Wednesday 26 June 2019

Kota Populer Pencarian Rumah di Jawa Timur

Selain Jakarta, tau ga kalian kalau pembangunan infrastruktur di Jawa Timur juga ga kalah masifnya? Saat ini pembangunannya kembali dikembangkan. Sudah tau dong kalau sekarang ada pembangunan tol Trans Jawa yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di Jawa Timur. Yang mau mudik ke Jatim atau ada perlu urusan lainnya jadi lebih mudah dan terbantu dengan keberadaan Tol Trans Jawa ini, dong. Ya, kan? 


Nah, dengan adanya tol trans ini, bukan saja membuat aktivitas perekonomiannya semakin menggeliat. Sektor properti juga mendapatkan efek positifnya, lho. Makanya ga heran kalau sekarang ini banyak dibangun perumahan yang segemen pembelinya membidik kalangan mulai dari kelas menengah ke bawah sampai elit di Jawa Timur. 
kota populer pencarian rumah di jawa timur

Eh tapi sebenarnya kota mana sih, yang paling banyak dicari rumahnya di Jawa Timur? Ternyata portal properti Lamudi sudah mngadakan survey pada beberapa waktu yang lalu mengenai hal ini. Dan ini hasilnya. 


Surabaya 

Surabaya menempati urutan teratas dalam survey ini. Setidaknya dalam satu bulan ada 4.200 orang yang berencana untuk mencari rumah di kota ini. Sebagai ibukota provinsi mejadi alasan utama kenapa begitu tingginya peminat yang mencari rumah di sini. Ditambah lagi dengan adanya sarana infrastruktur yang komplit seperti pendidikan, pusat pemerintahan, transportasi umum dan lain-lain. 

Alasan berikutnya adalah Surabaya kota yang cocok untuk menjalan bisnis. Dari datayang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Surabaya, tingkat pertumbuhan ekonomi di kotanya para pahlawan ini bertumbuh 0,5% setiap tahunnya.
 

Malang 

Kota berhawa sejuk atau Malang menempati urutan kedua sebagai kota yang jadi favorit di Jawa Timur.  Ada sekitar 3.400 orang yang  tertarik untuk membeli rumah dijual di Malang.  Kebanyakan dari mereka, mencari rumah yang berukuran 90 meter persegi. 

Adanya fasilitas tol Pandaan - Malang (Mapan), yang  membentang sepanjang 38,48 kilometer persegi, juga kemudahan lainnya jadi alasan kenapa minat mencari rumah di Malang meningkat pesat. 

Sekarang ini harga rumah dijual di Malang ada di range harga 12 juta rupiah per meter persegi, Mahal juga, ya? Namun hal ini diimbangi juga dengan lengkapnya fasilitas umum yang tersedia. Misalnya saja rumah sakit, pusat pendidikan, mall dan lain-lain. Kalau dari rentang usia,  mereka yang berusia 25 - 35 tahun adalah yang paling banyak pencari  informasi mengenai  rumah di kawasan Klojen dan Blimbing. Ada yang punya minat yang sama juga?


Blitar

Kota ketiga berikutnya yang menyusul Malang adalah Blitar. Jaraknya hanya 80 KM dari barat daya kota Surabaya dan 80 kilometer. Blitar yang jadi kota dimakamkannya presidan pertama RI, IR Sukarno, memiliki luas 32.58 kilometer dengan tingkat kepadatan mencapai 4.100 km2 

Ada sebanyak 2.800 orang yang mencari informasi ketersediaan rumah dijual di kota ini, Soal harga lebih murah dari Malang, dengan range harga Rp 9 juta per meter persegi. Makanya ini juga yang jadi alasan para peminat rumah di Blitar karena rentang harga rumah di Blitar lebih murah dari dua kota sebelumnya. 

Gimana, sudah memutuskan mau pindah dan beli rumah di mana? Surabaya, Malang atau Blitar?
Share:

Tuesday 25 June 2019

Liburan Seru di Terminal Wisata Grafika Cikole

Kalau dulu mendengar kata camping, yang kebayang adalah tidur di dalam tenda beratapkan langit, berselimut udara dingin dan.... risiko basah kuyup kalau tiba-tiba hujan datang meringkus (((meringkus))).

Ya itu dulu banget, Terakhir kali camping model gini waktu kuliah dulu, sekitar awal tahun 2000an. That's long ago. Emang udah lama paka banget.  Makin sini, konsep camping udah bergeser dari pakem lama.  Ga lagi tidur di dalam tenda yang beralaskan terpal. Walau begitu, tetap tidak menghilangkan konsep utamanya yang mendekatkan kita dengan alam.
terminal wisata grafika cikole

Makanya waktu diajakin wikenan di Terminal Wisata Grafika Cikole (selanjutnya aku singkat jadi TWGC saja, ya), aku menyambutnya dengan hati yang riang gembira.  Soal hujan bukan masalah lagi, karena aku dan teman-teman lainnya yang juga akan menghabiskan akhir pekan di sana akan menginap di dalam ruangan. Semacam pondok yang ada di tengah hutan. Let's say ini kayak pengalaman Snow White yang kabur dari kejaran Malaficent, emak tirinya yang punya kadar iri dengki dengan level maksimal.  Bedanya di sini aman kok dari mesin pemindainya Malaficent. Hahaha lagian hari gini masih ada gitu sosok Malaficent? Ah yang bener aja.
terminal wisata grafika cikole

Tambahan lagi, waktu nginep tempo hari itu di penghujung bulan puasa yang jatuh di bulan Mei.  Saat musim kemarau  yang hangat mendekap bumi.  Kalau mau menghabiskan malam  begadang, ga usah khawatir karena biasanya titik-titik air enggan mendekat. Timing yang sempurna buat staycation di alam terbuka. Ya, kan?

Tapi sebenarnya bukan cuma sensasi nginep ala-ala Snow Whitenya itu yang seru dan menarik.  Ada banyak wahana yang terdapat di sini. Bikin betah berlama-lama dan rasanya berakhir pekan selama dua hari rasanya enggak cukup.  Sayang banget sih kalau cuma pindah tidur aja. 

Bird Park dan Kampung Apache di Terminal Wisata Grafika Cikole

Ketika yang lainnya datang lebih awal di hari kamis sore,  karena urusan kerjaan belum beres, aku baru datang hari jumat siang bersama Umi.  Panas-panasan selama kurang lebih sejam dari meet up point dari jalan Otten terbayarkan sudah dengan kelucuan sekelompok Burung Macau yang menyambutku waktu tiba di Bird Park, spot pertama yang kusambangi begitu sampai di TWGC.  Bukan cuma warnanya yang colorfull, tapi burung-burung di sini jinak, lucu dan bikin betah berlama-lama di sini. 

bird park terminal wisata grafika cikole

Ada semacam perasaan geli waktu mereka mencengkram jari, lalu paruhnya sibuk mematuk pakan mereka yang mirip kuaci bunga matahari.  Sesekali waktu mereka pintah hinggap ke kepala, dan tetep aja sibuk nyari makanan.  

Satu hal saja yang bikin aku deg-degan, gimana kalau pas naik ke kepala, terus mereka pup? Eh beneran ada yang pup gitu. Salahku juga udah suuzhan sama mereka, jadinya beneran kejadian.  Tapi untungnya pupnya jatuh ke tanah, dan sedikit kena sepatu. Seka sebentar dengan tissue basah dan aku lanjut bercanda dengan mereka lagi.  Maunya lama-lama di sini tapi yang lain udah keburu ke luar dan beranjak menuju wahana lainnya.

By the way burung-burung jenis Macau dari Brazil ini usianya bisa berusia sampai puluhan tahun. Tapi berpindah ke Indonesia, usianya jadi lebih pendek, tapi masih cukup tua juga. Ada yang bisa bertahan sampai umur 40an. Amazing ya. 
terminal wisata grafika cikole

Kalau lihat burung yang satu ini aku jadi inget warna kostumnya timnas Brazil, ijo kuning. Padanan warnanya cantiiik banget. Secantik Tarian Samba.

Jangan khawatir, burung-burung di sini masuk ke Indonesia melaui jalur resmi. Selain itu mereka juga mendapat perawatan rutin, seperti pemberian vitamin dan vaksin.  So aman ya.

terminal wisata grafika cikole

Selain Bird Park, buat kamu para penyayang hewan juga bisa main-main dengan burung hantu di Kampung Apache atau ngasih pakan sama rusa di Penangkaran Rusa.  Sama kayak burung-burung di Bird Park, burung hantu di Kampung Apache ini juga jinak, dan ga kalah lucu plus gemesin.

Hilang sudah bayanganku kalau burung yang akrab sama magician Limbad ini adalah burung yang nyeremin. 

terminal wisata grafika cikole

Paling suka sama Si Omi, burung hantu yang paling bontot dari segi usia tapi badanya paling montok.  Omi  lucu banget kalau udah memutar kepalanya sampai 270 derajat. Lentur sekali leher doi!

Main ke Penangkaran rusa ga kalau seru juga, sayangnya aku ngambil waktu yang ga pas. Yang mau main ke sini lagi sepi. Jadinya begitu aku masuk, semuanya lari menyongsong dan ga sabaran nyambar daun dan wortel yang mau ku kasih.  Bukan serem tapi repot dan ga sempet ngajak mereka selfie.  
terminal wisata grafika cikole


Paling geli pas ujung mulutnya kena ke tangan. Ada sensai basah dari ilernya mereka hahaha.... Ga sempet nyium kayak gimana karena aku buru-buru nyeka. Lagian iseng banget ya kepikiran gitu. By the way, rusa ga kenal gosok gigi kayak manusia, kan? Ya udah jangan protes kalau mulutnya smelly *eh masih dibahas?*.

