Friday 4 January 2013

Surat Cinta untuk (calon) suami


Hujan deras diluar sana. Dari laptop yang sedang kutatap sekarang mengalun It Might be You-nya Steven B Shop. Ah, ya tiba-tiba saja aku teringat kamu.

Seperti slide film, potongan kenangan saat awal kita bertemu kembali membenak di kepalaku. Apakah kamu masih ingat? Susah payah aku memalingkan wajah, menenangkan hati yang bergemuruh. Aku  malu, rikuh, berbaur senang. Tiba-tiba saja jingle iklan lawas sebuah varian es krim berdengung di benakku. Something telling me it might be you... All of my love...

Eh tapi kamu jangan geer ya! Aku tidak membayangkan kita sedang berdansa seperti yang dilakukan bintang iklan es krim yang meminjam lagu ini jadi tagline-nya. Enggak boleh, bukan muhrimnya, belum saatnya.
Kamu menghitung tidak, berapa lama lagi waktu tersisa yang kita punya? Kurang dari sebulan ya? Cepat sekali waktu berlari, menyeret langkah kita. Tiba-tiba saja dua puluh empat jam sehari terasa kurang. Kurang sekali untuk menyiapkan remeh temeh untuk episode baru dalam kehidupan kita. Entah, seperti apa ya?
 

  Sudah siapkah kamu? Perlahan kita harus berbesar hati melepas satu demi satu ego, bertukar kebebasan yang selama ini kita genggam.  Perlahan kekhawatiran mulai menyergapku. Sanggupkah aku jadi separuh dirimu? Sanggupkah aku menerima dirimu yang sesungguhnya?
Ah, menikah itu bukan hanya karna ketertarikan fisik saja kan?  Apa jadinya kita sepakat menikah hanya karena keindahan fisik semata? Padahal di luar sana ada senyuman manis yang  lebih indah, yang bisa memalingkan mata ini. Ada ribuan bidadari yang akan menggodamu, membuatku jantungku berdesir panas,  dihempas badai cemburu. Sementara kita sadar,  perlahan kita akan layu, mengerut, tunduk pada sunnahNya. Aku juga tidak memilihmu karena kemilaumu. Kilau yang perlahan pudar dimamah waktu.  Lalu cahaya mana lagi yang kita tuju jika bukan cahayaNya?
Semoga engkau memilihku untuk alasan yg sama, dalam doa2 panjang yang terselip dalam setiap sujud panjang kita. Jika ada air mata nanti yang tertumpah semoga tidak terbuang sia-sia, namun akan menjadi telaga Kautsar yang akan menyejukkan di akhirat kelak.

Aku tidak bisa membayangkan seberapa banyak kerikil yang akan kita temui nanti, atau  seberapa tajam duri yang akan menggores. Berjanjilah. Berjanjilah untuk menitipkan asa ini pada Nya agar kecewa tidak mengusik saat ketidaksempurnaan di antara kita menjelma. Berjanjilah untuk menitipkan ruang kosong di antara kita pada Nya, pada Allah pemilik hati kita agar tidak ada ruang kosong yg tersisa untuk setan mengusik kita. Berjanjilah untuk selalu  memperbaiki diri, agar Allah memenuhi janjiNya, menjadikan setiap kita menjadi yang terbaik untuk Allah pilihkan.
Semoga janji yang akan kita ucapkan akan semakin kuat terpatri, seperti Jati yang semakin kokoh dimakan waktu, bukan dahan kering yang rapuh,  atau pohon tua yang ranting-rantingnya meranggas dan perlahan luruh, keropos dan tumbang jatuh ke bumi. Semoga saat hari terindah itu tiba, menjadi awal hari penuh berkah yang diiringi amin para penghuni langit yang turun menyaksikan kita.


Ehm ehm... *ketuk-ketuk mike*
Ini pledoiku...
Surat cinta ini fiksi, cuma buat diikutkan lomba di FB, makanya jangan ada yang kegeeran.
Jadi buat siapa dong surat ini?
Biarlah waktu yang menjawabnya.. hehehe *senyum misterius* But anyway, sepertinya isi surat ini universal, mewakili banyak para lajanger. Iya kan?










Gambarnya nyulik dari sini
Share:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.