Thursday, 30 January 2020

Menu Express Lunch B10 Yang Menggugah Selera

Udah beberapa kali mampir dan main ke hotel Braga  yang lokasinya di jala Braga, sebelahan dengan Bank Jabar.  Di depan hotel ini juga ada kafe B10 yang asik buat dipake nongkrong. Terakhir kali mampir ke sini waktu bulan puasa, mencicipi matcha lattenya yang hangat.  

Lalu kemarin ini saya mampir lagi ke B10. Sudah lewat maghrib dan rasanya masih lapar. Ya memang belum makan selama seharian juga.  Sebelum balik ke rumah, Saya dan Nchie memutuskan makan dulu di sini.  
Untuk makan malam itu, kami menjatuhkan pilihan pada menu ga biasanya Express Lunch. Normalnya menu ini disajikan untuk lunch (ya iyalah), tapi kok ya lihat tampilan di menunya menggoda.  Untungnya Waitress yang melayani kami bilang masih bisa dipesan.  Yeay,  senengnya.

menu express lunch b10
dokumen pribadi
Menu Express Lunch ini terdiri dari Nasi Kapau, kuah, Beef Stroganoff/Chicken Katsu (pilih satu) dan include lemon tea (opsional boleh pesan yang hot atau ice). Berhubung udara Bandung malam itu lagi dingin-dinginnya, saya dan Nchie pesan minuman yang hangat.

Ga berapa lama pesanan kami datang. Kesan pertama begitu datang? Lucuuu.... ya lucu. Sajiannya sungguh menggugah selera.  
Dan ini minumannya
menu express lunch b10
dokumen pribadi
Nasinya terlihat kecil. Tapi sebenernya ukuran segini pas buat saya. Kalau dibandingkan dengan paket nasi + chicken yang disajikan di gerai fast food, mungkin cuma 60%nya aja. Buat yang takut gendut atau membatasi asupan karbo segini mah cincai.

Sei sapi yang terlihat pink sekilas kayak masih mentah tapi enggak lho. Irisan tipis halusnya menyerap bumbu yang membuatnya terasa gurih. Tapi yang paling saya suka dari menu ini adalah kuahnya. Walau teksturnya encer, tapi komposisi rempahnya pas banget. Waktu liat penampakan sambalnya bikin saya riang. Cuma cabai dan bawang membuat saya merasa secure, ga ada tambahan terasi, bahan yang saya hindari karena faktor alergi.
menu express lunch b10
dokumen pribadi
Jadi cara saya menikmati sei sapi ala B10 ini adalah dengan mencampurkan sambalnya dengan kuah. Setelah itu baru menyiram nasinya dengan kuah, kemudian menyendokan irisan daging atau lalap daun singkong ini dengan nasinya secara bergantian. Ga pake lama saya bisa menghabiskan satu porsi ini tidak bersisa.

"Cepet banget kamu makannya?"

"Ini mah dikit kok nasinya. Pas," saya membela diri hahaha...


Paduan lapar dan makanan enak itu adalah komposisi yang tepat untuk segera menuntaskan makanan. Kalau ditanya apa kekurangan dari menu ini adalah kuahnya yang kurang banyak. Sambil ngunyah saya mikir keras meraba-raba rempah apa saja yang dipakai. Tapi kok rasanya bebal ga bisa ngira-ngira sih? Huehehe.... Yang jelas enaknya kebangetan. Ga nyesel milih ini.


Dapat  menu yang udah include dengan minuman ini adalah satu kebahagiaan lainnya malam itu. Lemon teanya manis dengan rasa khas asam lemon  yang menyegarkan. Buat saya penyuka minuman seger kayak gini asamnya pas. Tapi mungkin bisa beda buat teman-teman yang lainnya, ya?
menu express lunch b10
credit artotelgroup.com
Untuk satu paket lengkap gini kita hanya perlu membayar IDR 45K.  Untuk ukuran sajian kafe harga segini worth it dengan rasa yang ga ngapokin.


Oya selain pesan express lunch, kami (tepatnya Nchie) memesan Salt and Peper Tofu ini. Dan ternyata sebanyak ini dong untuk satu porsinya.
salt and pepper tofu b10
dokumen pribadi
Ini sih bisa pesan untuk dimakan berdua. Komposisi pedas gurihnya  juga pas, enak.  Kalau pesan yang ini, kita bakal dikenai charge 35K.  Tahunya dibaluti tempung dengan taburan chilli peper  dan irisan cabe rawit yang kecil-kecil ini juga recommended buat menghangatkan  suasana. Pas banget emang kalau dipesan pas lagi musim hujan gini.

Sebelum pulang dan membayar pesan, pramusajinya bertanya bagaimana soal rasa makanan yang kami pesan malam itu.  Suatu hal yang ga semua resto melakukan hal ini sebagai standar pelayanannya. Ini juga jadi poin lebih bagi manajemen pantry untuk memperbaiki kualitas rasa  makanan yang ditawarkan. Ya, kan? 

4,5 dari 5 Bintang buat B10.  Menu lainnya cukup menarik untuk dicicipi. Mungkin lain waktu saya bakal balik lagi ke sana
Share:

Monday, 27 January 2020

Siliwangi Bolu Kukus Hadir di Bandung

Waktu kecil dulu,  mamaku rajin bikin kue dan bolu.  Bolu bakar atau bolu kukus sama enaknya. Paling suka kalau udah 'bantu-bantu' bikin. Setelah adonan dituang ke loyan dan dibakar atau dikukus,  kesibukan recehku waktu itu adalah menjilati tepian wadah yang dipakai saat mixing.  Jorok, ya? Itu kan telur mentah, cuy! Jangan ditiru, ya :)

Seiring bertambahnya usia, mama udah lama ga bikin lagi kue atau bolu itu tadi.  Ya cape ya kesibukan lainnya juga. Sialnya ketekunan mama bikin kue ga menular. Aku cenderung malas berkutat di dapur. Kalau udah ada yang jadi, kenapa mesti repot-repot bikin?  *ups*
siliwangi bolu kukus

Ngomongin soal bolu, udah banyak banget merk-merk yang bertebaran. Soal harga, relatif murah dan ga mengancam stabilitas cash flow, lho. Sebagai tim males turun ke dapur, aku seneng banget dengan segala kemudahan ini. Ga usah cape bikin. Tinggal beli. 

Misalnya Siliwangi Bolu Kukus yang kemarin ini baru saja meresmikan store barunya di Bandung. Empat store sebelumnya sudah duluan ada di Bogor.
siliwangi bolu kukus

Sudah beberapa kali ini mencicipi Siliwangi Bolu Kukus dan selalu dibuat jatuh cinta berulang kali dengan varian rasa Alpukat Mentega dan Kopi Bogor. Bukan berarti 6 varian rasa lainnya ga enak. Ini mah soal selera dan cocok-cocokan lidah aja. Faktanya bolu varian Alpukat Mentega ini memang jadi varian best seller. Nah, kan?

Sehari sebelum peluncuran Store Moch. Toha, barengan teman-teman di Bandung aku  datang ke acara gathering yang dihadiri GM-nya  Siliwangi Bolu Kukus, Tegar Pranata plus bonus kelas fotografi dengan smartphone bersama Parmadi Budi Prasetyo.

Sejarah dan FIlosofi Siliwangi Bolu Kukus

Anyway, aku mau cerita dulu bts alias behind the scene  bisnis Siliwangi Bolu Kukus ini, ya. Seperti halnya juga kuliner lainnya di Indonesia, Siliwangi Bolu Kukus lahir dari latar sejarah. Bermula dari Bogor, kota pertama bisnis ini berdiri mengusung branding nama raja di tatar Pasundan pada masau lampau, Prabu Siliwangi. 
siliwangi bolu kukus

Siliwangi sendiri mempunyai makna silih asah, silih asih, silih asuh dan silih wawangi.  Label Siliwangi ini juga jadi makna untuk saling mengasihi dan berkontribusi memberikan manfaat yang positif. Unik juga pas petama kali lihat ikon bolunya,  kepala macan yang berkesan macho. Laki banget.  Gambar harimau dibuat dengan garis tegas berwarna hitam dengan latar warna putih. Simbolnya  memang sengaja dibuat sederhana, modern, jelas, tegas sehingga dapat mudah diingat dan dikenali. Tapi jangan salah soal rasa, bolu ini lembuuut banget.

Meskipun usia Siliwangi Bolu Kukus belum setahun,  bisnis kuliner yang digagas oleh CV Boga Karya Siliwangi ini ditukangi oleh para chef yang sudah berpengalaman selama 5 tahun ke belakang dan sudah mengantongi sertifikat PIRT dan halal. Nah,  kejelasan status inimembuat kita tentram dan ga risau untuk mencicipinya, ya.

Yang bikin aku terkesan sama SBK ini (mulai dari sini aku sebut begini saja, ya. Biar simple dan ga belibet) adalah proses produksinya yang sudah memperhatikan food grade dan meminimalkan campur tangan manusia, sehingga lebih higienis, lebih murah dan lebih istimewa. 

MIsalnya untuk susu sebagai salah satu pembuatnya sudah disiapkan dalam bentuk bantalan dengan ukuran dan berat sesuai takaran resep. Lalu untuk memecahkan telur pun sudah menggunakan mesin. Selain lebih efektif dan efisien, juga menghindari terjadinya tragedi adanya pecahan cangkang telur yang bisa nyelip di sela-sela pori bolu.  Yaiks... malesin, kan?

Selain proses produksi, untuk pengemasan bolu pun sudah menggunakan teknologi mesin. Mulai dari pembentukan dus  yang ukurannya presisi dengan dimensi bolu (baru ngeh kalau space yang minimal ini bisa mengurangi kesempatan bakteri untuk berkembang setelah sampai di tangan pembeli),  penempatan kertas sampai penyimpanan bolu. Ruang penyimpanan bolu pun dikondisikan dengan suhu 22 derajat untuk mencegah berkembangnya bakteri penyebab bolu cepat basi. 
siliwangi bolu kukus

Secara teknis, pengawaetan bolu ini dilakukan dengan cara alami, bukan penambahan bahan artifisial. Makanya, kalau disimpan di suhu ruangan,  SBK bisa bertahan selama 4 hari. Luar biasa, ya? Walau pada kenyataannya, ga usah cemas bakal basi. Pengalamanku yang sudah-sudah,  satu box SBK bisa habis kurang dari 24 jam! Karena apa? Ya saking enaknya. Selain dua rasa yang sudah aku sebutkan di atas tadi,  masih ada rasa lainnya yaitu: rasa yang pernah ada Stroberi Ciwidey, Ubi Cilembu, Ketan Kelapa,  Brownies Coklat, dan Talas Bogor.
siliwangi bolu kukus

siliwangi bolu kukus

Kelas Fotografi dengan Smartphone


Yang namanya blogger,  makan bisa ditunda. Tapi sebelumnya harus foto dulu untuk meghasilkan gambar yang mengguggah selera.  Ya, ga? Jadi inget seorang teman yang markom hotel. Dia ini kesel banget lihat aku sibuk motret. "Teteh... cepet dimakan ih, jangan motoin terus"

"Gampang, makan nanti belakang. Foto dulu," aku ngeles.

Pada akhirnya beliau ini  paham dan membiarkan aku juga teman-teman lainnya anteng moto sebelum makan. 
siliwangi bolu kukus

Ngomong-ngomong soal food photography, menurut Parmadi yang jadi narsum hari itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan memotret makanan. Unsur cahaya adalah hal yang penting. Suka kesel kan kalau pas mau moto ternyata malah jdi back light. Kesel.  Makanya untuk pencahayaan ini kita bisa memanfaatkan teknik difusi (pemisahan), refleksi (pemantulan, lho ya. Bukan refleksi pijet hahaha) dan descent (pengaturan jarak). 

Untuk penempatan foto akan dipajang di mana pun, ternyata yang namanya elemen mempengaruhi styiling. Kalau untuk di blog seperti ini, penambahan properti bisa menghasilkan foto yang eye catching. Elemen tambahan yang mewakili Inggredients makanan juga turut mempengaruhi. Ya kan ga mungkin naru properti kunyit untuk pemanis foto bolu misalnya. Jangan ngarang deh.

siliwangi bolu kukus


Nah ngomong-ngomong soal foto produk juga aku tuh seneng banget sama foto yang bokeh.  Bukan makanan aja, sih sebenernya. Untuk objek lain juga.  Nah bicara soal foto bokeh, caranya kita bisa mendekatkan objek dekat dengan kamera tapi jauh dari latar. Misalnya moto kue di meja, dengan latar dinding atau suasana kafe. Nah kondisikan latarnya jauh saat kita akan memotret. 

Jangan lupa juga untuk  memanfaatkan fitur F, seting deh Fnya semakin kecil. Dengan begini, akan semakin besar cahaya yang masuk ke perangkat. Apalagi kalau kondisi cahayanya low. Otomatis tuh background jadi blur. 


Yang terpenting jangan lupakan juga seting White Balance. Parmadi menyarankan untuk memilihi tone kuning agar manghasilkan foto makanan yang lembuat dan menggiurkan.


Launching Toko di Bandung

Cabang pertama SBK di luar Bogor adalah  toko yang beralamat di Jalan Moch Toha no. 145, Bandung. Hari Sabtu tanggal 25 Januari 2020 bertepatan dengan libur Imlek, store ini resmi beroperasi.  

siliwangi bolu kukus

 Secara resmi toko dibuka pada jam 10 pagi dan melayani pembelian dengan promo buy 1 get 2. Beli satu box, bisa milih 2 box lainnya, bebas bisa memilih rasa apa saja.  Jadinya dengan membayar Rp. 27.500 pengunung bisa mendapatkan 3 box. Kalau dirata-ratakan,  satu box pada hari itu cuma senilai sembilan ribu lebih dikti. Sekitar 9.000an lah. Makanya pada antusias banget yang ngantri. Sejam jam 9 pagi antrian sudan mengular sampai ke bahu jalan, lho. 
siliwangi bolu kukus

Yang mengesankan dari antrian yang aku lihat hari itu adalah pengunjung yang tertib dan ga ribut main salip antrian.  Rules pembelian yang menyebutkan promo tidak berlaku kelipatan mungkin jadi salah satu hal yang membuat pengunjung merasa secure untuk ngantri ga takut kehabisan karena pengunjung di depan kita borong 100 box misalnya.  

Let say seorang pembeli mau membeli 6 box, 3 box pertamanya adalah harga promo, sedangkan 3 box berikutnya adalah harga normal. Kalau mau dapat harga abnormal eh promo ya harus mengulang antrian. Beberapa orang rela megulang antrian, beberapa lainya ada yang cerdik membawa pasukan teman dan keluarga untuk mengantri. 
siliwangi bolu kukus

Sambi menunggu antrian, dekat pintu masuk tersedia booth yang menyediakan tester (juga ada petugas yang berkeliling menawarkan pengunjung untuk mencicipi). Yang belum tau rasa apa yang enak sesuai seleranya bisa mengambil keputusan setelah mencicipi. Bisa juga jadi galau karena bingung memilih rasa.
siliwangi bolu kukus

Promo ini berlangsung dua shift dalam satu hari. Shift pertama dibuka pada jam 10.00-13.00 dan dilanjukan pada shift kedua yang dimulai dari jam 16.00-19.00 Masing-masing shift menyedikan kuota sebanyak 500 pengunjung. Bahkan saking antusiasnya, di shift kedua ada penambahan kuota karena masih ada pengunjung yang melewati antrian ke-500 masih bisa mendapat harga promo. 
siliwangi bolu kukus
Penampakan suasana store sebelum buka. Credit: Bang Aswi
Secara total jenderal, ada 3.408 box yang diboyong pulang untuk dinikmati bersama keluarga, teman atau sebagai buah tangan  Oleh-oleh Bumi Pasundan. Luar biasa, ya? Bahkan saat hujan mengguyur pada tengah hari kemarin tidak membuat antrian balik badan. Mereka ini berteduh dan menunggu giliran untuk membeli sesuai urutan.


View this post on Instagram

Kalau ada toko kue yang bisa melepas lebih dari 3.000 box bolu dalam sehari, maka pencapaian @siliwangibolukukus pada hari kemarin emang luar biasa. Tepatnya ada 3.408 box kue bolu yang terjual. Amazing, kan? Dalam rangka pembukaan store cabang pertamanya di Bandung (atau store ke-5 setelah Bogor), lebih dari 1.000 orang rela mengantri untuk mendaparkan 3 box bolu hanya dengan membayar 27.500. Artinya buat satu box kita cuma membayar ga sampai. 9.200. Makin antusias karena promonya ga berlaku kelipatan, jadinya harus ngantri balik kalau mau dapat promo yang sama. Makanya dari jam 10-19 sore, store yang alamatnya di jalan Moch. Toha 145 Bandung ini rame terus. Ga kebagian promo ini atau baru tau sekarang? Unch... Jangan sedih. Karena untuk tanggal 26-31 Januari 2020 ada Promo Imlek Buy 2 Get 1 yang dibagi dalam 2 shift. Shift 1 jam 10.00-13.00 dan shift kedua, jam 16.00-19.00. Masing-masing dijatahi buat 250 orang. Kalau udah lewat dari 250 per shiftnya ga kebagian promo alias bayar harga normal tanpa bonus. Rulesnya sama, ga berlaku kelipatan, jadi ga akan ada tega ngebororong ngabisin jatah. Masih bingung pilih rasa yang mana? Kalem, bisa cicipin testernya, kok. Kalau aku suka sama rasa Alpukat mentega dan Kopi Bogor. Kuy, samperin storenya. Jangan sampai ga kebagian #SiliwangiStoreBDG #Buy1Get2 #Buy2Get1 #storekuedibandubg #kulinerbandung #oleholehkekinian #oleholehbandung #ceritaefi
A post shared by Efi Fitriyyah (@efi_thea) on
Promo  buy 1 get 2 memang sudah usai.  Tapi masih ada promo lainnya yang gak akalah menarik yang berlangsung pada tanggal 26-31 Januari 2020 ini. Dengan membeli 2 kita bisa mendapatkan 1 bonus tambahan.  Aturan saat pembelian juga sama dengan hari pertama yaitu dibagi dalam 2 shift. Shift pertama dimulai pada jam 10.00-13.00 dilanjutkan dengan shift berikutnya yang berlangsung pada jam 16.00-19.00. Masing-masing shift menyediakan kuota sebanyak 250 orang.
siliwangi bolu kukus

Store SBK di Bandung ini buka setiap hari dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam. Mau berangkat pagi ke luar kota atau kesorean di perjalanan masih bisa mampir ke toko ini karena jam operasionalnya yang panjang, selama 14 jam dalam satu hari.

Aku sudah mencicipi bolunya. Giliran kalian untuk mencoba juga, ya. Semoga ketagihan :)
Share:

Sunday, 26 January 2020

Cafe More: Racikan Kopi dari Barista Wyata Guna

Di antara sekian tren lifestyle yang menjamur saat ini,  ngopi sepertinya jadi kegiatan yang paling banyak disukai. Bukan cuma oleh generasi milenial saja, para pendahulunya juga.  Ga percaya? Coba deh datang ke kafe-kafe tempat ngopi. Dari anak sekolahan sampai para karyawan atau pebisnis  bisa kita temukan di sana. Entah itu sekadar chit chat ngobrol santai sampai obrolan serius membahas deal-deal kerjasama yang dijajaki.