Zip Coaster dan Flying Fox di Terminal Wisata Grafika Cikole



Itu aja?
Enggak, kok. Buat kalian yang pengen nguji adrenalin, wajib banget nyobain Zip Coater dan Flying Fox. Yang paling ekstrim buatku ya Zip Coaster ini.  Bukan cuma karena pertama kali tapi rutenya yang berkelok memutari pepohonan sepanjang 270 meter tapi ketinggiannya juga lumayan biin keder. 
terminal wisata grafika cikole

Asal tau aja pas naik ke tangga nunggu giliran aku sok-sok an kalem nenangin Demia buat maju terus pantang mundur. Padahal ya pas ditanya Masnya yang jorokin (((jorokin))) dari titik luncur aku menghela dulu nafas yang panjang karena titik puncak deg-degannya ada di sini. Wkwkwk.... Ya kayak aku bilang tadi,  ogah kalau harus melambaikan tangan. Yaudah jalani aja. 
terminal wisata grafika cikole

And you know what? it's extremly fun. Aku seneng banget pas meluncur terus ngajak ngobrol inner child kalau uji nyali hari itu baik-baik aja. It's ok karena alat pengamannya beneran terpasang dan terkunci dengan baik.  Ga usah khawatir bakalan jatuh. Aman.  

Sesudahnya aku malah nagih lagi pengen nyobain, apalagi pas mendekati garis finish foto yang diambil kurang maksimal karena tiba-tiba aja rel yang dilalui melucur deras tapi mendarat dengan sempurna.  Demi kepuasan foto, aku rela mengulang lagi zip coaster meski harus deg-degan lagi.  Satu hal saja yang aku sesali, aku kurang gaya. Ini naik zip coaster kok kayak lagi maen ayunan sih? hahaha.....

Ga kalah serunya, wahana flying fox pun wajib dicoba. Hanya saja rutenya lebih pendek dan lurus. Ga pake belok.  Yang ada bikin serem mungkin setelah meluncur kita malah jadi mundur gitu, Ini lumayan nyebelin sih hahaha...


Takut? Jangan lah. Io, bocah anak TK anaknya Yasinta pun bernai nyoba dan kami yang senior (((senior)))) begitu gegap gempitanya menyemangati Io. Tapi mungkin karena berat badannya yang mungil, luncurannya Io ga sederas orang dewasa. Kayak ketahan.
terminal wisata grafika cikole

Info Rate:
  • Flying Fox 1 jalur (125 m): Rp.15.000,-/pax
  • Flying Fox PP (250 m): Rp.25.000,-/pax
  • Bird Park, (Foto Burung Macau): Rp. 20.000,-/pax
  • Zip Coaster: Rp. 50.000,-/pax
Ngomong-ngomong soal hewan, selama staycation di Terminal Wisata Grafika Cikole ada kucing kampung yang nyamperin kami terus (aku nginep satu pondokan bareng Nchie dan Demia).  Saat makan sahur pun kucing ini datang  minta ikutan makan.  Lalu besok paginya seperti udah punya firasat. Ujung-ujug pundung,  kayak ngambek. Dia baper ga suka kami pergi. 

terminal wisata grafika cikole


Ya maaf, Meng. Ku pun kangen dan kehilangan kamu (lebay). Doain kita bisa ketemu lagi, ya.

Malam Api Unggun di Terminal Wisata Grafika Cikole


Sebelum adzan dan beduk maghrib aku kembali ke pondok untuk mandi lanjut dengan buka puasa dan main api unggun.  Dinginnya udara Lembang jadi tersamarkan.  Jagung rebus dan retihan api dari api unggun  bikin betah. Nyaris lupa kalau aku harus buru-buru tidur kalau ga mau kesiangan bangun sahur. 




terminal wisata grafika cikole

Info Rate
  • Bandrek/Bajigur: Rp. 7.500,-/net/pax
  • Jagung Mentah: Rp. 7.500,-/net/pcs
  • Api Unggun sudah termasuk paket bersama, kecuali kalau masih mau nambah, kena charge Rp. 75.000,-/ikat
Dan beneran aja, aku beneran betah begadang. Sekitar jam 01.30 dini hari, aku beneran bisa tidur. Itupun maksain diri karena inget besoknya harus bangun sahur dan masih ada  acara tracking hutan. Huhuhu... jangan sampai kesiangan.

Di postingan berikutnya aku akan ceritakann fasilitas kamar,  keseruan tracking hutan dan spot-spot lainnya untuk wisata selfie. Sayang banget kalau dilewatkan.  Kapan? Segera, kok. 


Share: