Beberapa waktu, saat artis rame-rame buka gerai kuenya di Bandung, aku termasuk salah satu yang sempat mencicipinya. Tidak semua memang. Ada yang ga sempat dan toko keburu haitus alias tutup. Ada yang pernah nyicipin terus sekarang udah kayak judul film lawas, Gone With The Wind, hilang ditelan angin.
Namun masih ada juga yang masih eksis setelah yang lain harus mengibarkan bendera putih. Sementara akutuh belum nyicipin. Saban lewat gerainya, yang terlintas di benakku adalah "Paling gitu-gitu aja."
Gitu-gitunya aja itu yang mesti aku koreksi, lho. Dan belakangan, baru sadar kalau Bandung Kunafe adalah oleh-oleh artis yang masih eksis. Apa rahasianya, ya?
Gerai Bandung Kunafe di Jalan Banda |
Rasa penasaranku akhirnya terbayar setelah kemarin main-main ke gerainya yang berlokasi di Jalan Banda. Sejak menjejakkan kaki sampai ngesot pulang, driver ojol yang beliin pesanan hilir mudik terus. Ada aja yang beli.
Babang Ojol hilir mudik belanja Bandung Kunafe |
Konon katanya kue artis itu kurang kerjaan. Bakar duit. Toh kalau rugi atau gulung tikar mereka mah nothing to loose. Duitnya udah kayak daun aja, tinggal metik. Yang masalah justru sektor UKM yang secara kompetitif malah terpinggirkan. Mereka jadi susah bersaing karena kue-kue artis punya budget lebih buat promo. Soal rasa? Ga jelek, cuma ga punya kelebihan selain mengusung popularitas sang pemiliknya. Kalau lihat dari toko-toko yang udah tinggal nama, pemikiran gitu bisa dipahami.
Rak pajangan Bandung Kunafe malah rame sama produk rekanan |
Kasus yang berbeda terjadi dengan gerai Bandung Kunafe, Gerai kue miliknya Irfan Hakim yang berkolaborasi dengan Ananda Omesh. Mereka ga cuma jualan bolu dengan label sendiri. Tapi yang mereka terapkan juga menggamit sektor UKM untuk sama-sama maju menjajakan oleh-oleh Bandung.
By the way ada yang baru baca kata 'menggamit' lagi setelah sekian purnama? Auuuuuu *sayup sayup terdengar lolongan Werewolf. Lah bahas kue kok jadi horor, yak?
Tampilan produk UKM yang eye catching, bikin lapar |
Hmmm... kalau artis berbisnis menggerus lahan rejeki sektor UKM, ga selamanya seperti itu. Pemandangan yang menarik justru display yang ada di toko malah memajang snack dan cemilan-cemilan rekanannya. Bolu-bolu Kunafe dengan berbagai rasanya malah ngendon di pantry, di balik meja kasir. Biar yakin seyakinnya, aku ngajak Dydie dan Ulu yang hari itu janjian ke sana buat mengitari lagi tiap rak. Hasilnya tetep aja nol. Ga nemu barang sedus aja nyempil, kecuali tumpukan dus bolen yang terpajang dekat kasir.
Pas nanya sama Teteh yang jaga di sana, emang seperti itu. Bolunya ga dipajang di rak. Untuk menjaga kesegaran dan kualitas bolu yang bener-bener fresh. Kan, kita sama-sama tau ya, kalau cake mah umurnya pendek. Disimpan di udara terbuka paling lama 3 hari. Mau lamaan dikit ya simpen di kulkas. Itu juga paling banter 7 hari disuruh ngekos di sana, sebelum bedol desa ke perut kita.
Ada yang kangen keripik pedas? |
Sementara itu aneka cemilan yang ada di sana, emang diproduksi dan dikemas dengan umur yang lebih panjang dan lama. Bukan asal majang produk aja sih. Karena dari kemasannya juga menarik dan eye catching. Kalau pun harganya sedikit lebih mahal itu sudah tercover dengan penampilannya yang looks good. Seneng kan, kalau lihat produk lokal bisa dikemas modern dan punya nilai lebih gini? Sama-sama maju, sama-sama laris.
Janjian bertiga buat boyong Bolu dan Bolen |
Berhubung hari itu aku dan Dydie mau kulineran makan berat, keinginan mengadopsi cemilannya ditunda dulu. Bukan apa-apa, akutuh tipe orang yang bawaannya pengen unboxing aja setiap beli cemilan. Niat beli buat stok seminggu, ga sampe 3 hari udah ledis alias abis hahaha. Anakonda kecil yang ngekos di dalam perut sana emang rakus. Yeeee... nyalahin :D
Dressku kok bisa pas ya sama background? hahaha |
Nah, ngomongin soal Bolunya Kunafe ini mereka punya 6 varian. Beberapa rasa sudah mainstream seperti Kunafe Cheese, Kunafe Greentea, Kunafe Chocolate, Kunafe Tiramisu, atau Kunafe Nutella. Sementara si bontot Kunafe Durian termasuk yang masih jarang.
Kejuuunya.... Yummy |
Untuk penampilannya sendiri layernya Kunafe ini berbeda dengan pakem kuenya artis yang layer pastrynya dominan. Untuk Bandung Kunafe ini layernya dalam bentuk remahan yang mengelilingi bolunya. Kurang banyak buatku, jadi kurang terasa hehehe. Bandung Kunafe terdiri tiga lapis dengan tampilan bentuknya yang mainstrea bulat. Ga aneh-aneh.
Lapisan paling atas adalah topping keju dan krim. Parutan kejunya boros dan tebal-tebal. Buat penggemar gurihnya keju, kayaknya nih kejunya dicomotin dulu sampai habis. Layer berikutnya adalah Japanese Cake yang mengapit cheese filling di tengahnya. Rasanya creamy gimana gitu. Manisnya pas, lembut tapi ga lengket.
Lapisan paling atas adalah topping keju dan krim. Parutan kejunya boros dan tebal-tebal. Buat penggemar gurihnya keju, kayaknya nih kejunya dicomotin dulu sampai habis. Layer berikutnya adalah Japanese Cake yang mengapit cheese filling di tengahnya. Rasanya creamy gimana gitu. Manisnya pas, lembut tapi ga lengket.
Cheese fillingnya lembut meleleh di lidah |
Secara penampilan Bandung Kunafe ga jauh beda dengan pakem bolu pada umumnya. Bahkan dengan kue-kue artisnya lebih simple. Tapi kalau rasa berani diadu.
Udah cocok jadi SPGnya? |
Selain membawa pulang sekotak bolu Kunafe Cheese, aku juga membawa sekotak bolen cokelat ke rumah. Satu box isinya dua belas biji dengan cara penyimpanan dalam dusnya membentuk formasi lingkaran. Lucu juga, karena biasanya setiap beli bolen, susunannya berbanjar kayak sekompi pasukan yang lagi latihan baris berbaris hehehe.
Bolennya must try |
Sementara itu kalau si bolen ini yang paling menonjol adalah rasa cokelatnya yang cenderung manis dan melted saat digigit. Paling enak buat dinikmati dengan secangkir teh tawar panas. Apalagi saat ini lagi musim hujan. Saat bawaan lapar membuat rencana diet tertunda besok dan besok lagi. Makanya ga pake lama dua kotak tim Kunafe yang ku bawa pulang dalam itungan sehari saja sudah habis, minta direfil.
Pisangnya empuk, cokelatnya melting |
Ngomong-ngomong soal pemilihan nama, Kunafe yang label kemasannya ngambil latar Jembatan Pasupati ini terinspirasi dari seruan "Kunaon?" yang diplesetkan jadi Kunafe. Unik juga sih, karena selama ini sebagai urang Sunda sering dituduh ga bisa nyebut F. Ih Pitnah hahaha...
Walau sebenarnya dari kamus bahasa Sunda emang ga ada kosa kata yang mengandung bunyi F, sih. Mungkin Kunafe ini adalah akronim dari Kunaon dan Kenapa tapi diucapkan dengan akses arab gitu, ya hahaha... Lah bahas kue apa bahas pelajaran bahasa, Bu?
Bandung yang rame dengan kulinernya itulah yang jadi alasan kenapa Irfan Hakim dan Ananda Omesh mengusung brand Kunafe ini. Iya, Bandung yang kreatif dengan wisata dan oleh-oleh kekiniannya ini selalu saja menghadirkan ide-ide segar soal dua hal itu. Makanya salut deh buat Kunafe. Di tahunnya yang ketiga masih kayak judul lagu band Cake, "I will Survive". Bahkan saat ini sudah punya 5 merchant yang tersebar di kota Bandung.
Selain dapat diskon kalau bayar pake Gopay, saat ini juga asedang ada promo hemat kalau beli paket berikut. Lumayan sselisih harganya bisa buat beli cemilan lainnya yang terpampang nyata tanpa fatamorgana di display sana.
Gerai Bandung Kunafe juga ada di Jalan Pasteur, Jalan Pajajaran, Miko Mall, BIP dan Jatos. Untuk Mitranya bisa kita jumpai di Stasiun Bandung dan Bandara Husen.
Yipiiiii siap menghabiskan bolu dan bolen Bandung Kunafe |
Kalian sudah nyicipin Oleh-oleh artis Kunafe? Apa rasa favoritnya? Yuk cerita di komentar, ya. Kalau belum, hunting dulu, ya. Cicipin terus kita chit chat komen di bawah, yaaa...