Saturday 14 May 2011

Wa Asih dan Penjahit Kain Kafan

Jumat kemaren, bada shubuh saya tiduran di atas sajadah (bukan contoh yang baik buat ditiru yaaa :D). Kebetulan juga Mama lagi di luar kota, jadi ga ada yang protes kalau pagi itu saya masih malas2an hehehe.
Nah, sekitar jam 6 saya terbangun. Ada telpon masuk  dari teman saya sesama staf tata usaha.
"Ya, halooo Di." jawab saya sambil segera melepas mukena. Sayu harus segera bangun bagi dan melesat ke kamar mandi, bersiap-siap ke sekolah.
"Hari ini aku ga bisa masuk. Bilangin sama guru-guru ya. Mamanya Ines meninggal,"  ujarnya di sebrang sana.
Innalillahi Wainnailihi rojiuun

Lalu pagi tadi Dadi teman juga sahabat saya kembali masuk bekerja. Bercerita tentang uwaknya yang meninggal.

"Subhanallah teh, wajahnya tersenyum. Waktu shalat jenazah aja sampai dibagi dua. Karna banyaknya yang pengen nyolatin almarhumah."

Duh jadi terharu. Jadi, alhmarhumah tinggal bersama seorang putrinya yang bekerja di sebuah Pabrik dengan waktu kerja 8 jam per shiftnya. Sebelum meninggal, Almarhumah sempat berpesan pada Ines, minta dibawain oleh-oleh keju. Almarhumah, sebut saja Wa Asih sudah lama mengidap penyakit kanker payudara stadium IV. Bosan bolak-balik RS ditambah biaya kemoterapi yang lumayan mahal membuat beliau memutuskan kembalil istirahat di rumah dan berobat seadanya. Kalau Ines masuk kerja, Ada  Nia yang berbaik hati mau menemani ibunya.  Pagi hari kemarin, saat Ines kembali ke rumah Ines segera menghampiri mamanya yang sedang  terbaring pulas di tempat tidur.

"Maaa,... Ines bawa keju nih, pesenan Mama."
Ines menghampiri mamanya.
"Maaa, bangun" sapa Ines lembut.
Lama tak ada jawaban, Ines sadar ada sesuatu terjadi pada Ibunya. Sontak Ines menjerit, tangisnya pecah.  Dadi dan saudara-saudaranya yang memang rumahnya berdekatan segera menghambur keluar menghampiri rumah Ines.

Ines tak kuasa menahan sedihnya, Mamanya tercinta sudah berpulang. Nia yang malam itu menjaga Wa Asih pun dibuat bingung.
"Semalam saya masih denger dia bernafas koq," ujarnya seolah membela diri. entah kenapa, tidak biasanya Nia diserang kantuk malam itu.  Lalu, saudara-saudara dan kerabat segera dihubungi.  Ines bersikeras  untuk memakamkan mamanya hari itu juga sebelum jumatan.  Beberapa sanak kerabat mencoba membujuk Ines untuk menundanya sore nanti, mengingat  perjalanan saudara dari luar kota yang membutuhkan waktu.
"Nggak, sekarang!" Ines bersikeras.
"Baiklah," saudara-saudaranya mengalah. Lantas kesibukan pemakaman pun segera disiapkan. Syukurlah kain kafan untuk jenazah bisa didapatkan dengan mudah. Saat akan menjahit kain kafan, mulai kebingungan melanda.  Dalam waktu bersamaan,  mesin jahit saudara-saudaranya rusak.

"Jadi dikecos (jahit manual) aja ya?" kata yang lain.
"Ga bisa, terlalu lama." timpal yanng lain.
Disaat kebingungan itu, entah dari mana datangnya seoang pria  separuh baya, berwajah simpatik dan pakain necis datang menghampiri. "Saya mau menjahitkannya. tunggu sebentar ya" ujar Pria itu sambil pergi berlalu meninggalkan mereka.
"Siapa?" tanya  saudara-saudara Ines saling menatap.
"Ga tau," kata yang lain.

Tidak lama setelah itu, Pria simpatik ini datang kembali membawakan kain kafan yang sudah dijahit. Rencana pemakanan sebelum jumatan berjalan lancar.  Saya tidak pernah bertemu dengan almarhumah, hanya dengar cerita tentang beliau dari sahabat saya Dadi.  Mengingat banyaknya mereka yang datang menshalatkan sampai dua kali shalat jenazah, almarhumah punya tempat istimewa di hati para pelayat.
"Aku sampe kebagian tempat yang nyempil," imbuh Dadi.

Ah saya jadi penasaran, seperti apa sih almarhumah di masa hidupnya?
"Beliau baik banget teh. Wa Asih paling alergi kalau denger orang lain ngegosip. katanya sejelek-jelek orang pasti ada sisi baiknya."
"Udah ah, jangan ngomongin orang," Dadi menirukan ucapan Wa Asih.

"Waktu Wa Asih meninggal, papanya Ines dateng ga?" tanyaku
"Ada teh. Tau ga? Dia lagi berduaan sama prempuan lain." Dadi menggerutu gemas.

Ah saya mengerti sekarang. Allah sayang sekali sama Wa ASih. Sakit yang dialaminya adalah cara Allah menggugurkan dosa-dosanya, ditambah sikap suaminya yang tidak semestinya namun dijalanin Wa Asih dengan sabar.

Ngomongin soal Pria misterius yang mau menjahitkan kain kafan saya punya kesimpulan sendiri. Adakah dia malaikat yang dikirim Allah?
Share:

Wednesday 11 May 2011

Bersyukurlah Sebelum Nikmat Ibadah Itu Dicabut

Malam ini saya masih melek. Ditemani radio yang melantunkan sebuah lagu yang menyentuh.
"...kubersujud bisikku tak terucap
ku bersimpuh tak kuasa ku mencoba
saat ku mengucap bisik kata-kata dalam doa
padaMu kumohon maaf atas segala dosa hamba...."


Saya jadi ingat ketika pagi tadi disela-sela ujian nasional SD tadi saya masuk ke ruang panitia. Niatnya mau minum sambil ngopi, lapar sekali rasanya, berangkat lebih pagi dan ga sempat sarapan. Beberapa menit kemudian, masuk Kepala Sekolah dan pengawas (biasanya ditugaskan dari sekolah lain dengan cara disilang lintas gugus). "Saya ngantuk banget nih, boleh ya saya minta kopi." katanya.

"Ya, boleh aja atuh  ibu," kata salah seorang panitia. Lalu mengalirlah obrolan diantara mereka. Karena saya masih asik ngudap cemilan pagi itu, jadi saya ikutan nyimak obrolan pagi itu. Dan Insya Allah bukan ngomongin aib orang koq, semoga jadi hikmah buat kita semua ya.

Singkatnya ada seorang guru wanita usianya sekitar 50an. Sejak tahun 2004 sudah terkena penyakit stroke. Sempat sembuh tapi kemudian kambuh lagi dan terkapar tidak berdaya. Suaminya entah dimana, apakah sudah meninggal atau bercerai. Stroke yang  keduanya ini dialaminya setelah mencicipi  kadedemes (makanan yang terbuat dari kulit singkong).
Sebelumnya beliau pernah sembuh dari strokenya, meski ga 100% tapi bisa kembali beraktifitas meski harus menyeret kakinya.

Nah, setelah salah makan itu lah kondisinya memburuk. Fisiknya lumpuh total hingga (maaf) untuk BAK dan BAB saja harus dilakukan di tempat tidur. Tidak ada pispot untuk menampung kotorannya.   Jangankan untuk melapisi kasur tempat tidurnya dengan plastik, untuk makanpun beliau mengandalkan uluran tangan kebaikan orang lain. Iba sekali mendengarnya. Karenanya untuk berobat pun beliau tidak berdaya karna dililit hutang.  Untuk mengajukan pinjaman ke bank sepertinya sulit karna hutang sebelumnya masih banyak.  Saking mengharukannya, beliau ini tidak punya rumah dan atas kebaikan seorang kepala sekolah tetangga, mengizinkan ruang kecil yang tidak terpakai untuk tempat tinggalnya. Tidak ada yang tega mempermasalahkan keberadaaan ibu ini ditinggal di lahan yang nota bene milik negara. Entah apa jadinya kalau ada yang tega mengusik dan mengusirnya.

Kembali ke kondisi bu guru yang malang ini, karna ketidakberdayaannya untuk bergerak ruangannya jadi tercium tidak enak. Bahkan untuk shalatpun tetap saja direcokin bau itu. Bahkan untuk
shalatpun beliau lakukan di tempat tidurnya. Seorang kepala sekolah menghiburnya, dan mengingatkannya untuk tetap mengingat Allah dengan tidak meninggalkan shalat.  "Ibu bisa baca Quran kan?"
"Ya, bisa." katanya sambil mengangguk menahan air mata yang tumpah.
"Lakukanlah sebisanya. Untuk shalat jangan ditinggalkan ya bu,"  imbuh Kepala Sekolah.

Ketika ditanyakan bagaimana dengan anak2nya, ternyata salah satu anaknya pun sudah habis kontrak dan menganggur.

Duh Ya Allah, malang nian nasib bu Guru ini. Saya tidak bisa membayangkan  kalau salah satu saudara saya harus mengalami hal seperti ini.  Kena ompol balita yang kita gendong saja membuat kita tidak nyaman dan segera mengganti pakaian. Dihajar flu pun membuat kita tepar dan tidak berkutik.  Tapi ternyata ada yang jauh lebih mengibakan. Ah saya ga tau harus berkomentar apa.

Bersyukurlah kita yang masih diberi kaki yang leluasa melangkah ke mana saja. Tubuh yang sehat untuk bergerak mencari rezeki. Tapi dalam kondisi sehat beginipun kita kerap mengeluh, meratapi sesuatu yang sebenarnya masih bisa atasi.  Bersyukurlah kita masih punya rumah yang nyaman untuk kita tinggali saat panas menyengat atau hujan turun dengan derasnya. Bersyukurlah kalau kita masih bisa menikmati makanan yang kita santap meskipun sederhana bukan hasil racikan seorang chef hotel berbintang. Bersyukurlah kita masih bisa beribadah dengan khusyuk, dengan pakaian dan ruangan yang bersih dan nyaman. bersyukurlah ketika kita masih bisa menolong orang lain dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Bersyukurlah kita masih bisa berbagi, bukan menunggu uluran orang lain. Bersyukukrlah kita masih punya keluarga yang kita sayangi dan akan menyayangi kita. Yang selalu ada bukan saat kita senang saja. Keluarga  yangyang saling menguatkan. Bersyukurlah kita masih bisa berpuasa untuk beribadah bukan karena dipaksa keadaan.
........

 رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (... Q.S Al Baqarah :286)
Share:

Tentang Atlantis

Beberapa hari kemaren, saya iseng ngebuka wall beberapa  teman di FB termasuk salah satunya akun Tasaro. Sebelumnya (lagi) pernah baca status beliau yang bilang bakal ada lanjutan dari novel Muhammad Sang Penggenggam Hujan yang bakal launching Mei ini. Nah, ada satu temannya yang posting kalau beliau bakal hadir di Islamic Book Fair Mei ini. Aaah, langsung penasaran. Colek-colek Oom Google, eh dia cuma jawab pendek ga bisa ngomong banyak soal detil. 

Akhirnya setelah dapetin nomer telepon IKAPI JABAR, coba telp sana and confirm. Yup! Betul Sekali, beliau mau hadir di acara talk show tanggal 11 Mei ini. Sedikit kecewa karna operator yang ngasih tau bilangn buku yang bakal dibahas judulnya Nibiru. Ah, jadi bujan Sang Penggenggam Hujan ya? Ya sudahlah, paling ga bisa nguber tanda tangannya. Hehehehe diuber, emang kabur ya?

Singkat cerita, saya janjian  sama teman di sana. Mba Vivera dari komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis dan Kemal, dari  komunitas  Ngaji Yuk. Eh ternyata Minggu nanti beliau dateng lagi  buat bahas buku Sang Pengeja Hujan. Asiiik senengnya. Nah, ngomong-ngomong soal buku Nibirunya beliau, saya coba ngikutin acaranya. Kalau lihat sampul dan sekilas isinya jadi inget cerita Lord Of The Ring, Narnia dan genre sejenis.  Lalu sebelum ngebahas buku itu, diputerin slide film (presentasi yang diajuin Tasaro) tentang buku Nibiru ini. Rencananya bakal dibuat jadi tetralogi (wiiih panjangnya ya?). Jadi kesengsem sama novel ini. Apalagi dalam slide yang diputer tadi Tasaro bercerita tentang teknologi jaman dulu yang gak kalah canggih dengan teknologi sekarang. Misalnya, ditemuinnya lukisan peta dari jaman dulu   (lupa tahunnya) di Turki dan ternyata sama persis dengan hasil jepretan Apollo, terus ada situs kuno yang digunain buat neropong bintang, patung manusia yang super tinggi dan gak ketauan apa tujuan pembuatannya. Lalu ada lukisan mirip pesawat di dindingnya Piramida (kalo ga salah ya, CMIIW). Ada replika tengkorak dari logam yang entah gimana caranya dibuat sampe sekarang ga ada tekonologi yangn bisa niru proses pembuatannya. Nah, jadi Novel Nibiru ini mengandung 3 unsur dimana Tasaro menggabungkan hasil  penelitian, imajinasi masa kecilnya trus satu lagi (ampuun lupa,.... nyesel ga dicatet). Makin menarik lagi pas sesi tanya jawab ada audiens yang ternyata seorang peneliti UNESCO. Waaah, bukan yang hadir di situ aja, Tasaro juga. 
Lalu si bapak ini nimbrung dan setuju sama hasil penelitian seorang ilmuwan dari Turki yang nyampein teori kalau Atlantis itu sebenarnya ada di Indonesia. Subhanallah!

Rasa penasaran  saya sama Sang Penggenggam Hujan sedikit terobati deh. Berhubung buku yang saya cari ga ada di pameran, jadi saya alihkan buat beli Novel Nibiru ini. Cerita tentang isinya? Nanti yaaa, kalau  udah selesai dibaca. Bakal balapan ni sama Novel Sang Pengeja Hujan hehehe

Share: