Monday 30 September 2013

Sugeng Riyadi

Sugeng? Siapa itu?
Saya enggak akan membahas seseorang dengan bernama Sugeng, tapi saya mau sharing cerita dari seorang guru sewaktu di SD tempat saya kerja dulu.

Jadi, begini ceritanya....

Syahdan, seorang mojang Bandung, sebutlah bernama Eneng mengakhiri masa lajangnya setelah menikah dengan Eko, seorang bujang kelahiran Jawa, yang jelas, bukan Jawa Barat yaaa.

Meski doi bersuamikan serang pria Jawa, tidak membuatnya otomatis mudeng bin ngerti kosakata Jawa. Sesuatu yang ternyata akan berharga di masa depan. 


Singkat cerita, ketika libur lebaran tiba, Eko mengajak Eneng untuk berlebaran di kampung halamannya. "Sekalian kenalan dengan saudara-saudaraku di sana," kata suaminya sambil menyiapkan perbekalan mudik.

Eneng yang sudah kadung suntuk dengan hiruk pikuk dan kemacetan di Bandung ini menyambut ajakan Eko dengan sukacita. Eneng sudah membayangkan asiknya mandi di kali yang masih bening, menikmati sunset di pematang dan sederet  panorama desa lainnya yang tidak Eneng dapatkan di Bandung.

Mengingat si Eko ini seorang berpendidikan, Eneng sudah pede duluan kalau dia tidak akan menemukan kendala berkomunikasi. "Ah, pake bahasa persatuan dan kesatuan saja, alias bahasa Indonesia," batin Eneng sambil melamun di perjalanan.

***

"Neng, kenalkan itu dulur-dulur aku," ujar Eko setelah selesai shalat Ied. Karena bapak-ibunya Eko yang merupakan anak tertua, maka suasana rumah di sana ramai sekali. Seluruh kerabat tumplek d sana. Eneng smapai bingung tidak bisa membedakan mana kerabat Eko dari bapak atau kerabat dari ibunya.

"Aduh, mukanya pada mirip-mirip ini teh," si Eneng celingukan mencari suaminya.
"Neng, sini!" Eko memanggil Eneng mengajaknya bergabung di samping rumah.
"Ini kakak-kakakku. Kebetulan semuanya laki-laki." Eko menyimpan gelas bekas minumnya ketika Eneng menghampiri.
"Neng, aku ke belakang dulu, ya. Si Mbah manggil." 
Eneng mengangguk.
"Dalem, mbah!" Eko tergopoh-gopoh mengahmpiri si Mbah.
"Kapan sampai?" kakaknya Eko yang nomor dua menyapa Eneng Ramah.
"Tadi malam," jawab Eneng.
"Silahkan duduk," kakak Eko yang nomor tiga berdiri mempersilahkan Eneng untuk duduk di kursi.
"Sugen Riyadi," kakak Eko yang paling tua  menjulurkan tangan, mengajak Eneng bersalaman. 
""Sugeng Riyadi," kakak Eko yang tadi memberikan tempat duduk juga enggak mau kalah menyapa Eneng.
  "Heran, si Mas enggak bilang nama semua kakaknya sama, ya?" Eneng terbengong-bengong menyambut salam hangat kakak-kakak Eko yang lainnya.

"Mas, kok enggak bilang ya semua kakakmu itu namanya sama?" tanya Eneng ketika acara makan dimulai.
"Enggak, ah. Siapa bilang? Masku yang pertama itu namanya Budi, yang kedua namanya Bambang, nah kakakku yang ketiga namanya Joko."
"Uhuk," Eneng tersedak. "Yang bener, mas? Mereka tadi enggak bilang gitu, kok."
"Memang, tadi mereka bilang siapa nama mereka?" Eko cuek menyantap gudeg di piringnya.
"Sugeng Riyadi," dengan polosnya Eneng menjawab.

"Bwahahahaha....." Eko ngakak, hampir saja badannya yang tambun terjatuh dari kursi tempat duduknya.

Eneng tambah bingung melihat Eko, suaminya malah tertawa. "Ada yang salah, ya mas?" 

"Neng,..." Eko memegang perutnya yang sakit. "Sugeng Riyadi itu bukan nama mereka."
"Lalu?"
"Sugeng Riyadi itu bahasa Jawa. Artinya Selamat Idul Fitri."

Pantesan. Eneng tersipu malu.


Share:

2 comments:

  1. hehehe...itu masih satu pulau aja udah gitu ya mak. adik sy jg dpt istri orang sukabumi. sunda asli deh. pas acara h-1 pernikahan rombongan kelg dr jogja ikut hadir ndengerin pengajiannya. pk bhs sunda. meski ga ngerti bhs sunda tp sy paham isi pengajiannya, soalnya isinya nyebut2 istri Nabi Luth sbg istri yg ahli neraka n istri firaun sbg istri yg ahli surga. pas ditanya suami apa sy mudeng, sy bilang mudeng dong. hehehe...

    ReplyDelete
  2. @damarojat

    Iya. kebayang ya kalau sampai lintas pulau, beneran roaming deh :d

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.