahsyat.  Begitu menurut beliau. Huaaa… Saya pengen nyaksiin juga kalau sampai digelar. Beneran saya doain semoga terrealisasikan. Aaamiin.

Di sesi lain, Ir Bernadus bercerita pengalamannya ketika mulai mengumpulkan dok umentasi gedung-gedung bersejarah di Bandung. Aktivitasnya dimulai pada tahun 1990an dengan menggunakan kamera  klasik. Aktivitasnya menghasilkan 2 koper berisi  gulungan klise yang harus diafdruk dulu lalu dicetak dan dipilih kembali mana yang pas. Beda banget dengan fasilitas kamera jaman sekarang yang sekali jepret langsung jadi. Ga puas dengan hasilnya ya tinggal ulang.

Suka duka yang dialaminya buka hanya harus jungkir balik sampai ‘ngadapang’ alias tengkurap di tanah untuk mendapat angle foto yang pas atau naik turun pohon. Beliau juga sempat kena tampar tentara yang tidak berkenan melihat aktivitasnya itu.

Kami yang hadir dibuat ngakak ketika beliau mengenang  saat menyusuri jalan di Dago, bisa sampai lepas satu tangan buat menyapa teman-teman yang  berpapasan.

Many thanks buat dedikasi dan perhatiannya buat Bandung ya, Pak.  Bandung di jaman dulu kayaknya jauh lebih romantis dari visualnya zaman Dilan saat tepian Bandung masih banyak dipenuhi pohon-pohon di sepanjang jalan dan udaranya yang sejuk.

Selesai acara saya sempat meliaht-melihat galeri foto gedung-gedung di Bandung pada tempo dulu juga beberapa barang peninggalan antik lainnya. Seru, bikin betah dan lupa waktu :)

sejarah arsitektur art deco di bandung

sejarah arsitektur art deco di bandung

sejarah arsitektur art deco di bandung

Andai ada mesin waktu, saya pengen lihat Bandung di tahun 1920-1940  yang konon mempunyai arsitek terbaiknya mulai dari infrastruktur sampai estetisnya.

Terimasih Herbal by The Lodge sudah menghadirkan acara keren ini. Semoga warisan sejarah arsitektur Bandung tetap lestari. 



Share:

29 comments:

  1. enak banget ya mbak, ada acara gitu dikota mbak. keliling kota menikmati sejarah

    ReplyDelete
  2. Seneng lihat bangunan-bangunan kuno begitu, deh. 150 tahun lalu orangnya 99 persen lebih orang Sunda ya wkwk

    ReplyDelete
  3. Salah satu bangunannya dekat rumah saya ini Teh. Arsitektur Art Deco memiliki ciri khas berkesan kokoh, simple tapi cantik

    ReplyDelete
  4. Paling suka dari gedung buatan Belanda itu adalah selain dari gaya arsitekturnya yang klasik juga kekuatannya yang memang tidak diragukan lagi. Kontruksi dan bahan bahan materialnya memang mantaps nih...

    ReplyDelete
  5. Saya juga paling suka baca Pikiran Rakyat yang ngebahas Bandung tempo doeloe
    Dan sampai sekarang masih penasaran dengan rumah rumah di sepanjang jalan Asia Afrika, termasuk yang bersebelahan dengan Masjid Agung

    ReplyDelete
  6. wah ada villa isola , upi tempat aku kuliah. memang bangunan belanda jaman dulu memang selalu indah

    ReplyDelete
  7. Ternyata setiap bangunan memiliki kisah yang mendalam tersendiri yaa, teh...dan ini bukti Pemerintahan zaman dulu juga bisa "berbicara" dari bentuk bangunannya.
    Aah...dalam sekali makna dari sebuah Art Deco.

    ReplyDelete
  8. Paling suka itu bangunan art deco di kawasan braga asia afrika deh

    ReplyDelete
  9. Baru tahu tentang sejarah arsitektur gaya art Deco di Bandung. Dalem banget ternyata maknanya. Aku jg sempat dikasih tahu soal sejarah tata kota Bandung yg dulunya mau dijadikan ibu kota. Kagum banget sama perencanaan tata kota dan bangunannya, gak asal gitu kayak jaman sekarang, kesannya pembangunan di kota2 tuh kurang merhatiin lingkungan.

    ReplyDelete
  10. Teh, aku kira review apartment art deco haha. Ternyata art deco tuh nama konsep bangunannya ya. Nambah pengetahuan nih aku jadi ngeuh kalau bangunan bentuk bulat gitu ciri khasnya art deco.

    ReplyDelete
  11. woow, bacanya kek kembali ke pelajaran sejarah dan luar biasa ini bU Heni selalu suka dan menampilkan yang heritage termasuk bangunan art deco ini. Semoga tetep lestari, siapa lagi kalo bukan kita yang melestarikannya yaa.

    ReplyDelete
  12. Di sekitaran Braga aja lumayan banya tuh gedung-gedung klasik peninggalan zaman dulu. Saya setuju perlu peran kita semua untuk melestarikan gedung ini. Gak apa-apa difungsikan kembali, tetapi jangan ubah bentuknya.

    Suka sedih uy kalau lihat gedung lama dirobohkan dan diganti dengan disain modern. Padahal kayaknya kalau lihat bangunan di Eropa banyak yang klasik, tetapi tetap bisa berdiri kokoh dan berfungsi. Cantik banget lihatnya

    ReplyDelete
  13. Owhh, pantesaaann kalo aku jalan2 ke BDG tuh berasa terlempar ke ribuan tahun silam.
    Kayak memasuki era jaman dulu bangeett tapi tetep nyess berasa menghadirkan rindu di kalbu gitu, Teh.
    Ini keren bangeett kalo ada acara kayak gini
    semakin meningkatkan kecintaan pd BDG dan aneka gedung2 klasiknyaaa, plus makin paham sejarah juga kan

    ReplyDelete
  14. Selalu suka sama gedung- gedung tua bernuansa klasik semacam ini. Selain bagus buat foto, pastinya juga punya sejarah yang bisa dikulik. Sayangnya gak banyak daerah yang mau merawat dan melakukan pemeliharaan ke gedung-gedung tua, malah banyak yang dirobohkan dan dibangun gedung baru. Pengen ke Bandung lagi jadinya.

    ReplyDelete
  15. kalau lewat braga sama asia africa tu emang beda ya teh auranya :) tapi sayang terlalu rame menurut saya kalau weekend tu, jadi nilai2 sejarahnya terkikis sama banyaknya kunti, vampir, pokemon dll

    ReplyDelete
  16. wah, seru acaranya yaa mbaa.. bisa sekalian liat bandung tempoe dulu. ternyata bangunan arsitektur art deco bagus ya, kokoh. aku sendiri belum pernah liat bangunan seperti itu secara langsung.

    ReplyDelete
  17. Sepakat banget kalau pelestarian gedung seperti ini harus selal kita jaga ya mba. Dan ini juga akan jadi warisan berharga. Btw aku ya baru tahu soal sempat ada rencana pemindahan ibu kota itu

    ReplyDelete
  18. Salah satu ciri khas bandung dan menjadi kelebihan sampe skg. Soal arsitektur yang unik, dan skg emang lg banyak dicari untuk spot-spot foto instagramable

    ReplyDelete
  19. Baru tahu ternyata art deco teh banyak macemnya. Sugan teh kaya isola aja hehe. Bangunan macam ini yg bikin org suka Bandung ya :)

    ReplyDelete
  20. senang banget ya Mbak, bisa ikut jelajah sejarah seperti ini.
    tempat-tempat di Bandung itu memang khas banget ya, tapi sayang juga ya kalau bentuk bangunan bersejarah itu diubah bentuknya.
    padahal udah terkenal banget ya Bandung dengan Paris Van Java nya itu :)
    pengen ke Bandung lagi doong ini.

    ReplyDelete
  21. Bandung, ternyata dari dulu sudah secakep itu ya, mbak. Konsep bangunannya art Deco gitu. Asyik bener. Sekarang pun makin cakep, gini nih gimana nggak makin tertarik untuk datang ke Bandung, kalaupun udh pernah kesana, pasti pengin kesana lagi lagi dan lagi.

    ReplyDelete
  22. Bandung tuh kerennya, masih banyak sekalirumah-rumah bergaya lama di jalan-jalan utama kota Bandung.
    Itu menandakan, Pemerintah sangat perhatian dengan tata kota Bandung yang vintage.

    ReplyDelete
  23. Mba Efi aku ke Bandung sekali doang, kangen Bandung di Asia Afrika surga banget bangunan-bangunannya, masih banyak lagi yang kamu gambar kan di atas pengen menyambangi mba. Semoga ada rejeki setelah pandmi aamiin

    ReplyDelete
  24. Kangen bandung, ternyata bangunan lucu lucu gemesin itu namanya bergaya art deco yaaa. Wah bahkan punya makna lebih dalem yakni melawan konsep feodal dan kolonial. Moga bisa merantau ke Bandung juga ntar. Artikelnya bermanfaat dan menginspirasi mba Efi. Keep on writing <3.

    ReplyDelete
  25. Masih perlu memahami lagi konsep bangunan Art Deco ini. Masih lihat-lihat fotonya tadi dan coba membandingkan dengan bentuk gedung kolonial khas Belanda. Tarikan garis dan bentuk bangunannya emang beda ya.

    ReplyDelete
  26. Bandung termasuk pusat arsitektur yang kece dan keren. Aku pas ke Bandung seneng banget pepotoan bangunan di Braga

    ReplyDelete
  27. Dulu tu aku sering kepikiran pengen tingal di rumah lawas yang bentuknya kyk gtu. Pas gede jd cuma mengagumi aja haha.
    Kalau meihat bangunan2 dengan arsitektur begitu kebayangan deh kejayaannya di masa lampau ya

    ReplyDelete
  28. Ikut event seperti ini jadi makin nambah wawasan tentang kota sendiri ya mak Efi. Dituliskan di blog begini pula, jadi yang baca juga bisa ikutan apdet wawasan. Makasih sharingnya mak.

    ReplyDelete
  29. Bandung mah sejak dulu kala otentik dan nyentrik, no wonder selalu ngangenin ya. Eh iya aku pernah liat tuh tentang vila Isola di Bandung itu haunted gak sih, aku pernah liat di TikTok tu soalnya. Kece yaa liat Bandung jaman dulu, tata kotanya memang pantas bikin Bandung disebut Paris van Java

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.