Kafe-kafenya? Banyaaak. Dari kelas lokal sampai franchise internasional.  Dan kalau ngomongin kafe kopi kekinian,  Cafe More adalah salah satu yang menarik perhatian.  
Credit foto: Raja Lubis
Ketika beberapa waktu lalu lini masa dibuat rame oleh pemberitaan adanya penggusuran teman-teman yang tinggal di Panti Wyata Guna, suasana berbeda aku rasakan saat mengunjungi  kafe yang lokasinya berada di komplek Wyata Guna ini. By the way polemik soal Wyata Guna ini sudah diklarifikasi. Lengkapnnya bisa baca di thread twitku yang ini penyelesaian polemik Wyata Guna

Yes, kafe yang satu ini  punya keunikan tersendiri. Barista-barista yang melayani dan meracik kopiny adalah teman-teman para penyandang disabilitas netra  yang mendapat pembinaan keterampilan di panti yang bertransformasi jadi balai sosial ini.  

Dilatih oleh para barista yang langsung didatangkan dari Korea, membuat mereka ga canggung untuk meracik kopi pesanan pengunjung. Soal Rasa? Enaaak. Kalau kalian dibawakan oleh-oleh es kopi dari sini kemungkinan besar ga akan nyangka kalau barista yang peraciknya adalah penyandang disabilitas sensori netra. 

Bareng teman-teman yang suka ngopi, kami janjian untuk ngopi bareng di sini.  Waktu sampai aku datang duluan dan ternyata semua tempat duduk terisi pengunjung.  Yang terlintas di benakku saaat itu adalah "wah rame juga." Padahal kafe ini baru beroperrasi beberapa hari saja.

Saat situasi seperti ini jurus SKSD alias sok kenal sok dekat adalah paling ampuh. Emang ya, malu-malu itu nyusahin. Bukan cuma bikin nysar tapi juga ga kebagian seat alias tempat duduk. Di pojokan kafe yang arahnya jam 4 dari pintu masuk, aku lihat ada satu meja dengan dua kursi yang lagi nganggur, sementara dua kursinya lagi terisi pengunjung dua pria yang lagi ngobrol. 

Ganggu? kayaknya sih enggak, mereka bukan ngobrolin sesuatu yang privat atau membahas bisnis.  Ya udah samperin aja. Dan cuek aja nodong: "kursinya kosong?"



Anggukan salah satu dari mereka segera membuatku menarik kursi.  Dan ternyata pilihanku ga salah. Salah satu tamu yang duduknya hadap-hadapan denganku adalah wartawan dari media televisi yang sedang meliput.  Karena datang lebih awal beliau sudah lebih dulu ngobrol sama barista. Lumayan kan, bisa ngorek-ngorek info. Hihihi... Nantinya aku ga perlu banyak nanya lagi.

"Mereka itu low vision," kata wartawan televisi itu. Saking serunya obrolan sampe lupa nanya nama. Maafkan :)

"Oh, pantesan," aku menggumam. 

Waktu pesan kopi aku seperti merasakan ada kontak mata walau kayak malaweung kata orang sunda, mah. What is the meaning of malaweung? Ini semacam tatapan menerawang gitu, jadi ga fokus sama lawan bicara. Selama ini mungkin masih banyak yang mengidentikan penyandang disabilitas sensorik  netra itu dalam kondisi mata yang terpejam, berkacamata dan pakai tongkat untuk menuntun jalan. Padahal ga semua begitu. 

Yang luar biasa adalah mereka bisa meracik sebagaimana orang awas. Mulai dari menyiapkan susu,  mencampurkan saus karamel, menambahkan kopi sampai menyeduh air.

Nah balik lagi soal teman-teman barista ini, waktu aku datang ada 3 orang yang on duty. Ga cape? Enggak lah karena ada tim lain yang ditugaskan bergilir.  Sempat diinformasikan kalau mohon kesabarannya menunggu pesanan karena kondisi teman-teman barista yang istimewa ini, Nyatanya aku ga nunggu begitu lama. Durasinya terbilang wajar. Kalau pun terasa lama biasanya karena lagi rame pengujung. Ya itu mah wajar lah di kafe mana pun bisa ngalamin gitu. Ya, kan?
credit: Jeannette Egy
Itu juga yang dialami saat teman-teman lainnya berdatangan. Raja, Erry, Dedew, Nchie lalu menyusul Demia, Egy, Widya dan Jiglysious (maafkeun lupa namanya, ingetnya nama akun ignya karena doi seorang beauty blogger).

Untuk range harga di sini terbilang standar. Ga mahal. Beberapa menu ada yang dibundling antara kopi dan brownies Misalnya Hot Cappucino yang aku pesan atau es kopi aren ini. Cukup membayar 25 ribu saja. Cincai, kan?



Credit foto: Jeannette Egy
Seperti beberapa kafe lain yang menyediakan air minum secara gratis,  Cafe More juga punya layanan ini. Waktu asik lihat-lihat para barista ngeracik kopi, hasrat kepoku ga bisa ditahan waktu nanya pengumuman "Gratis"

Aku: Itu apaan yang gratis, Teh?
Barista: Air minum, Kak. Tapi mohon maaf untuk sekarang habis. Soalnya lagi banyak pengunjung hari ini.

Tau air minum habis bukannya kesel, malah seneng. Karena berarti kafe ini ramai pengunjung. Apalagi sehari sebelum kami mampir ke sana kafe ini emang viral di media sosial, dan membuat pengunjung membludak.

Kapasitas kafe yang mungil membuat kami ga bisa berlama-lama bertahan di sini. Antrian pengunjung yang menunggu pesanan dan beberapa wajah yang kelihatan celingukan membuat kami ga tega pura-pura ga ngeh dan mengabaikan situasi.  

credit foto: Nchie
By the way, jangan lupa setelah selesai ngopi di sana, jangan langsung kabur. Bereskan dulu sisa-sisa ngopi dan pindahkan gelas & piring kecil dan peralatan lainnya ke wastafel serta buang sampah ke tempatnya. Kondisi barista yang punya keterbatasan tentunya tidak bisa membuat mereka lebih sigap dan cekatan membereskan meja agar bisa ditempati secara nyaman oleh pengunjung.
Credit foto: Nchie
Berhubung karena masih lapar, kami pindah ke luar dan ngebakso  di lapak yang posisinya masih berada di dalam arena Wyata Guna.   Mudah-mudahan kafenya bisa  diperluas agar bisa menampung lebih banyak pengunjung, ya.
Share:

Monday, 20 January 2020

Wisata Alam Ke Taman Hutan Raya Djuanda

Kali pertama kenal eh tau ada hutan di Bandung itu waktu aku masih SD. Sekitar tahun 90an awal.  Iya, selama itu. Tiga puluh tahun yang lalu :).  Dulu maen ke Taman Hutan Raya Djuanda (Tahura)  rombongan bareng tetangga pake truk tentara itu lho. Padat dan siap doyong ke kanan atau ke kiri. Tergantung gimana truk mengikuti kelokan curamnya  jalan.  

Sampai di sana, lanjut dengan menyusuri jalan  jalan setapak hutan dan berakhir di Maribaya. Lumayan berasa capenya. Apalagi buat bocah piyik gitu, kan.  Udah untung ga minta digendong karena mopo alias lemes kacapean.

Lalu ke sana lagi tahun 2000an pas bareng temen-temen kuliah. Maen ke sananya siang sih, lepas dzuhur. Sempat nyasar segala dan berhasil finish saat maghrib. Suasananya lumayan spooky karena langit udah gelap, sampai sempat nyasar juga nyari jalan keluar. Aku dan teman-teman berusaha membuang pikiran macem-macem. Jangan punya sugesti aneh. Akhirnya kami bisa  keluar. Istirahat di warung yang ada di pintu keluar lalu turun pulang dan mampir makan bakso di pedagang kaki lima.

Awal tahun 2020 ini ga sampai seminggu aku udah dua kali maen ke sini.  Suasananya jauuuuh berbeda. Udah pangling. Taman Hutan Djuanda yang familiar dengan sebutan Tahura sudah bertransformasi jadi lahan wisata alam yang friendly buat pengunjung. Soal cape sih relatif,  tergantung berapa jauh kita berjalan. Ga harus terus nembus sampai ke Maribaya. Cuma sampai gua Belanda pertama lalu balik lagi pun ga ada yang larang.

Dulu taunya Tahura cuma hutan lindung di tengah kota yang di dalamnya jadi saksi sejarah di mana Belanda dan Jepang pernah bersembunyi.  Ya kurang baca dan kurang akses informasi sih ya hahaha. Padahal  ga begitu.

Jadi singkat ceritanya gini.  Pada jaman penguasaan Belanda di Indonesia, Tahura dirintis pada tahun 1912 dengan nama asalnya Hutan Pulosari.  Di hutan ini dibangun terowongan untuk menyadap aliran sungai dari Sungai Cikapundung. Nah terowongan yang dibangun ini yang kemudian hari dikenal sebagai Gua Belanda.


Sekitar tahun 60-70an setelah Indonesia merdea, Gubernur Jabar pada waktu itu, Mashudi menggagas hutan ini jadi hutan wisata. Pada tahu  1965 hutan ini secara resmi diberi nama Taman Hutan Djuanda yang dikukuhkan melalui Kepres pada tahun 1985 (asalnya bernama Hutan Wisata Alam Curug Dago),  sebagai bentuk penghargaan bagi pemimpin Jawa Barat pada waktu itu, Ir. H. Djoeanda Kartawidjaja yang berjasa dalam tercetusnya Deklarasi Juanda. 

By the way, secara singkat deklarasi ini berisi tentang pernyataan wilayah Indonesia yang mencakup laut di sekitarnya, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dalam konvensi hukum laut PBB atau populer dengan  United Nations Convention on Law of The Sea.

Segitu dulu flashback sejarahnya, ya. Sekarang kita ngomongin Tahura di masa kini.


Awalnya dari obrolan di grup chat Emak-emak Blogger Bandung.  Wacana  jalan-jalan santai ke alam mengerucut ke Tahura sebagai destinasinya.  Soal,  pada tanggal 12 Januari 2020  disepakati Mc Donald's Dago sebagai assembly point alias titik kumpul. Titik kumpul  buat pergi barengan ya. Bukan titik kumpul yang identik dengan safety briefing kalau ada bencana itu. Duh, jangan sampai.

Sebenarnya udah disepakati untuk berangkat bareng jam 6 pagi dari sana. Berhubung aku lagi cuti solat (karena lagi massanya siklus periodik), bangun kesiangan dong sekitar setengah 6 kurang. Ampun dah. Malah nyalahin tamu bulanan. 

Ya udah lah, begitu bangun langsung loncat ke kamar mandi. Byuur.... byuuur... mandi, cuci muka, gosok gigi terus pake baju dan dandan ngebut. Rencana dandanan rada spesial  pun ambyar. Komitmen untuk dateng tepat waktu harus terpenuhi.  Jam 5.50 berangkat dari rumah dan sampai  McD Dago jam 6.18. Telat , Cuy! hahaha maafkan.

Sambil ngatur nafas dan ngopi dulu, di sana ada Nchie dan Madame Vivera udah nungguin. Mayan juga buat mengatur nafas karena buru-buru dan pikiran ga fokus karena mikirnya buran cepet sampe ga bisa terealisasikan. Entah kenapa semesta Bandung hari itu berkonspirasi meramaikan jalan. Mungkin maksudnya nemenin (yaelah).

Jam 7 kurang dikit akhirnya kami bertiga pergi menuju Tahura. Diantara jeda waktu ini kami nungguin barangkali ada yang tercecer eh kesiangan. Ternyata banyak yang berhalangan. Baiklah, the show must go on.

Waktu tempuh dari McD yang posisinya di simpang Dago sampai tujuan sebenarnya ga lama. Kurang lebih 15 menit.  Mobil dan motor ramai-ramai merayap menuju puncak asmara Bandung. Punya tujuan yang sama, menikmati sejuknya Bandung dari ketinggian.

Kami sampai di Pintu Masuk II dan parkir di sana. Sebelumnya jangan lupa untuk bayar tiket masuk dulu, ya. Kalau cuma dateng sendiri hanya kena biaya 12.000 saja untuk tiket masuk dan asuransi kecelakaan. 

Sedangkan untuk yang bawa motor atau parkir ada biaya tambahan tersendiri. Kalau ga salah sekitar Rp. 7.500 untuk satu motor. Waktu itu kami datang bertiga, dimana  aku dibonceng Nchie dan Madame Vivera jalan sendiri dengan motornya.

Sebenarnya sejak meluncur dari McD dinginnya utara Bandung sudah memeluk kami. Begitu sampai di Tahura, pelukannya semakin erat dengan sensasi kesejukan yang sudah lama jadi sesuatu yang antik, susah didapatkan.  


Sekitar jam 7.30 pagi belum banyak pengunjung yang datang.  Jalanan dari pintu masuk pun sudah pedestrian friendly, sudah beralaskan aspal. Beberapa ada yang datang dengan mengayuh sepeda. 
Nih lajur jalan kaki dari pintu masuknya. Enakeun, kan?
Ngomong-ngomong soal sepeda di sini juga tersedia jasa penyewaan. Kalau mau lebih eksotik, bisa sewa kuda. Terserah lah ya mau pake sarana transportasi yang mana. Sepeda roda, kuda atau naik kaki sendiri hihihi...


Dulu jaman bocah suka rempong deh kalau mau jalan-jalan gini. Nyiapin bekal makan dan minum biasanya udah disiapkan sejak sehari sebelumnya.  Well, sebagai generasi  milenial (atau terpapar style-nya milenial) yang simple dan ga mau ribet,  urusan bekal gini ga usah bikin galau.  
Kalau pagi warungnya masih tutup. Asik juga buat latar foto
Di kanan kiri jalan menuju hutan ada banyak warung-warung yang menjual kebutuhan kita, just incase lapar atau haus.  Dari air mineral sampai minuman kekinian, ada. Dari gorengan sampai mie seduh dalam gelas pun ready. Siapkan saja perut dan uang tunai (ga nemu warung yang melayani pembayaran e-wallet semacam Ovo, Dana dsb). Cuma kalau dateng masih pagi emang masih pada tutup. Biasanya warung-warung di sini baru buka sekitar jam 9-10an gitu lah.
Ga boleh ada spot unik,  hasarat foto langsung keluar.
Credit: Nchie Hanie
Lewat dari Kafe Holland Spot (untuk yang ini akan aku ceritakan di postingan terpisah, ya) Kami jalan terus menuju gua belanda.  jarak yang ditempuh ga terlalu jauh. Sepertinya ga sampai 5 km sih kalau diitung PP.  
Jangan kasih makan monyet, ya
Kadang ga kita bisa menjumpai monyet-monyet hutan di sepanjang hutan. Seperti yang sudah diperingatkan di papan pengumuman. Pengunjung jangan memberi makan primata yang satu ini. Meski kadang mereka suka iseng ngerampas makanan yang kita punya atau terlihat.  Ga usah parno juga sih, karena ga akan menyerang. Kalau difoto mereka kayaknya tau lagi jadi model, jadi pada anteng gitu difotoin.  Sadar kamera banget hahaha.

Banyaknya orang lain yang berpapasan dan sedikit foto-foto membuat acara jungle walk hari itu ga bikin cape. Belum lagi sudut-sudut unik yang membuat hasrat foto-foto makin membuncah.  Makanya jadi ga kerasa cape.
Salah satu hobiku, motoin yang moto :)

Kalau mau jalan terus, dari Pintu II ini bisa sampai ke Maribaya atau singgah di beberapa spot seperti Penangkaran Rusa atau Curug.  Tapi kami bertiga hanya menyusuri goa Belanda dan balik lagi ke luar (sebelumnya mampir dulu di Kafe Holland Spot dan lebih banyak waktu yang dihabiskan buat nongkrong hahaha).
Yang mojok di sisi kana itu para guide yang menawarkan jasa sorotin senter.
 Ini difotin sama Nchie sebelum masuk

Di pintu luar Goa Belanda ini ada jasa pemandu yang menyiapkan lampu senter dengan charge 30.000 untuk satu jalur bolak balik. Ga ada paksaan untuk menyewa jasa mereka. Kalau mau memanfaatkan lampu senter yang ada di hp pun sudah cukup membantu. Ya meskipun pendar sinarnya ga sebendarang senter para pemandu ini, ya.  Tau sendiri lah, ya bagaimana kapasitas sorot lampu senter dari hp ini menerangi jalan di depan.
Difotoin sama Nchie Hanie
Sedikit aroma lembab di dalam gua ini membuat ingatanku  memutar lagi film-film perjuangan yang pernah aku tonton. Bayangan tentara Belanda atau pejuang yang mengendap atau berkejaran sempat muncul tapi buru-buru aku tepis. Cuma mau menikmati suasana saja, ga usah bawa pikiran aneh-aneh.
Madame: "Kamu ke situ, aku fotoin. Geser... iya pas!"
Sampai di ujung lorong goa kita bisa melanjutkan perjalan atau balik lagi ke pintu masuk sebelumnya. Nah pas balik lagi ini aku seolah merasadi gua ini kok rame gitu, ya. Kayak banyak orang meski ga riuh karena ga sampai 10 orang yang sedang jalan di dalam goa. Duh kok jadi bahas yang horor, ya? :D Tapi aman, kok, kami kembali ke pintu masuk goa semula dan melihat pengunjung udah mulai ramai.  
Disuruh pose sama Madame, ya udah nurut aja hahaha
Nah, aku sarankan untuk datang sepagi mungkin agar tidak mengalami kebocoran di latar belakang fotonya. Paling sebel kalau udah gini, kan? Sementara kita ga berhak juga buat mengusir orang lain demi latar yang clear and clean.

Dari Goa Belanda ini kami transit di Kafe Holland Spot dan menghabiskan waktu dari jam 9 pagi sampai jam 11. Sarapan pagi dan ngobrol di sana rasanya betah banget. Ngantuk dan perut terasa penuh jadi alasan kami untuk memilih pulang ke rumah hahaha. Padahal pengen banget motret-motret spot lainnya. Next time deh kami ke sini lagi, ya.
Sambil ngopi pose dulu lah buat koten wkwkwk.... credit foto: Nchie Hanie
Selain Goa Belanda, di Tahura ini ada spot yang bisa dikunjungi dengan satu kali tiket terusan tadi. Apa saja? Ini nih:
  • Monumen Ir. H. Djuanda
  • Curug Dago
  • Museum Ir. H. Djuanda
  • Out Bond
  • Goa Jepang
  • Penangkaran Rusa
  • Lava Pahoe-hoe
  • Curug Omas
  • Tebing Keraton
Mana dulu destinasi selanjutnya? Maunya semuanyaaaaa.....

Dikit-dikit foto.... Ya sayang juga kan mumpung ada venue bagus eh aku malah moto ke depan hahaha
 Credit foto: Nchie Hanie
Gimana dengan kalian, Teman-teman? Ada yang sudah pernah ke sini? Yuk, maen ke sini. Asik lho maen ke alam itu. Aroma alamnya sangat ampuh melepas stres. Hal yang tudak bisa kita dapatkan dengan nge-mall.



*) Referensi sejarah hutan Djuanda diambil dari http://tahuradjuanda.jabarprov.go.id/Tentang_Kami.html  

Share: