Posting
kali ini saya pengen cerita tentang seorang
jemaah haji Hiks, rasanya seperti tertampar, bikin saya jadi malu.
Malu karena kalah semangat
oleh seorang abah yang
beusia 82 tahun. Kalau beberapa waktu
lalu kita terpukau
dengan aktingya Reza Rahadian
dalam film Emak Ingin Naik Haji, maka
judul yang pas buat kisah
nyata ini sepertinya adalah Ketika Abah Pergi Haji.
Saya mendengar kisah Abah ini sewaktu menghadiri kajian Majelis Percikan Iman di masjid Al Murasalah, Komplek Telkom yang berada di kawasan Geger Kalong. Dalam pembukaan ceramahnya, Ustadz Aam Amirudin yang lebih sering disapa Pak Aam oleh jamaahnya bercerita tentang Abah ini.
Abah, adalah jamaah
haji ONH plus tahun 2014 ini.
Yang istimewa dari Abah adalah
usianya yang mencapai 82 tahun. Menabung selama 40 tahun dan mendaftar tahun 2013. Jadi cuma nunggu setahun? Yup, padahal regulasinya, masa waiting
list untuk menunggu keberangkatan ONH Plus adalah selama 5 tahun.
Pekerjaan utama
Abah adalah seorang tukang ngarit (memotong rumput dengan arit),
kadang-kadang juga Abah mencari tambahan sebagai mencuci angkot
dengan upah Rp. 15.000,- untuk
sekali cuci, jadi hansip, mengangkut berangkal
serta memelihara kambing. Setiap
kambingnya beranak, satu ekornya akan dijual. Dari hasil
penjualan dan separuh dari upah pekerjaannya Abah akan menyisihkan uangnya untuk
ditabung pergi haji. Tidak ada yang tahu
rencana Abah dan dimana Abah
menabung. Abah hanya menyimpan setiap
receh dan lembaran uang
yang disisihkan di rumah yang cuma Abah sendiri
yang tahu.
Lalu,
saat Abah merasa tabungannya cukup untuk
pergi haji, Abah meminta anaknya untuk
mencarikan biro perjalanan haji dengan tarif
ONH Plus. Pilihannya kemudian
dijatuhkan pada biro
perjalanan haji Percikan Iman
.
Pergilah
Abah untuk membayar DP ONH Plus (setaraUS$ 5.000). Kalau jamaah
haji yang lain rewel dan
komplain karena harus
menunggu lama, Abah tetap cuek
dan enteng menjawab kalau memang sudah waktunya
dipanggil, pasti akan dipanggil
dan akan pergi haji. Sementara
yang masih muda, meskipun berusia
30 tahun, misalnya tidak jaminan
akan diberi kesempatan untuk
pergi haji. (Hiksss, usia saya sudah
kepala 3 nih).
Selesai syarat administrasi terpenuhi, Abah dan
calon jamaah haji lainnya
diadaftarkan untuk mendapat nomor waiting list. Tidak lama
kemudian, nomor waiting list Abah muncul. Dari semua calon jamaah, hanya Abah seorang yang mendapat tiket berangkat
tahun 2014. Sementara jamaah
lainnya mendapat jadwal
keberangkatan tahun 2018. Padahal tidak ada rekayasa
untuk mengatur keberangkatan
Abah. Kalau alasannya soal
usia, banyak juga
kok calon jaamaah yang seusia Abah.
Singkat
cerita, Abah kemudian dihubungi dan diberi tahu kalau mendapat tiket pergi tahun 2014. Bukan reaksi senang karena
berangkat lebih awal, Abah malah balik bertanya pada operator
yang mengabarkannya dengan
pertanyaan yang polos, “2014? Lho kata Eneng, saya pergi 2018?”
Pertanyaan
yang terbalik, kan? Sementara jamaah lain
tidak sedikit yang tidak sabar
untuk bisa pergi secepatnya.
Setelah diyakinkan kalau
Abah memang mendapat
jatah berangkat tahun 2014,
kemudian Abah diberitahu untuk
melunasi sisa pembayaran. Tanpa menunggu lama, Abah kemudian membongkar sisa tabungannya yang berjumlah
Rp. 73.000.000, hanya kurang 3 juta saja. Malah Abah adalah calon jemaah haji
yang paling rajin dibanding calon jemaah
lain yang secara ekonomi jauh lebih mapan dan mampu.
Saat
ditanya kenapa Abah memilih
pergi haji dengan tarif ONH Plus,
ini adalah jawabannya, “ Abah
mah kalau diundang sama Pak RW aja bakal
pakai baju batik yang terbaik. Kalau Abah diundang sama
Presiden, Abah bakalan pake baju
yang bagus. Nah, ini, Abah
memenuhi panggilan Allah. Abah mah pengen
ngasih yang terbaik sama Allah.”
Tanpa
bermaksud menganggap remeh
jamaah lain yang pergi dengan ONH biasa, ya. Setiap orang puya jalan sendiri-sendiri untuk diundang menunaikan ibadah haji. Saya salut sama jawaban
Abah ini. Abah yang sederhana ini
juga sangat yakin, semua uang terkumpul itu diperolehnya dengan jalan yang bersih, murni hasil keringatnya sendiri setelah mengumpulkan
sekian tahun. Meskipun Abah menyisihkan
penghasilannya untuk pergi haji,
semua kebutuhan anak-anaknya
tercukupi sampai selesai kuliah.
Abah
yang pergi haji membekal obat-obatan ini ternyata
tidak menyentuh obat-obatan malah obatnya
itu diberikan pada jamaah lain
yang sakit. Tubuhnya tetap sehat dan bugar sampai kembali ke tanah air.
Kalo
kemarin-kemarin ini kita menyaksikan
berita di tv kisah tukang loper
koran atau emak tukang pijat
yang bisa pergi
haji. Abah, bersama orang-orang seperti mereka menunjukkan
kalau keterbatasan ekonomi bukan halangan untuk memeunhi panggilan haji. Saya?
Sepertinya kebanyakan alasan untuk
membenarkan kenapa tidak berusaha untuk pergi haji menggenapkan rukun Islam
ke-5.
Duh, saya malu sama Abah.
Saya juga pengen bisa
pergi haji seperti Abah. Saya harus
membongkar lagi anggaran bulanan
untuk menabung pergi haji.
Semoga disampaikan.
aamiin saya segara nyusul Abah mbak 2 tahun lagi Insyaallah semoga allah panggil kita mbak sampe ke tanah suci aamiin ^-^.9
ReplyDeleteWaaah, senengnya Angkiiii. Envy Aku. Semoga dilancarin, ya.
DeleteJadi malu sapa abah yang di atas. semoga kita dimampukan untuk berangkat ke tanah suci menyempurnakan rukun islam yang ke 5
ReplyDeleteIya, aamiin. Seoga kita ga kalah semangat sama Abah, ya.
DeleteAamiin... keren ya teh si Abah nya. Cita citanya tinggi sekali dan dia berani mengejarnya. Masak kita nggak bisa yah... huhuhu
ReplyDeleteoiya, kalau soal pemberangkatan haji, kata mamahku jika uangnya sudah bisa lunas biasanya bisa pergi lebih cepat. Banyak yang sudah waiting list tapi pada due date ongkos tabungan ONH nya belum cukup, ini otomatis membuat yang sudah bisa lunas antriannya masuk duluan begitu. Orangtua saya daftar haji dan berangkat juga di tahun yang sama dan katanya diberitahu alasannya seperti itu. Cmiiw.
Semoga kita mendapat rejeki bisa dipanggil Allah ke baitullah untuk berhaji ya Teh, aamiin :')
Iya, Mii. Aku baru tau kalau bisa cepet bayar kalo bisa lunas dimuka. Kejadian yang dialami si Abah ini baru pertama kalinya di travel haji ini, Mi. Mudah-mudahan kita ga perlu nunggu sampe 40 tahun buat pergi haji, ya.
DeleteNabung 40thn? Subhanallah...
ReplyDeleteIya, hebat ya, Mak Nathalia. Kudu dicontoh nih
DeleteSubhanallah, semoga abah menjadi haji yang mabrur amiinn
ReplyDeleteAamiin, iya Shin, semoga mabrur.
Delete40 tahun? kalau banyak orang bukan dana problemnya, tapi antrian haji...panjang yaaaa...
ReplyDeleteNah itu, dia Mbak Arin, yang bikin pengen nangis, udah dana ya ngantri juga. Semoga dimudahin dua-duanya, ya.
DeleteSubhanallah...selalu ada jalan untuk yg benar2 mau berusaha ya mak
ReplyDeleteMalu rasanya udh dr thn kmr pgn buka tabungan haji tp ada aja alasan utk menunda hiks :(
Iya, Mak. Aku juga, gitu. Hiks :(
Delete