Sakit Kepala, Anemia dan Imunitas

Beberapa hari terakhir ini stamina saya lagi geje alias ga jelas.  Ada kalanya beberapa hari direcoki insomnia. Bahkan ketika Cinderalla mungkin harus mengendap masuk ke rumah, saya masih seger. Untungnya saya bukan ibu tiri atau satpam apalah yang bakal ngomelin dia.  Lagian  ga ada juga itu Cinderella di rumah saya.  Huehehe.
http://www.catatan-efi.com/2016/04/sakit-kepala-anemia-dan-imunitas.html

Lalu kondisinya berbalik beberapa hari terakhir ini. Jam 9 malam saya mulai merasa lemes,pusing-pusing dan bawaannya pengen segera tidur.
Rencana mau nonton tv atau mengetik jadi tertunda. Ga bisa fokus dan hilang mood buat mengerjakan apapun. Saya keburu tidur pulas sampai subuh menjelang.  Apalagi kalau pas siklus bulanan.  Udah deh, bisa nambah jam tidurnya. 

Umur ga bisa boong, ya.  Iya sih,  waktu saya masih unyu juga ga powerfull kayak Wonder Woman *dipelototin Wulan Jamila* Pola makan saya mulai ngaco padahal dokter udah ngewanti-wanti kalau alergi saya itu parah.

Tadinya, saya pikir pusing-pusing itu karena efek lampu yang dimatiin pas tidur. Soalnya pernah tuh pas saya tidur dengan lampu dalam keadaan nyala, bangunnya ga terlalu pusing. Tapi waktu saya ceritain ini sama dokter David,  beliau bilang enggak mungkin.

Justru hormon melatonin itu harus optimal terbentuk pas malam hari dan tidak boleh terdistraksi oleh nyala lampu. Eh, ternyata saya ngalamin juga pusing-pusing pas bangun tidur setelah malamnya tidur dalam keadaan lampu yang menyala. Asumsi saya merasa pusing karena lampu gelap  tidak berlaku.

Waktu itu juga dokter memeriksa kondisi pembuluh darah saya.  Caranya kuku jari tangan saya diolesi semacam minyak gitu lalu dipindai dengan semacam scanner kecil yang terhubung ke komputer.

Ternyata bukan rambut aja yang bisa keriting. Pembuluh darah juga! Kebayang kan aliran darah ga smooth alias lancar mengalir karena jalannya yang terganggu. Sayangnya pembuluh darah ga bisa pake catokan biar lurus kayak rambut :)

"Harusnya kalau kamu sehat, pembuluh darah kamu tuh ga kriwil gini.  Lurus aja,"  kata dokter sambil menunjukkan contoh kondisi pembuluh darah yang sehat di file komputer.

Karena ga jelas apa penyebabnya, akhirnya saya disuruh mengambil tes hematologi,   GOT,  GPT dan Gamma GT. Saya diberi surat rekomendasi untuk menjalani tes ini di lab Prodia.  Untuk ke-4 tes ini dikenai charge 296.000. Tadinya saya memperkirakan budget yang diperlukan sekitar 500.000an. Ya lumayan, lebih murah dari estimasi sebelumnya hehehehe.

Saya diambil darah setelah sebelumnya diharuskan puasa selama 10-12 jam pengambilan sample darah. Jam 10 malam sebelum tidur sampai besok paginya saya beneran puasa. Lumayan lemes juga menahan diri bahkan untuk minum seteguk air.  Ritual minum perasan lemon pun hari itu saya skip.

Hasil tes labnya bisa selesai sore harinya,  tapi berhubung sayanya mager buat ke luar lagi,  jadilah saya ambil besok harinya (maklumin aja,  jalanan Bandung yang macet kalau ga urgent buat dilalui mending diem di rumah aja).   Hasil tes labnya dikemas dalam amplop yang bersegel.  Mau ngintip antara harap-harap cemas dan segen.  Harap-harap cemas, saya rada parno takutnya ada apa-apa gitu dengan hasil labnya.  Segen, ya karena hasil labnya ditujukan lamgsung buat dokter.  Ya udahlah saya tunggu dokter aja yang unboxing amplopnya.  (lah ini kan amplop,  bukan gadget,  Fi).

So,  kemarin siang akhirnya saya datang lagi menemui dokter David buat menunjukan hasil labnya.

"Kamu anemia dan kekurangan vitamin B Komplek, " gitu kata dokter.

Tadinya  saya ga curiga kalau saya direcoki masalah ini. Hadeuh, kok ga kepikiran, ya? Untuk diagnosa yang lebih meyakinkan,  nurse yang mendampingi dokter memeriksa tensi saya.  Yup. Positif deh saya anemia. Tensi saya cuma 100/70.

No wonder, saya suka merasa kliyengan dan sakit kepala terutama di bagian belakang kepala. Beberapa hasil menunjukan hasil di bawah standar nilai rujukan, 

Lagi-lagi nasihat yang sama saya denger lagi dari dokter hari itu. Saya harus lebih aware sama makanan yang saya konsumsi . Karena itu tadi,  alergi yang lumayan akut. Sejak semula dokter sudah mencurigai saya terkena gejala autoimun.  Selain lupus ternyata masih banyak lho penyakit lainnya yang masuk kategori autoimun.

Dari beberapa gejala soal autoimun ini memang ada diantaranya yang saya alami. Belum pasti seperti apa karena belum menjalani semua  tes yang dianjurkan (baru tes  alergi, GOT dan GPT). Diagnosa lebih akurat akan didapatkan kalau semua tes sudah dilalui. Jujur, saya masih semacam diliputi  perasaan penasaran tapi ngeri buat melaluinya.

Dari hasil kekepoan saya soal autoimun ini akhirnya mengantarkan saya berkenal dengan Mbak Asni. Pasien autoimun jenis SLE (Systemic Lupus Erythematosus) yang  berhasil sembuh.

Foto Mba Asni sebelum terkena SLE.

Kondisi mba Asni setelah terkena SLE.  


Sempat keguguran namun tetap konsisten menjalani terapi dan kembali hamil dan melahirkan bayi yang sehat. 

Bandingkan kondisi mbak Asni sebelum dan sesudah terapi.  FYI,  mbak Asni sekarang konsisten

Setelah ngobrol japrian di inbox, saya mendapat izin dari beliau untuk menunjukan perbandingan before-after setelah menjalani terapi. Tuhan Maha Baik, tidak akan pernah menyia-nyiakan usaha hambaNya. There is a will there is way, right?

Yang perlu saya lakukan sekarang adalah lebih gigih menghindari makanan pemicu alergi (susah emang, atau saya kurang komit ini, ya?) dan Konsisten menjaga pola hidup  lebih  baik.  Setelah sebelumnya saya sempat cheating menyalakan kembali lagi lampu ketika tidur, semalam saya mencoba terlelap dalam keadaan gelap agar hormon melatonin dalam tubuh saya bekerja lebih optimal.


O, ya kalau bingung apa hubungannya alergi makanan,  dan autoimun,  seperti ini penjelasannya dari dokter David,  dokter di klinik DF di mana saya sebulan sekali kontrol secara rutin.

Makanan memengaruhi  kualitas hidup kita. Ini adalah ajaran paling kuno dari bapak kedokteran Hipocrates.

Dengan pengetahuan yang semakin berkembang ternyata teori ini sangat terbukti dengan sempurna dalam  aspek kehidupan kita.

Berawal ketidak tahuan akan food allergy, kita akan mengalami gangguan pencernaan. Kondisi ini akan terus memburuk karena kita tidak tahu makanan pencetus alergi namun terus dimakan. Hingga akhirnya terbentuk sebuah kondisi gangguan microflora usus yang dikenal sebagai dysbiosis.

Dysbiosis akan terus menerus berlanjut hingga menjadi leaky gut. Lalu terjadi kebocoran micro pada serabut usus dan menyebabkan makanan tidak tercerna dengan baik dan masuk ke dalam system darah, sehingga dikenal tubuh sebagai benda asing. Makanan yang tidak bisa dicerna ini akan diserang oleh sistem pertahanan tubuh. Ini yang disebut reaksi alergi.

Pada awal mulanya badan kita masih hebat. Ia  mampu mengenali diri sendiri dan musuh. Tapi kemudian pada akhirnya akan rusak seluruh pengenalan itu dan menyerang siapapun. Ini yang disebut penyakit autoimmune atau diri sendiri menyerang diri sendiri karena gagal mengenali diri sendiri dan musuhnya.

Saya sudah mengenali beberapa makanan pencetus alergi,  meski masih menggunakan tes alergi yang sederhana. Tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali, kan? 

16 Comments

  1. Catatan juga utk saya. Kudu makan dan pola hidup sehat ya itu intinya mah. Sehat selalu ya teh Efi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih, kacau banget pola makanku sekarang ini, Tian. Aamiin. Sehat selalu juga buat Tian dan keluarga, ya.

      Delete
  2. Wah. Ada yang bilang kalo alergi jangan terlalu diturutin. Ternyata perlu waspada supaya gak autoimun ya? Tfs.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, aku juga pernah denger soal ini. Kebal tapi jadi menyerang diri sendiri. Ngeri, ya? Sama-sama, mbak. Semoga bermanfaat, ya ^_^

      Delete
  3. Wah,kemana komen tadi yaa? Perasaan tadi dah diketik hihi. Anyway, trims for sharing Mb Efi :) ini menambah wawasan saya ttg autoimun

    ReplyDelete
    Replies
    1. SAma-sama, Mbak. Jadi kepo, tadi ngetik apa, ya? hehehhe

      Delete
  4. Hmmm, jadi pengingat juga untuk diri aku sendiri niihh. Sehat-sehat terus ya Teh Efiiii. Makasi sharingnyaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Mbak Adriana. Sehat itu mahal. Aset utama kita buat bekerja, bersilaturahmi, semuanya, deh.

      Delete
  5. Saya juga sering pusing dan punya kecenderungan anemia. Baru tau soal SLE ini. Kudu lbh aware lg utk jaga kesehatan. TFS Mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksudku anemia ga berarti behubungan, lho. Cuma kebetulab aja mengalami hal ini bersamaan dan soal imunitasku baru dugaan. Perlu tes lab menyeluruh biar akurat. Mudah-mudahan ga seperti yang dikhawatirkan.

      Delete
  6. Kalo badan kerasa gak fit, memang bawaannya males ngapa-ngapain, ya, Teh. Pengennya, sih, sehat terus hi..hi..hi
    Tapi memang benar, kondisi badan kita dipengaruhi oleh pola makan kita. Semua berawal dari makanan. Oleh karena itu, sebaiknya kita hati-hati dengan apa yang kita konsumsi, ya, Teh.
    Oh iya, syafakillah Teh, semoga cepat pulih kembali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, teh. Iya,beneran nih sehat itu aset penting.

      Delete
  7. noted mak...pengalaman berharga yang perlu kita perhatikan ya. Jangan abaikan symptoms..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, mak. Kita suka sok jago dan nyuekin sinyal dari tubuh kita, yah.

      Delete
  8. omg,ga bisa disepelein ternyata alergi itu ya mbak... aku sih untungnya ga ada alergi (setauku).. tapi anak2 ada nih, turunan dari papinya -__-.. bener2 harus dijaga bgt pola makan mereka berarti..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mak. Jangan disepelelan. Alhamdulillah dirimu ga punya alergi. Beneran nih pepatah yang bilang you are what you eat.

      Delete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.