Sunday 31 August 2008

Again

Dealing with this thing, it's feel like easy come easy go.
It's been a several time i am dealing with. What can i do?
Now, i think it's annoying me again for hundred time, making me feel so deep
Gotta be tough..

I know, there's never wrong with His plan
I can see it in ahead

Meski yang kini aku rasakan
ku tahu semua darimu ya Allah
hidup matiku adalah kuasamu
sembah sujudku ya Allah.
Share:

Saturday 30 August 2008

Tuesday 26 August 2008

Blessing month

Counting days into ramadhan. It is only five days ahead before fasting.
Being fasting doesn't mean loose any energy. Even we should more energetic. Allah SWT has guaranted every single good thing will be reward up to 700 times more than any other months! (please correct me if i'am wrong)
wow, that's cool!
I have mark on my calender, some good event need to be attended. Hopefully it just the begining, a just the triger, not only this one.
I need to prepare my self in a good condition, a very well condition.
So get spirit!
Guys, thanks for your supports.
Anyway have a great fasting month. Happy ramadhan.
Share:

Monday 25 August 2008

Powerless

Feel so tired. Whatta hectic days it is. I have some undone working from school, 3 project - actually i offer the two of them - from friend need to be finish. Anyway all of them is gonna close to the line.
Poor me, i'am not in the good mood anyway. Sigh ...
Any suggestions?
Share:

Saturday 23 August 2008

Teaching or giving? (part two)

Setelah modal diberikan, mulailah si ibu ini menjalankan usahanya. Sang teman ini kerap mengunjungi si ibu untuk mengetahui perkembangan.
Subhanallah, janji Allah tidak pernah salah. Manusia bisa merubah nasib asal dia mau berusaha.
Usaha gado-gado si ibu ini berkembang pesat. Yang terpenting lagi, dia sudah tidak mengemis lagi.
Ya, that's call teaching. Memberi kail sambil mengajari bagaimana menggunakannya.
Kira-kira pemerintah kepikiran ga? Menyeret gelandang, pengemis dan mengirimnya pulan. Mengusir pkl di pinggiran jalan tanpa memberi solusi yang lebih baik.
Ok, ada yang mendapat pelatihan dan diajari keterampilan. Tapi begitu saja menurutku ga cukup. Fasilitas, modal dan segala kemudahan lainnya, hey that's important!
Infrastruktur kota dan desa yang jomplang, distribusi pendapatan yang ga merata, akses untuk mendapatkan hak warga negara yang sulit.
Hmmm... Keadilan ekonomi, kedaulatan ekonomi. Kita sebagai tuan rumah, do we feel like at home now? When?
Share:

Teaching or giving? (part one)

Pengamen jalanan, sudah pasti pernah menemuinya kan? They sing a long no matter how good or bad they do, some people would give some money. Kadang di beberapa perempatan tertentu kita sudah hafal siapa saja mereka. Ya, kalau nyanyinya bagus udah jadi nilai plus, they can gain much more. Kalau pas-pasan atau fals bin sumbang masih ada juga yang menaruh iba. Yang parah pengamen yang tiga perempat maksa-maksa seperti di sekitaran pasar baru bandung. Huah, gayanya memang nyebelin. Physically penampilan mereka lebih mirip anak-anak berandalan. Kalau dapat uang ga ada masalah. The problem is when no one care. Mereka nyaris malak penumpang sampai masuk ke dalam angkot dan menadahkan tangan, even sampai ke penumpang yang duduknya paling mojok.
O, that's worst! Aku pernah mengalaminya. Kadang kalau ketemu mereka i think i better gave them some, males banget kalau lihat mereka uring-uringan, keluar serapah, ngeludah etc.
And.. at the time, aku gak punya uang kecil. Pas banget buat ongkos, sialnya lagi aku penumpangnya lagi lowong dan ga ada yang ngasih. Try to think in positive way, mungkin mereka juga ngalamin hal yang sama.
Tapi tetap saja orang ga sama kan? So, gitu juga dengan pengamen. They were mad. Bahasa planetnya keluar plus serapah-serapahnya cukup bikin merah kuping. "Sialan, kalian penumpang payah, pelit. Ga bisa apa kasih uang dikit buat kami makan?" kurang lebih seperti itu mereka ngomel sambil meludah.
Silly. Aku jadi pengen tertawa. Ga punya uang buat makan ya?penyless for food?lha, apa itu di tangan?there's some money in his hand. Aku ngelihat ada banyak lembaran uang ribuan, ada lembaran sepuluh ribu. Buat apa ya?
Ah, never mind, sorry aku ga ngasih kali ini batinku. Meski nyebelin, ga ada gunanya ngeladenin orang-orang nekat kaya mereka. I think it's a big home work buat aparat, bukan cuma asal seret asal gelandang, tapi juga approach yang sesuai buat mereka.
Meanwhile di beberapa perempatan lain ada fenomena sama dengan latar belakang berbeda. Di perempatan soekarno hatta - pasir koja, banyak sekali gerombolan gelandangan bocah di sana. Kasihan betul kondisi mereka. Usianya sekitaran usia SD. Ada yang ngamen asbun, asal jreng, asal tepok. Nawarin jasa ngelap dengan kemoceng atau malah lap yang sebenernya malah bikin kotor. Yang lebih ekstrim lagi ngemis, minta uang langsung! Sementara bocah-bocah kecil ini mengusik pengguna jalan, ga jauh di sudut jalan ada induk semangnya yang memperhatikan mereka. How poor. Bisa bayangin apa yang bakal terjadi kalau bocah-bocah ini ga bisa memuaskan induk semangnya? Mungkin hardikan, mungkin pukulan, tendangan, ga ada makanan dan sebagainya.
Yeah, what can i do? Setidaknya aku cuma bisa ngasih mereka sedikit receh even though it won't solve the problem.
Pernah terpikir ga kenapa induk semangnya seperti luput dari pengamatan? Seem that they weren't exist.
Lain waktu aku pernah ngasih pengamen sedikit receh. Kebetulan sekali penumpang yang tersisa tinggal aku. Ga lama setelah lampu hijau menyala dan angkot yang aku tumpangi kembali melaju sang sopir menegurku.
"Kebiasaan neng. Mereka tuh pemalesan. Mending jangan dikasih aja, ga mendidik,"selorohnya.
Aku diem aja. Mendidik? Dengan cara apa aku mendidik? Apa kalau aku atau siapapun ga ngasih mereka bakal mikir, "o ya. Aku ga dikasih nih, aku lagi dididik penumpang buat ga ngamen lagi."
Begitu ya? Trus apa kita udah kasih solusi? I bet they wouldn't think so. Sepertinya mereka ga bakal begitu aja berhenti mengamen. Mereka sudah kebal dengan drama kejar-kejaran satpol PP.
Aku pikir kita ga bisa begitu aja memukul rata, mengeneralisir semua kasus punya latar belakang sama. Pernah juga sih aku menemukan pengamen yang badannya bau lem. Jalannya sempoyongan, badannya kurus kering, bajunya kumal. Mengenaskan! Sori, untuk pengamen seperti dia aku keberatan sekali memberinya uang, jangan-jangan malah dipake ngelem.
Fiuh, mudah-mudahan aja aku ga salah. Toh untuk pengamen lainnya aku masih mau ngasih sedikit receh. Sekali lagi, aku ga bisa berbuat banyak, setidaknya mendingan kita ngasih uang buat mereka makan, daripada nekat.
Jadi teringat salah satu tulisannya Bayu Gawtama. Kalau ga salah bukunya berjudul Berhenti Sejenak.. Correct me if i'am wrong.
Kurang lebih dalam salah satu bagiannya Mas Bayu menceritakan kegemasan seorang laki-laki melihat temennya cuek, ga pernah mau ngasih pengemis yang ditemui di jalan. Sebegitu pelitnya kah?
Ternyata tidak, hingga satu waktu sang teman yang dikira pelit ini mengajak si laki-laki tadi menemui seorang ibu penjual gado-gado. Singkat cerita si ibu penjual gado-gado ini dulunya seorang pengemis. Satu waktu si ibu ini bertemu dengan si teman tadi yg dikira pelit. Dia menawarkan dua opsi pada si ibu. Mau dikasih receh, atau diberi sejumlah uang dengan syarat harus dijadikan modal usaha. Si ibu pengemis ini memilih opsi kedua. Akhirnya si ibu pengemis ini menggulirkan uang pemberian tadi untuk modal berjualan gado-gado.
Share:

A price for daddy's time

Andre is a little boy. He always waiting for his daddy in the evening after working day. One day, after his daddy's home he ask his dad.
"Dad, how much did you paid for a month?"
"It's about two million and five hundred thousand rupiahs," his dad replied.
"so, how much did you got for a day?"
Confusely his daddy answered, "it's one hundred thousand my dear. What's the matter?"
Yet Andre didn't answered, instead asking for more. "Then you were paid fifty thousand rupiahs for a half day?"
"Yup. Why?" his daddy become annoyed.
Then Andre asking his dad again. "Dad, would you add my money? Just five thousand rupiahs. I only have forty five thousand rupiahs. I want to buy you just for a half day to go fishing with you".
Share:

Thursday 21 August 2008

Messages from a friend

Aku memanggilnya 'Neng. Kami berkenalan dalam sebuah acara mabit di DT di akhir bulan Januari lalu. Ga seperti perkenalan lainnya, meski baru mengenal kami langsung "nyambung". Selain aku dan 'Neng masih ada dua orang lainnya, -Nia, seorang ibu muda dan Wiwi -yang juga saling akrab, jadilah kami berempat seperti sahabat lama yang bereunian.
Tentu saja bagi Allah tidak ada yang kebetulan, apa yang kita alami sudah ada dalam skenario.Nya ya? Begitu juga dengan 'Neng.
Aku ga tau, rencana apa yang sedang disusunNya. 'Neng cukup rajin mengirim pesan tausiyahnya. Sederhana tapi mengena.
Ya, mengena. Ada beberapa pesan yang dikirimnya pas betul dengan apa yang aku alami atau aku pikirin even aku ga curhat! Hmm sekali lagi ga ada kebetulan bagi Allah. Berikut ini 2 dari isi smsnya yang dia kirim. By the way ga usah lebai juga ya karena bukan sms gombal lintas gender:-). So, aku pikir ga ada salahnya juga disharing disini. Mudah-mudahan bisa bermanfaat juga buat teman-teman.
#1:
Saudaraku, jika kamu diberikan peran oleh ALLAH dengan kesenangan, banyak nikmat dan kemudahan dalam hidup maka lakukan dan lakonilah peran tersebut sebaik-baiknya dengan cara memperbanyak bersyukur dan beribadah kepada Allah, banyak membantu orang-orang yang susah, tidak pamer dan menyombongkan diri, tidak egois dan serakah serta tidak lupa diri dan memperturutkan nafsu.

#2:
Orang ridha itu akan menerima lapang dada, tidak bersedih dan kecewa apapun takdir Allah kepadanya walaupun hal itu tidak mengenakan baginya karena dia yakin bahwa setiap takdirnya walaupun tidak mengenakkan pasti banyak hikmah dan kebaikan di baliknya, karena Allah maha baik dan penyayang, tak pernah zalim kepada hamba-hambaNya.

Alhamdulillah, terima kasih ya rabb Engkau telah memberikan lagi satu sahabat terbaik yang Engkau pilihkan untukku. Satukan kami di jalanMu, Eratkan ukhuwah ini dan kumpulkanlah kami di surgaMu kelak.. Amin ya Allah.
Share: