Sabtu, tanggal 14 Februari
kemarin jadi hari yang spesial
banget buat saya. Pasalnya saya dapat undangan spesial dari Mizan untuk dua acara bersamaan yang diselenggarakan di Clarity Hotel, Cihampelas. Yang pertama
adalah Training Motivasi yang menghadirkan
motivator Jamil Azzaini, lalu
dilanjutkan dengan acara Gala Dinner dengan
konten acara yang tidak kalah
kerennya, Sharing Session bersama Rendy
Saputra (hayooo, ada yang familiar dengan trainer muda ini?), Ika Kartika Sari
pemilik Keukeu Fashion dan Launching produk
dan perayaan 10 tahun Halo Balita.
Gimana ga asik, coba? Dapat
undangan, makan enak trus kesempatan buat nyerap ilmu yang berlimpah? Makanya, saya girang, pake
banget dan kepengin sharing di blog.
Well, biar cerita ceritinya ga berasa dikejar-kejar shinkansen ( absurd, deh), oleh-olehnya saya bagi jadi 3 posting aja. Biar saya enjoy buat berbagi. Deal, ya? Buat postingan pertama, saya sharing sesuai run down, cerita dari Seminat Motivasi bareng Jamil Azzaini.
Istilah move
on sudah bukan sesuatu yang asing lagi buat kita. Tapi ternyata yang namanya move on itu bukan monopolinya yang galau, atau time line hidupnya lagi terjun bebas.
Kita yang merasa fine-fine aja juga harus
move on. Kok bisa, ya? Iya lah.
Secara kita mahluk hidup. Hidup itu
dinamis, pasti ada perubahan, ada yang
tumbuh. Kalau kita diam saja, kita bisa kesalip atau kelindas.
Sejatinya manusia itu seperti tanaman yang bertumbuh. Perlu pupuk agar terus tumbuh kuat berakar,
dan ranum berbuah. Pupuknya cuma satu, ilmu. Dan seharusnya yang berilmu itu sepeti padi, semakin berisi,
semakin merunduk, bukan jadi jumawa
yang bikin sebel orang. Makanya agar
bisa move on terus, kita perlu 4
ON. VisiON, ActiON, PassiON,
CollaboratiON
VisiON
Visi kita harus jelas dan tidak plek cuma fokus sama dunia saja. Saya jadi pengin ngutip salah satu quotenya Kang Emil, wali kota
Bandung (duh suer, nih Mr Mayor emang
inspiring). Always do your best. What you plan now,
you will harvest later.
Apa hubungannya sama vision?
Visi adalah cita-cita, mimpi, apa yang
ingin kita capai nanti. Biar fokus, visi
harus terarah dan jelas. Kalau mau jadi dokter, ya kuliah di fakultas
kedokteran. Jangan kuliah di fakultas
ekonomi. Jaka sembung, ga nyambung.
So, mimpi itu butuh ilmunya, kan? Itu
visi dunia. Bakal lebih afdol
lagi kalau visi itu ditulis.
Yang namanya visi juga bakal
mempengaruhi hormon. Pernah ga ngelihat postingan teman foto-foto
makanan? Ada yang bisa bikin kita ngeces, atau
tiba-tiba merasa ada sensai asam
atau pedas saat melihat rujak?
Saya juga kadang bergidik,
merinding saat melihat gambar ular, atau cacing yang sedang
menggeliat. Hiiiy...... Visi yang dibuat dan gue banget akan menggiring
otak kita untuk mewujudkannya.
![]() |
apa visi kita? |
But anyway, kita adalah orang muslim, bukan seorang atheis yang tidak percaya hari kebangkitan. Sayang kalau
isi kita cuma sebatas urusan dunia saja. Harus punya visi yang jelas
untuk akhirat juga. Dan ini bikin saya sukses merenung,
dalam..... Siapa yang tidak mau masuk surga?
Semua orang, pasti mau. Tapi sekali lagi, visi alias mimpi harus
spesifik. Kalau kita bisa segitu
hebohnya ketemu seleb yang dadah-dadah
sama fans, kenapa kita tidak
terobsesi bertemu dengan
seseorang yang sangat care, peduli banget dengan kita? Dalam tarikan nafas
terakhirnya, dalam kebangkitan awalnya
setelah kiamat nanti yang diingatnya cuma umatnya. Ya, Rasulullah. Kalau bertemu dengan orang penting kita menyiapkan diri semaksimal mungkin,
mestinya ketemu Rasulullah
harus disiapkan lebih total, serius.
Duuuh, persiapan saya sudah sejauh apa?
T_T
![]() |
tulis visimu |
ActiON
Action speak louder. Yup, visi tanpa aksi adalah omdo. Harus
direalisasikan dengan aksi nyata. Aksi berupa kerja keras, kerja cerdas dan
kerja ikhlas. Soal kerja keras, semua juga tahu. Tidak sedikit yang
kerja dari pagi dan pulang malam
untuk mencari rejeki yang halal.
Tapi kalau tidak ada ilmunya
(lagi-lagi ilmu) hasilnya kurang poll, ga ngejoss. Kerja keras harus dibarengi kerja cerdas. Jeli membuat skala prioritas, berusaha fokus dengan
visi kita, lebih fokus dengan
kemampuan dan kelebihan yang sudah Allah berikan, tekan tekan enter. Maksudnya langsung eksekusi, bukan gimana
entar. Lalu juga dengan kerja
cerdas membuat kita sibuk berpikir
bagaimana. Misalnya nih kalau seorang pengusaha, dia bakal berpikir gimana caranya menaikan omset bisnisnya, cari cara biar
produk jualannya laris. Bukan menggalau
kenapa begini kenapa begitu.
Do the best, and let God do the rest.
Kalau semua usaha terbaik sudah
kita kerahkan, serahkan pada Allah.
Bersihkan hati kita dan percaya
Allah bersama kita, enggak bakalan
menyia-nyiakan ikhtiar kita. Nah ini baru kerja ikhlas. Ngomongin soal ikhlas
juga, jangan lupa untuk berbagi kebahagiaan orang, berbagi rejeki dan yakin deh
bakal banyak pintu kemudahan yang bakal terbuka. Ingat konsep
matematika rejeki?
PassiON
Semakin saya baca cerita orang sukses,
semakin saya menemukan banyak
persamaan. Jadi teringat obrolan saya dengan seorang teman penulis, Hani. Mereka
yang mencintai pekerjaannya akan total, all out alias sungguh-sungguh
dengan pekerjaannya. So, beruntunglah kalau sudah menemukan pekerjaan yang
dicintainya. Memang benar,
pekerjaan yang asik itu adalah hobi yang dibayar (lagi-lagi saya ngutip twitnya Kang Emil).
Kerja sesuai passion itu bukti bersyukur sebab
mengoptimalkan kelebihan dan talenta yg diberi oleh-Nya
—
HiduplahSuksesMulia (@JamilAzzaini) February
17, 2015
Selalu orang yg saya temui dan punya karya
besar karena mereka kerja sesuai dengan passion
—
HiduplahSuksesMulia (@JamilAzzaini) February
17, 2015
Banyak hal yg bisa membuat menangis di negeri
ini. Tetapi juga masih banyak hal baik yg bisa kita
perbuat
— HiduplahSuksesMulia (@JamilAzzaini) February
16, 2015
Enggan bekerja bukan berarti itu bukan passion
Anda. Jangan-jangan karena Anda sebenarnya pemalas
— HiduplahSuksesMulia
(@JamilAzzaini) February
15, 2015
Masih
ada jutaan pengangguran, syukurilah bila Anda masih bisa bekerja. Jauhi
mengeluh agar terbiasa bersyukur
— HiduplahSuksesMulia
(@JamilAzzaini) February
15, 2015
Eh tapi
bukan berarti kita setengah hati
dengan pekerjaan yang tidak kita sukai. Balik
lagi dengan konsep kerja iklhas, lihat
sisi positifnya. Masih banyak yang
nganggur, tidak punya pekerjaan atau kehilangan pekerjaan. Kesimpulannya, kerjakan apa yang kita cintai dan cintai yang yang kita kerjakan. Anyway, saya pernah ada di posisi ini juga, lho. Suntuk dengan pekerjaan yang membuat saya merasa stres. Syukurlah, saya sudah menemukan
passiON saya, jadi seorang blogger :)
CollaboratiON
Karena kita adalah mahluk sosial,
enggak bisa sendiri. Utamakan
konsep Kita, bukan aku. Makanya kita
harus membangun networking. Cari teman
yang visinya sama, yang bisa menularkan
semangat positif. Kalau belum
bisa memberi pengaruh yang
psotif, carilah teman atau komunitas yang bisa memberi
pengaruh positif. Ah bener, nih. Yang namanya mood itu emang menular. Mereka yang punya aura positif
adalah seseorang yang bisa bermanfaat di lingkungannya. Bukan orang
yang disyukuri sat tidak ada atau
dimisuhin saat hadir. Amit-amit, deh.
Enggak banget, ya.
Dengan kolaborasi kita akan saling menguatkan. Ilustrasi
yang simpel bisa kita lihat alam
semua pertunjukan konser. Harmoni yang cantik antara pemain piano, biola dan gitar punya karakter yang berbeda tapi
bisa jadi komposisi yang cantik untuk
menghadirkan alunan lagu yang indah.Kolaborasi
juga bukan soal pekerjaan, tapi juga kerjasama yang dibangun dari rumah, antar suami dengan
istri, orang tua dengan anak, kakak dengan adik.
![]() |
agar semakin ON |
Ah ya, jangan lupakan juga
kolaborasi kita dengan Allah. Yakinkan hati apa yang kita kerjakan disukai Allah. Jangan asal kolaborasi. Yang namanya penjahat macam mafia juga mereka berkolaborasi untuk
mewujudkan rencana mereka, kan?
Tapi saat rencana
kejahatan dilakukan, yang hadir bukan Allah, tapi itu tuh mahluk jelek
yang bertanduk. Pas bener sama sebuah hadis yang bilang kalau Allah adalah yang ketiga
ketika dua hamba berkolaborasi selama
tidak berkhianat. Jika ada yang berkhianat, Allah akan keluar dan setan yang masuk. Hiiiy, naudzubillah.
jadi nyesel ga ngikut, padahal materinya bermanfaat nih buat saya yang lagi mengevaluasi diri
ReplyDeleteHeuu, sayang euy, Hilman. Bisa baca bukunya yang ON. Lebih komplit materinya. :)
Deleteberarti saatnya move on :)
ReplyDeleteSalah satunya dari kisruh status akhir tahun kemarin itu, ya? hehehe #moveon :D
DeleteTime to mov on, man
ReplyDeleteYoi, mup on, yuk :)
Deletepertama kali baca buku ON karya kek jamil, saia getol bgt harus Move ON dg 4 ON. apalagi terbawa suasana syahdu khas kek jamil di seminar ON. masih berusaha keras smpe sekarang, doakan ya mbak hehe :D
ReplyDeleteWiiih, ekspresif banget kalau nyimak seminarnya Jamil Azzaini. Ga ada istilah ngantuk :)
Deleteeh iya, lupa. Aaamiin, semoga selalu ON :)
Deletejadi inget dulu pernah bertanya "Aku ini hidup untuk apa? untuk siapa?"
ReplyDeletedan kebetulan ini nyambung dengan tulisan saya di http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com/2015/02/visi-dan-misi-hati-putih.html
semoga kita semua bisa move on ya dan menjadi lebih baik
amin
salam kenal mak
hehe
Salam kenal juga, mak. meluncur aaaah :)
Deleteayooo kita move on... ^_^
ReplyDeleteYuk kita kemon :)
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteHaru move on sekarang nih ^^
ReplyDeleteIya, sekarang aja, yuuk
DeleteNuhun sharingnya... Rumus 4 ON untuk Move On itu emang pas banget untuk diterapkan dalam kehidupan. Baca ini jadi banyak bahan renungan. Benarlah yg dikatakan, :ikatlah ilmu dengan menuliskannya". Jadi yang baca masih kecipratan manfaatnya :)
ReplyDeleteSami-sami Euis :) Iya harus dicatet, biar ga lupa.
DeleteIkutan Move on teh dong..... :)
ReplyDeleteYuk, move on :)
DeleteBagus teh.jangankan visi misi hidup.rumahtangga aja hrs ada visi misinya#eh
ReplyDeleteThank you mbak.
ReplyDelete