Pernah memerhatikan ga beberapa waktu tahun yang lalu kalau ada siaran berita, di pojok bawah layar tv kita akan melihat inset, seorang laki-laki atau perempuan menggerak-gerakan tangan, kadang mengepal, mengacungkan beberapa jari kadang ke atas, ke samipng atau bulatan yang dibentuk dengan menghubungkan jari tangan?
Iya, itu bahasa isyarat. Semua juga tau atuh, ya.
Bagi yang mengalami masalah penglihatan tapi masih bisa mendengar atau tidak bisa mendengar tapi bisa mellihat mungkin masih bisa menyaksikan acara tv atu berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Tapi lain ceritanya kalau mengalami kedua masalah, tunanetra dan tunarungu. perlu kesabaran yang ekstra untuk bisa bercakap-cakap dengan orang-orang di sekitarnya.
Coba inget deh pas aliran listrik di komplek rumah mati berjam-jam. Dunia gulita, seperti dihempaskan ke masa ratusan sebelum peradaban. Ga ada siaran tv, atau radio. Makin merana kalau pas kebetulan lappy dan gadget kehabisan batre. Duh....
Coba inget deh pas aliran listrik di komplek rumah mati berjam-jam. Dunia gulita, seperti dihempaskan ke masa ratusan sebelum peradaban. Ga ada siaran tv, atau radio. Makin merana kalau pas kebetulan lappy dan gadget kehabisan batre. Duh....
sumber: examiner.com |
Tapi kalau dibandingkan dengan seseorang yang mau saya ceritain, terputus dengan dunia luar sesaat buat kita itu ga ada apa-apanya. Ya anggap aja itu cara lain buat kita berempati. Merasakan kalau di daerah terpencil sana, yang belum tersentuh putaran waktu yang sudah modern. Atau tidak bisa merasakan seutuhnya jaman yang sudah segitunya modern.
Itu sepertinya yang pertama kali dirasakan oleh Helen Keller. Mulanya, Helen ini terlahir normal dan menunjukan pertumbuhan yang menawan. Bayangin saja, saat usianya baru 6 bulan ia sudah mulai berbicara dan berjalan di usia 1 tahun.
Itu sepertinya yang pertama kali dirasakan oleh Helen Keller. Mulanya, Helen ini terlahir normal dan menunjukan pertumbuhan yang menawan. Bayangin saja, saat usianya baru 6 bulan ia sudah mulai berbicara dan berjalan di usia 1 tahun.
Tapi ternyata Tuhan punya rencana lain. Helen yang kelak dikenal sebagai wanita hebat yang menguasai berbagai bahasa isyarat dan menulis buku yang terkenal The Story of My Life.
5 Bulan sebelum berulang tahun kedua, puteri kedua dari pasangan Arthur H Keller dan Katherie Adam Keller ini terkena demam hebat yang membuatnya kehilangan kemampuan mendengar dan melihat. Pertanda ini diketahui oleh ibunya Katherine ketika Helen tidak bereaksi saat terdengar bunyi bel atau gerakan tangan yang dikibaskan di depan wajahnya.
Setelah menempuh jalan berliku untuk menemukan solusi, bahkan sampai membuat mereka terhubung dengn penemu telepon, Alexander Graham Bell. Waktu itu, Bell memang sedang menangani anak yang menpunyai kasus tunarungu. Dari Bell ini, kedua orang tua Helen dianjurkan untuk datang ke Perkins Institute for the Blind, yang kelak mempertemukan Helen dengan Anne Sullivan, guru sekaligus sahabatnya.
Bukan urusan yang mudah ternyata buat Anne mengenalkan dunia pada Helen. Keterbatasan yang dialaminya kerap membuat Helen frustasi dan sering mengalami tantrum, menyerang siapa saja. Anne yang gigih tidak mau menyerah, meski direcoki Katherine yang ga tegaan dan Arthur yang punya latar belakang militer tapi terkesan kurang peduli memperjuangkan masa depan Helen. Mungkin karena masa itu kasus yang dialami Helen termasuk yang baru dan langka, ya? Makanya mereka sempat meyangsikan program yang direncanakan Anne untuk Helen.
Pertama kali bertemu, Anne memberi boneka pada Helen dan mengenalkan mainan anak perempuan cantik itu dengan bahasa isyarat yang dibuatnya. D-O-L-L, dengan isyarat tangan yang disentuhkannya pada telapak tangan Helen dan suara yang diucapkan adalah komunikai pertama di antara keduanya. Selalu begitu setiap Anne mengenalkan sesuatu yang baru.
Gampang? Tidak. Di sisi Anne juga keukeuh ingin mengajarkan Helen etika makan. Anne ingin kelak Helen bukan hanya bisa berkomunikai, tapi juga menjadikan Helen wanita yang anggun, wanita yang terhormat an kayak bergaul dengan orang normal meski hidup dengan keterbatasan. Dulunya Helen mengambil makan serampangan, dari piring siapa saja yang dia mau. Ayah, ibu, bahkan Jim,kakanya. Lain waktu, Helen dengan cueknya menjatuhkan buaian adiknya yang maih bayi dan tidak peduli seberapa keras adiknya menangis kesakitan.
Anne sempat bete dan sebal dibuatnya. Lalu ia pun meminta tinggal di cottage khusus, berdua saja dengan Helen. Tinggal di tempat khusus juga bukan sesuatu yang mudah dan menyenangkan. Anne kerap diludahi dan diserang oleh Helen. Malam berikutnya, Anne harus bersusah payah membujuk Helen yang ngumpet di bawah ranjang saat sehrusnya mata terpejam melepas penat dan kantuk. Bahkan sampai batas waktu masa mengajar yang ditetapkan, Helen masih menunjukkan perkembangan yang diharapkan. Katherine dan Arthur tidak sabar, nyaris pasrah.
Anne sempat bete dan sebal dibuatnya. Lalu ia pun meminta tinggal di cottage khusus, berdua saja dengan Helen. Tinggal di tempat khusus juga bukan sesuatu yang mudah dan menyenangkan. Anne kerap diludahi dan diserang oleh Helen. Malam berikutnya, Anne harus bersusah payah membujuk Helen yang ngumpet di bawah ranjang saat sehrusnya mata terpejam melepas penat dan kantuk. Bahkan sampai batas waktu masa mengajar yang ditetapkan, Helen masih menunjukkan perkembangan yang diharapkan. Katherine dan Arthur tidak sabar, nyaris pasrah.
Sebenarnya sih sudah ada progresnya. Bahkan ketika tidur pun Helen seperti ngelindur. Tangannya menggerakan isyarat tertentu seperti yanng sudah Anne ajarkan sebelumnya.
Tapi Anne Sulivan tidak mau menyerah
Air menjadi media yang memecahkan kebuntuannya. Dalam kekalutan yang melanda, Anne membawa Helen ke pompa air dan membiarkan tangan gadis kecil itu basah oleh air. Di sisi telapak tangan lain, Anne mengeja isyarat w-a-t-e-r untuk air dengan isyarat jari, seperti yang dia ajarkan. Air ternyata memudahkan Helen memahami dunia dan berkomunikasi. Helen tersenyum senang, ia bisa mengenal nama, sesuatu, seseorang lewat sentuhan, dan merasakannya. Lalu Helen mengulangi isyarat yang sama di telapak tangan Anne. Anne pun mengajarkan objek lain termasuk panggilan ibu untuk Katherine dan ayah untuk Arthur.
Tapi Anne Sulivan tidak mau menyerah
Lalu keajaiban itu muncul. Tuhan Menjawb doa dan usaha yang tidak terputus
source: youtube |
Bisa dibilang hari itu adalah titik balik buat Helen. Helen menemukan dunianya. Ia tidak merasa kesepian dalam hening dan warna-warna yang mungkin hanya tahu hitam dan putih saja. Pada perjalanan waktu, Helen bukan saja mempunyai kemampuan mengagumkan untuk membca gerakan mulut, membaca huruf Braille, atau mengeja isyarat dengan jari. Di usianya ke-21 Helen berhasil menyelesaikan buku perdananya "The Story of My Life" dan saat usianya menginjak 24 taun Helen menyelesaikan kuliahnya dengan predikat cum laude..
Helen juga kerap memberikan kuliah umum, aktif di organisasi kemanusiaan dan aktivitas lainnya. Coba deh cari tahu filmnya tentang Helen di youtube. ada kok link film full version untuk kepoin ceritanya beliau. Dan suer, saya ikutan meleleh pas lihat adegan Anne Sulivan memompa air dan mengenalkan panggilan ayah - ibu pada Helen. Rasanya saya seperti ada di sana menyaksikan momen itu.
Saya jadi teringat ungkapan yang selalu saya suka, Everything Happens for a reason. Kalau saja saat itu Katherine, Arthur dan Anne menyerah, bukan saja membuat masa depan Helen Keller tetap pekat dan sepi untuk semur hidupnya, tapi bisa juga perlu waktu lama untuk menemukan Helen Keller lainnya mengubah dunia mereka yang diuji dengan keterbatasan tidak bisa melihat dan mendengar dan tetap berkarya. Keterbatasan, berbeda dengan yang lainnya sejatinya bukan halangan untuk bercerita pada dunia. Ini lho mereka. Mereka bukan beban, tapi juga bisa berbagi, sama dengan yang normal, membuat dunia jadi lebih baik.
Orang mungkin lebih mengenal Helen Keller sebagai wanita yang megubah dunia. Saya tidak meragukan itu. Tapi orang-orang di belakang mereka seperti orangtua dan gurunya, Anne Sullivan juga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. Dibalik kisah kesuksesan, pasti akan selalu ada orang di belakang layar yang berperan.
referensi: http://www.biography.com/people/helen-keller-9361967#death-and-legacy
referensi: http://www.biography.com/people/helen-keller-9361967#death-and-legacy
Aku juga suka banget dengan kisah Hellen Keller ini Mak. Inspiring ya :)
ReplyDeleteTosss, Mak. Aku jadi pengen baca bukunya nih.
DeleteAku pernah nonton tapi swtwngah
ReplyDeleteLanjutkan Cici. Jangan kepalang :D
DeleteDari reviewnya keren. Tapi itu ada subtitle Indonesianya ga? o_O
ReplyDeleteSayangnya ga ada, Mbak. Tapi sebagian besar dialognya bisa dimengerti, kok. Ga pake kosa kata yang sulit.
DeleteJudul filmnya apa sih?
ReplyDeleteHelen Keller: The Story of My Life, Mas. Ada yang versi kartunnya juga.
DeleteKeren yah orang2 yg dibelakangnya Hellen, sabarnya banget, kan pasti usaha bertahun2 utk melatih Hellen..
ReplyDeleteBanget, Mak. Di belakang orang yang sukses sebenarnya ada orang-orang hebat yang mendukung, ya. :)
DeleteAku pernah nonton filmya. Hellen Keller dapat Guru yang habat, orangtuanya pun hebat...makanya Hellen juga tumbuh dan menjadi orang hebat.
ReplyDeleteIya, Mak. Aku jadi kagum sama Anne Sulivan. Kalau ga ada dia, mungkin kita ga akan kenal sosok Helenn, ya.
Deletesaya udah nonton filmnya, ga kebayang deh...betapa capenya mengenalkan dunia pd Helen. semua itu ga akan mungkin tanpa cinta
ReplyDeleteIya, Mak. kalau ga pake cinta dan sepenuh hati, ga kebayang ya bisa memoles Helen jadi sosok inspiratif gitu.
DeletePenuh dengan inspirasi ya mbak.. kereenn deh Hellen Keller : The Story of My Life
ReplyDeleteIya, mbak. Malu ya ktia yang ga punya keterbatasan kalau sampai kalah semangat sama Helen.
DeleteAku ya..tau kisah ini dari novel Tere Liye dulu yg judulnya Bunda.... (lupa). Terus gak taunya banyak yg kritik bilang novel Tere Liye ini ngejiplak kisahnya Hellen Keller. NAH... Aku gugling deh siapa sih Hellen Keller ini dan bertemulah Aku dengan novelnya ini. Kisahnya lebih bagus dan hidup ketimbang novel TL ternyata. Hehehe...telat banget ya aku
ReplyDeleteHehehehe iya mbak. Kisah Helen ini lebih seru daripada novelnya TL itu *duh maaf mas TL :D* Aku malah baru tau kalau novelnya dituding menjiplak. Alurnya rada mirip, sih :)
DeleteInspiratif banget ya, blm pernah nonton
ReplyDeleteHarus nonton, Mak :)
Delete