Tampias hujan perlahan luruh satu-satu ke bumi. Aku masih menikmati petikan akustik favoritku, perlahan lirih menari di rumah siputku. Seribu tahun? Itu konyol, nabi Adam saja tidak hidup selama itu. Aku bukan manusia abadi seperti cerita klasik Connor MacLeod. Kamu tahu? Dalam satu kisah, 60 tahun jatah hidup Adam malah ia berikan untuk seorang hamba yang ruhnya paling bersinar. Bagaimana denganmu?
sumber gambar dari sini |
Aku
merapatkan jaket coklat serupa warna tanah liat. Aroma khas sore ini semakin
menghadirkan warna sephiamu. Aku benci bayanganmu, sama bencinya dengan
inginku untuk bisa menatap lagi teduh matamu.
And all along I believed
I would find you
Time has brought
Your heart to me
I have loved you for a
Thousand years
I'll love you for a
Thousand more
One step closer
Sekarang, Katakan, bagaimana caranya aku bisa menemukanmu?
mbk,sblmnya minta maaf,mw tanya..ini memang fontnya model gitu apa lepi saya ya yg eror,,,susah dibaca,g fokus gitu hehe...
ReplyDeleteEmang kebacanya gimana, mak? Aku pake font sama kayak posting sebelumnya kok. Aneh, ya? :D Di lappyku kebaca sih. Mungkin servernya lagi down, kali, ya? *eh ngaruh ga sih?*
DeleteOoh lepinya/windowsnya mak Hanna gak support sama jenis huruf mak Effi keknya. Sama saya kebaca koq.
ReplyDeleteMak Effi .... waah indah sekali diksinya ^^
Iya, mungkin begitu Mak Hanna :D
DeleteTerima kasih Mak Niar, kepengin banget bisa bikin buku novel. Sambil belajar nih :)
Menatap hujan sambil merenenungi semua yg telah terjadi,, heheehehe :D ,, keren banget teh Efi ...
ReplyDeleteSambil ngelamun terus nyesap minuman hangat ditemenin lagu.... asal jangan keterusan ya hehe
Deleteaq juga selalu cinta hujan maakk :)
ReplyDeleteAku suka aroma bau tanahnya kalau sudah reda, mak :)
DeleteBagus
ReplyDelete