Wednesday 30 July 2008

Ayat-ayat cinta

Sebenernya termasuk basi ngebahas yang ini. Tapi basi yang satu ini bukan basa-basi yang biasa (lha?), hehehe kaya iklan aja, tapi yang jelas ga da bakteri atau jamur. Kan tinggal pake ... naon seh, iklan mulu yak?
Lanjut ke topik ah, fenomena ayat-ayat cinta kayaknya masih membekas ya? Buktinya di rcti ada sinetron munajah cinta yang menurutku inspired by the movie. Ga ngikutin jalan ceritanya sih tapi sempet liat awal-awal ceritanya. Lah, inimah ateuh inspired (ato nyontek?) dari ayat-ayat cinta. Ga mirip banget emang, tapi karakter tokohnya kelihatan. Misalnya karakter Atar yang shaleh, lembut dan disukai banyak wanita. Lalu ada Khadija yang cantik, pintar, punya materi lumayan de el el. Dengan sedikit modifikasi disana-sini plus alur cerita bertele-tele jadilah MC sinetron khas Indonesia yang putarannya gak puguh juntrungan bikin lieur penontonnya.
Terlepas dari kualitas film AAC yang terlalu 'ngepop' dan dampak ikutan lainnya macem sinetron MC, budaya masyarakat Indonesia yang latahan, ada yang menarik dari fenomena ini. Karakter Fahri, Aisha, Maria atau siapapun itu adalah sosok ideal yang dirindukan. Rasanya seperti kejatuhan duren (ngehindar dulu dikit karena tetep aja sakit plus benjut-benjut hehehe) dapat pasangan sholeh/shalehah kaya mereka. Lah siapa yang nolak? Ya ga? Kalo mimpi punya suami ganteng kayak nabi Yusuf A.S atau tajir kaya nabi Sulaeman A.S atau selembut nabi Muhammad SAW ketinggian tuh, yang ada cape kalee :-).
Tapi kadang kita suka lupa ya. Kita lebih banyak mimpi bin ngarep dapat pasangan kayak mereka tapi usaha kita ga maksimal. Kita terlalu berharap dapat sesuatu yang bagus tapi kita sendiri ga berusaha memperbaiki diri.
Jadi inget omongan seorang teman. "Boleh aja sih kita mimpi dapet suami kaya Ali, tapi coba pikir dulu, renungin. Apa kita udah kaya Siti Fatimah hingga layak dapetin dia?"
Glek.. Jadi malu... Emang saya udah seperti apa ya sampe ngarep gitu tapi ga berusaha memperbaiki diri. Kalo soal fisik emang dari sononya gitu, ga usah protes, sia-sia. Dosa malah. Tapi kalo faktor laen kaya sikap, tingkah laku, kebiasaan, pola pikir de el el bisa dong kita rubah atau kita perbaiki.
Hmmm...
Share:

Sunday 27 July 2008

Doa (Al Baqarah :286)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
Share:

A Thousand Splendid Suns

Mariam, seorang gadis Afghanistan, -harami yang tidak diharapkan kehadirannya- lahir dari seorang ibu, wanita afghanistan biasa-biasa, Nana dan ayahnya, seorang pengusaha terpandang di kotanya, Jalil. Kehadiran Mariam sebagai seorang harami yang lahir diluar perkawinan membuat ia dan ibunya Nana hidup terasing di Gul Daman, sebuah desa di utara Herat.
Jalil sang ayah kerap mengunjungi Mariam untuk bermain bersama, momen yang selalu dinantikan setiap minggunya. Perhatian dan kasih sayang yang didapatkan Mariam dari Jalil sungguh berbeda dengan apa yang ia dapat dari Nana yang berwatak keras, pesimis dan kaku.
Rasa penasaran yang begitu tinggi membuat Mariam nekat meninggalkan Nana untuk menjumpai Jalil di Herat.
Tiba di rumah Jalil Mariam malah diacuhkan keluarga Jalil alih-alih seorang supir mengantarnya pulang secara paksa. Kepergian Mariam ke Herat ternyata membuat hidup Mariam berubah drastris -suatu keputusan yang disesalinya seumur hidup - bermula dari kematian Nana yang tewas menggantung diri hingga dipaksa menikah dengan seorang duda separuh baya bernama Rasheed.
Mulailah kehidupan getir Maryam pasca pernikahannya. Sikap Rasheed yang keras, perlakuan dan ucapan yang kasar sudah menjadi keseharian bagi Mariam - membuat Mariam tampak lebih tua dari usianya.
Sementara itu ayah Maryam, Jalil di penghujungnya usianya berusaha menemui Maryam seolah ingin menebus dosanya karena telah mencampakan Maryam. Kesedihan yang Maryam rasakan di masa lalu juga dirasakan Jalil yang juga gagal menemui Maryam.
Tidak jauh dari rumah Rasheed dan Maryam, Laila seorang gadis belia yang cantik tengah menikmati masa mudanya bersama sang kekasihnya, Tarik. Kehadiran Laila yang beranjak dewasa tidak luput dari perhatian Rasheed hingga... perang saudara di Afghanistan mencapai klimaksnya menjadi rantai penghubung kehidupan Maryam dan Laila. Peristiwa pemboman yang menewaskan ayah Laila, desa tempat tinggal mereka yang porak poranda membuat penduduknya tercerai berai termasuk Laila dan kekasihnya Tariq.
Laila yang terluka parah kemudian dirawat oleh Rasheed dan Maryam hingga sembuh. Malapetaka bagi Maryam, Rasheed 'memaksa' Maryam untuk memberikan restunya menikahi Laila dengan dalih menghindari fitnah karena menampung seorang gadis yang bukan muhrim bagi Rasheed.
Kegetiran hidup yang bertubi-tubi membuat Maryam memiliki kesabaran laksana karang menanggapi keinginan Rasheed bahkan ia menganggap Laila seperti anaknya sendiri. Kehadiran Laila yang cantik tidak juga membuat Rasheed berubah. Sikapnya semakin menjadi-jadi setelah Rasheed mengetahui anak yang dilahirkan Laila ternyata buah cintanya dengan Tariq -yang masih hidup dan kerap mengunjungi Laila secara sembunyi-sembunyi -ditambah lagi Maryam dan Laila yang pernah berupaya untuk melarikan diri. Hingga pada suatu waktu
keberingasan Rasheed semakin tidak terkendali membuat Maryam terpaksa menghabisi Rasheed demi membela diri.
Apapun dalih Maryam saat itu tidak membuatTaliban yang tengah berkuasa memberi keringanan hukuman bagi Maryam. Pengadilan Maryam tidak dihadiri juri, pemeriksaan bukti-bukti bahkan kehadiran saksi yang ditolak Maryam.
Perjalanan hidup Maryam yang penuh dengan kegetiran berakhir tragis di tangan seorang algojo.
Ujung perjalanan hidup Maryam dan Laila laksana dua sisi mata uang. Tidak seperti Maryam, Laila kemudian kembali bersatu dengan Tariq dan mendapatkan pekerjaan sebagai seorang Guru di Kabul
Sepeninggal Maryam, Laila bersama Tariq pergi ke Herat, mengunjungi kampung Halaman Maryam. Dari Hamza, putra dari Mullah Faizullah guru Maryam semasa kecil Laila menerima kotak berisi Surat dari Jalil yang tidak pernah dibuka Maryam.
Dalam suratnya, Jalil mengungkapkan kerinduannya saat menghabiskan waktu bersama Maryam, penyesalannya yang mendalam karena telah menyia-nyiakan Maryam. Penyesalannya karena telah mengacuhkan Maryam kecil diujung pintu rumah dan tidak mengajaknya masuk.
Jalil menutup surat dengan harap Maryam akan datang menghampirinya, sebuah impian yang tidak terwujud.
Share:

Saturday 26 July 2008

Think, we are lucky. Thanks to Him then

Coba pikir saat kita merasa makanan kita tidak enak, masih banyak orang-orang diluar sana yang kelaparan, mereka yang 'terpaksa' untuk berpuasa karena memang tidak punya apa-apa untuk dimakan.
Coba pikirkan saat kita merasa jeleknya baju yang kita pakai, saat kita merasa bosan karena baju kita sudah ketinggalan jaman, ada banyak orang yang pakaiannya kumal, compang-camping karena memang tidak punya baju lagi.
Coba pikir saat kita merasa pahit harus menelan obat, ada banyak orang-orang di luar sana meregang nyawa karena tidak bisa menebus obat. Ada banyak orang yang sehat tapi lantas meninggal mendadak.
Coba pikir saat pekerjaan kita menumpuk tidak habis-habisnya, ada antrian yang panjang menanti pekerjaan.
Coba pikirkan saat uang di tangan kita 'sepertinya' tidak cukup ada banyak telapak tangan menengadah mengharap kita mau berbagi barang sedikit saja.
Coba pikirkan saat kita merasa kasur tempat kita tidur terasa tipis dan membuat kita tidak nyaman, di luar sana di tengah dinginnya malam ada banyak orang yang tidur beratap langit berselimut debu.
Coba lihat saat kita harus berdesak-desak dalam angkutan kota, berjejal dalam bis kota, di tepi jalan sana ada banyak orang yang harus menyeret langkahnya di bawah terik matahari, menyeka peluh di antara lampu perempatan jalan berharap orang lain bahkan mungkin kita mau membeli jualannya.
Saat kita sebal dan jengah dengan omelan ayah ibu kita, ada banyak orang-orang yang kesepian karena tidak punya keluarga lagi. Saat kita merasa kesal karena rumah kita yang gaduh dengan suara tangis dan jerit anak-anak kecil ada banyak orang yang mengiba memandang iri karena tidak bisa mempunyai anak.
Coba pikirkan saat kita marah karena telinga kita pekak ada banyak orang-orang yang hidupnya terasa sepi karena tak bisa mendengar.
Saat kita bisa berteriak marah, protes, kesal, masih ada mereka yang tergugu karena tak bisa bicara. Saat kita melihat seseorang berjalan tersaruk, saat tongkat ditangannya meraba mencari arah, ternyata kita bisa melihat warna dunia, kita bebas melangkah pasti.
Coba pikir saat kita merasa lelah dengan segalanya, masih banyak orang yang tak berdaya dengan keterbatasannya. Betapa nikmatnya tidur saat kita merasa sulitnya memejamkan mata. Betapa berartinya setiap tarikan napas saat udara terasa menghimpit menyesakan. Betapa berartinya mulut berucap saat kita kehilangan suara. Betapa nikmatnya lidah mengecap saat semuanya terasa pahit.
Coba renungkan...
Kita baru merasa sehat begitu berarti saat sakit mendera.
Kita merasa berartinya seorang sahabat sahabat saat jarak memisahkan. Kita baru menghargai sesuatu saat kita tak memilikinya lagi. Betapa berharganya hidup saat kita tidak bisa menikmatinya.
Terlalu banyak nikmat Allah yang kita lupakan. Masihkah kita memungkirinya?
Share:

Cinta

dari email seorang teman...mungkin dapat dijadikan bahan renungan..
(nasehat-menasehatilah dalam kebaikan & kesabaran)
-----------------------
Kadang saya iri melihat orang-orang di sekeliling saya, disayangi oleh
"seseorang". Apalagi di bulan Februari. Di mana-mana nuansanya Valentine.
Saya memang penganut "tiada pacaran sebelum akad", tapi sebagai manusia
kadang timbul juga perasaan ingin diperhatikan secara istimewa.

Saya tidak pernah tahu rasanya candle light dinner. Pun tidak pernah
menerima bunga mawar merah. Tidak ada yang menawarkan jaketnya saat saya
menggigil kedinginan. Atau berpegangan tangan sambil melihat hujan meteor.
(Deuh, Meteor Garden banget! He..he...)

Yah, mungkin saya bisa merasakan sekilas hal-hal itu kalau saya sudah
menikah. Mungkin. Mudah-mudahan. Tapi sampai saatnya tiba, bagaimana caranya
supaya tidak kotor hati?

Lalu saya pun tersadar, tiga kata cinta yang saya rindukan itu sudah sering
saya dengar. Orang tua saya selalu mengucapkannya. Memanggil saya dengan
"sayang" betapapun saya telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka.
Mungkin mereka bahkan memanggil saya seperti itu sejak saya belum
dilahirkan. Padahal belum tentu saya jadi anak yang bisa melapangkan mereka
ke surga... Belum tentu bisa jadi kebanggaan.. . Jangan-jangan hanya jadi
beban...

Tatapan cinta itu juga sering saya terima. Dari ibu yang bergadang menjaga
saya yang tengah demam... Dari ayah yang dulu berhenti merokok agar bisa
membeli makanan untuk saya... Dari teman yang beriring-iring menjenguk saya
ketika dirawat di rumah sakit... Dari adik yang memeluk saya ketika
bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar. Dari orang
tua teman yang bersedia mengantarkan saya pulang larut malam. Betapa
seringnya kita tidak menyadari...

Tidak hanya dari makhluk hidup. Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga
melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang
pas. Sampai cinta dari hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Saya
pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya
kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik bumi agar tidak
tersedot ke arah matahari. Benda-benda langit yang akan menghantam bumi,
juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga! (Maaf buat anak astronomi kalau
salah, tapi setahu saya sih kira-kira begitulah)

Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah. Duh...
Begitu banyaknya berbuat dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan saya
hidup... Masih membiarkan saya bersujud walau banyak tidak khusyunya.
Padahal kalau Ia mau, mungkin saya pantas-pantas saja langsung dilemparkan
ke neraka Jahannam... Coba, mana ada sih kebutuhan saya yang tidak Allah
penuhi. Makanan selalu ada. Saya disekolahkan sampai tingkat tinggi. Anggota
tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang
kurang? Tapi tetap saja, berbuat maksiat, dosa... Malu...

Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini. Tapi bukankah itu
bagian dari kasih-Nya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika
tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat saudaraku yang diuji Allah dengan
cobaan, yakinlah bahwa itu cara Allah mencintai kita. Pasti ada hikmahnya.
Pasti!

Jadi, selama ini ternyata saya bukan kekurangan cinta. Saya saja yang tidak
pernah menyadarinya. Bahkan saya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu
murni.

Sekarang pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk membalasnya? Kalau
saya, (malu nih..) sepertinya masih sering menyakiti orang lain. Sadar
ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering
tidak peduli dengan orang. Apalagi pada Allah... Begitu besarnya cinta Allah
pada saya dan saya masih sering menyalahgunakannya. Mata tidak digunakan
semestinya.. . Lisan kejam dan menyayat-nyayat. .. Waktu yang terbuang
sia-sia...

Kalau sudah seperti ini, rasanya iri saya pada semua hal-hal yang berbau
"pacaran pra nikah" hilang sudah. Minimal, berkurang drastislah. Siapa
bilang saya tidak dicintai? Memang tidak ada yang mengantar-antar saya ke
mana-mana, tapi Allah mengawal saya di setiap langkah. Tidak ada candle
light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat yang menemani saya tiap makan
malam. Tidak ada surat cinta, tapi bukankah Allah selalu memastikan
kebutuhan saya terpenuhi? Bukankah itu juga cinta?

Entah cinta yang "resmi" itu akan datang di dunia atau tidak. Tapi ingin
rasanya membalas semua cinta yang Allah ridhoi.
Share:

Arti Sahabat

Dapat posting bagus dari milisnyapembacaanadia, semog bermanfaat ya!:)

Best Friend Forever
Arti Seorang Sahabat
Kenapa
disaat terjatuh kita ingin seseorang memeluk kita atau sekedar menemani kita?
Mengapa juga ketika disakiti kita inginkan seseorang untuk tempat kita
mengadu?
Mungkin kita akan menjadi sakit kembali ketika melihat atau mendengar
seseorang yang kebetulan mirip dan dekat dengan orang yang pernah melukai
kita.
Adakalanya dengan ketakutan dan kebingungan kita memutuskan tidak akan pernah
percaya dan mencintai siapapun lagi Kitapun merasakan senang jika ada
seseorang yang selalu disisi kita saat sedih maupun saat senang.
Seseorang yang selalu membantu kita tanpa mengharap apapun selain senyuman
kita Yang mengerti, yang memahami dan menerima kita apa adanya.
Beberapa dari kita menyebutnya sahabat perjalanan hidup…
Sebagian lebih sederhana mengatakan teman seperjuangan…
Bagi yang romantis menyatakan kekasih hati…
Teruntuk yang telah menikah mengakui bahwa Tuhan menciptakannya agar kita
tidak merasa kesepian…
Sejauh mana beda dari semua itu?
Kenapa bersahabat?
Benarkah hidup terlalu keras untuk dijalani seorang diri?
Atau karena kita ingin menumpahkan rasa sayang dan cinta yang ada dalam hati?
Mungkinkah karena kita memiliki sesuatu yang sejalan hingga kita menyamakan
orang lain dengan apa yang kita rasakan?
Sungguh! Betapa sulit mencari sahabat diwaktu kita tengah kesusahan
Dan benarlah betapa mudah mengajak seseorang untuk bergabung dalam
kegembiraan kita
Memang....kita semua begitu tidak menyukai penderitaan, meski kita tahu
tidaklah mungkin bisa lepas darinya…
Meski kita semua tahu hidup hanyalah ritme bergantian antara kesedihan dan
kesenangan…
Walau kita sadar kebahagiaan hanya milik orang-orang yang pernah menderita
dahulu
Dan tiap orang pastilah punya arti sendiri dalam memaknai penderitaan dan
kebahagiaan
Siapa yang kau anggap sahabat?
Apakah seseorang yang tiada pernah menyakitimu?
Mungkinkah seseorang yang tidak akan pernah meninggalkanmu?
Betulkah seseorang yang kamu memutuskan untuk mempercayainya?
Atau seseorang yang tidak pernah mengatakan kebaikannya padamu?
Seumpama kita bisa mendengar hati orang lain dan memang benar mau mendengar?
Tak pernah ada yang mempunyai cita-cita untuk jadi orang jahat dan hidup
tidak berbahagia…
Seandainya kita bisa melihat dan memang benar mau melihat?
Ketika seseorang tengah tertidur pulas Kita akan bisa untuk lebih berfikir
beberapa kali sebelum berani sekedar berprangsangka keji apalagi untuk
menyakitinya..
Tetapi kenapa itu terkadang terpaksa harus?
Disaat kita tiba-tiba merasa peduli dengan seseorang, kita seolah bisa
merasakan apa yang sedang menjadi bebannya dan kita ingin meringankannya…
Namun terkadang kita sangat acuh kepada seseorang yang benar-benar
membutuhkan kita
Apa yang kita cari?
Untuk siapa dan untuk apa kita di ciptakan didunia ini?
Apa beda kita dengan orang lain?
Sedalam kelemahan kita harusnya kita lebih sering berkata “maaf” dibanding
“aku” jika kita memang manganggapnya sahabat…
Setinggi keinginan kita harusnya kita lebih berbahagia berkata “aku tidak mau
merepotkanmu” dibanding “mengertilah diriku” jika kita telah mengerti bahwa
dia sahabat kita…
Membayangkan kita berbahagia sendiri sedang sahabat-sahabat kita kesusahan
haruskah kita makan dan tidur dengan tenang?
Mungkin lebih baik semua sahabat telah berbahagia dan kita turut berbahagia
meski itu harus berbohong demi perasaan itu…
Karena surga masih terlalu luas untuk semua ini, kenapa tidak berbagi?
Bertahanlah, karena sahabatmu adalah semua yang pernah hadir dalam hatimu…
Berterimakasihlah, sahabatmu adalah semua yang telah membentukmu hingga kamu
menjadi
seperti sekarang ini…
Bersiaplah, karena kamu akan masih kehilangan banyak sahabat untuk menemukan
sahabat-sahabat baru sepanjang perjalannan hidupmu
Share:

Tommorow

The sun'll come out tomorrow
Bet your bottom dollar that tomorrow
There'll be sun
Just thinkin' about
Tomorrow
Clears away the cobwebs
And the sorrow
Till there's none

When I'm stuck with a day that's gray and lonely
I just stick out my chin and grin and say...oh

The sun'll come out tomorrow
So ya gotta hang on till tomorrow
Come what may

Tomorrow
Tomorrow
I love ya
Tomorrow
You're always a day a-way


Tomorrow
Tomorrow
I love ya
Tomorrow
You're always a day a-way

Tomorrow
Tomorrow
Just hinkin' about
The sun comin' out
(Repeat)
Share:

Saturday 19 July 2008

Makan Sambil Berdiri

Hari ini baru saja pulang dari undangan pernikahan. Seperti kebanyakan resepsi lainnya, undangan tadi juga menyajikan banyak stand alias standing party. Hhh...
Begitu selesai ngambil nasi aku langsung mencari kursi yang jumlahnya 'terbatas sekali'. Beberapa undangan menikmati santapannya sambil berdiri padahal banyak sekali yang memakai kerudung.
Well, tanpa bermaksud menjudge mereka yang makan sambil berdiri, mending husnuzhan aja kalo mereka memang ga tau soal larangan makan dan minum sambil berdiri atau malah mungkin terpaksa karena kursi yang terbatas? (Menjelang tengah hari aku melihat ada beberapa orang datang membawa sejumlah kursi buat undangan, syukur deh:-)).
Jadi kepikiran, kalau aku merit nanti, cieee... ga mau pake standing party gitu deh. Lah, orang datang ke undangan nikahan kan buat ngasih doa buat mempelai. Ya ga? Trus gimana bisa datangin berkah sementara yang doainnya aja makan minumnya sambil berdiri yang jelas-jelas dilarang? Bukannya pelit itung-itungan, kalo dipikir-pikir dari sekian undangan yg datang kalo lebih banyak yang berdiri kira-kira berapa orang ya yang doanya nyampe karna makan sambil duduk?
Itu dari aspek doa, kadang suka ngeri juga kalo liat undangan di standing party gitu suka membabi buta - padahal babi aja ga buta - makannya kayak yang kesurupan. Abis dari satu menu ambil menu laen, coba kalo makan di resto udah kena charge berapa?dasar aji mumpung kali ya, padahal kalo di rumah belum tentu kuat makan banyak gitu, bisa-bisa meletus perutnya hehehe emang balon? Yang jelas makan berlebih mah ga baik, numpuk lemak, nimbun kalori dan bisa ngundang penyakit. Hii.. Syerem ya?
Padahal medically makan dan minum berdiri juga ga baek. Ketika kita berdiri, otot dan syaraf kita dalam keadaan tegang karna harus menopang tubuh kita dengan baik. Jangankan makan, minum sambil berdiri aja nyampe ke dasar ususnya seperti dibanting!! Padahal makanan dan minum yang nyampe usus perlu dicerna perlahan, ga pake cepat.
Selain itu. 95% luka usus ditemukan pada daerah yang banyak mengalami benturan makanan dan minuman. Makan dan minum sambil berdiri juga bisa bikin usus melar, merusak saraf halus disekitar usus yang bisa mengakibatkan kematian!

Laen ceritanya kalo kita makan atau minum sambil duduk. Karna syaraf dan otot kita lebih rileks kerja usus juga lebih tenang, ga grasak grusuk dan pastinya ga cepet 'turun mesin'. Anyway sebagian besar penyakit timbul karena pola makan yang ga bener kan?
Hmm kalau aku merit nanti pokok'e kudu nyediain kursi yang banyak. Kalo pun masih ada yang keukeuh sumeukeuh dot com masih berdiri padahal ada banyak kursi kosong tersedia yaa itu urusan dia.. Malu dong kalo disediain kursi ga mau duduk. Yang jelas Kita udah berusaha memfasilitasi tamu buat duduk to? Ini namanya ngatasin masalah dengan solusi. Hehehe..
Share:

Sunday 13 July 2008

Ac - Flu

Penyakit yang satu ini ga bisa dibilang ecek-ecek meski juga -setidaknya aku sendiri - belum pernah denger ada orang dirawat di RS gara-gara kena flu. Hhh...
Pergantian musim, cuaca ekstrim, kondisi fisik yg ga fit -btw bosku dulu di tempat kerjaan yang lain doyan banget nyebut istilah yang satu ini - aku nyaris tepar dihajar flu! Ga sampai WO, KO, atau TKO, tapi sudah cukup membuat aku jadi seorang pemalas menghabiskan waktu 2-3 hari ini lebih banyak tidur. Hayyah, parah banget.
Bersin-bersin yang kenceng, hidung yg kadang meler kadang mampet, mata yg terasa perih bikin aku tersiksa. Dasar bandel, aku menolak disuruh pergi ke puskesmas. Secara nyaris seisi rumah juga kena flu, mendingan juga minum obat flu sisa Mama. Waduh, biar pada imut tapi teuteup aja jumlahnya yang segambreng - ga ding, cuma lima biji bikin males.
Tapi syukur sekarang udah jauh baikan setelah berhianat dari obatnya Mama pindah hati ke obat laen. Ga usah disebut namanya kalee ntar jadi iklan xixixi... Yang jelas bukan obat aneh-aneh ko, bisa dibeli di apotik terdekat dan ga mahal juga.. Lho?
Jadi inget, dulu waktu masih kerja di dealer aku langganan flu. Posisi mejaku beneran ga strategis. Sudut dinding dibelakangku ga pas 180 derajat - iseng banget deh yang buat kantornya- otomatis ac nan gelebug yang dipasang diruangan condong nyorot ke arahku.
Hasilnya bisa ditebak, aku jadi lebih sleepy dari garfield, bawaanya ngantuk dan dinginnya itu minta ampun. Kebayang ga rasanya seperti apa kalau suhu yang distel 17 celcius. Yeh, kaya kulkas aja.. Suka berantem ma temen karena mereka merasa gerah (hah??!). Aku suruh mereka nyobain duduk bentar aja dimejaku, biar tau gimana rasanya. Iya juga dingin tapi tetep aja masih ga bisa sepakat soal suhu. Akhirnya sepakat juga suhu yg diset dipatok di angka 20. Buatku tetep aja dingin, pernah iseng nyetel jadi 23 tapi kepala cabang malah manyun sedikit ngomel begitu tau suhunya 23.
"Ga ada gunanya. Matiin aja skalian kalau kamu stel 23."
Hihihi bagus dong pa, matiin aja. Koor 3 orang anak-anak finance yang seruangan langsung nyambit eh nyambut.
Iya sih, kalau dimatiin kerasa panasnya. Pernah juga iseng naikin suhu ja 23 trus bawa remote acnya ke ruang laen, aku ganti jadi 20! Tandukku yang muncul waktu itu berapa centi ya?hihihi yang ada mereka yg seruangan ato masuk ruanganku jelas ngerasa aneh.
"Aneh, p'rasaan panas ya?padahal di remote suhunya 20"
Ya iya lah, masa iya dong?kaya bocah di iklannya rinso aku cuma senyum-senyum jail ga jelasin kenapa.
Ada saat-saat yang aku suka. Contohnya pas filternya kotor, atau ketika salah seorang lupa dimana nyimpen remotenya - not me -. Pinjem remote dr ruangan laen ga bgitu membantu, meski merknya sama ternyata ga bisa matching. Horee!!:-P atau ketika bos dari Jakarta dateng ke Bandung. Dengan kampanye penghematan segala aspeknya dia pernah bilang, "kalo ga panas, ac.nya matiin aja.". Bisa ditebak kan siapa yang paling girang?
Tapi... pernah juga sih temen-temen berbaik hati ngerelain hangatnya suhu ruangan ketika aku terjangkit penyakit kambuhan alias flu. Nyaris ampir tiap bulan aku kena flu, kadang aku suka bolos 1-2 hari gara-gara penyakit yang satu ini, langganan banget deh.
Pasca signing out dari tempat kerjaku itu aku jarang kena flu meski kadang-kadang bisa kena juga sih. Aneh juga, kalo pergi-pergian dengan bis kota entah itu dalam kota atau interlokal alias keluar aku lebih suka pilih yang ada ac.nya. Meski rada sembriwing tapi ga seekstrim yang aku rasain di kantor dulu. Kenapa ya?
Balik lagi soal flu tadi, penyakit yang satu ini ga bisa dianggap temeh -soulmatenya remeh- apalagi kalo masternya udah muncul, asma, tbc, flu tulang, duh mengerikan. So, sehat itu mahal banget dan kadang kita baru nyadar pentingnya sehat justru ketika kita sakit. Sejuta penyesalan bin tobat sambel muter-muter di jedat, lha giliran udah sembuh adios permios wae. Suka lupa kalo baru aja kemarin kita baru sembuh, lupa kalo pentingnya jaga makanan, lupa juga pentingnya bersyukur dan berterimakasih sama Allah SWT yang setia 24 jam merawat kita. Manusia emang gitu ya? Giliran susah jadi shaleh bin alim giliran seneng lupa diri. Duh, masya Allah...
Share:

Thursday 10 July 2008

Like the Desert Miss the Rain

Ugh... Udah berapa hari ini suhu Bandung anomali banget. Pagi hari, brrr... tiris pisan euy. Subuh hari begitu ngambil air wudhu rasanya kayak kena es aja, like or not, to be or not to be (lho?).
Sementara udara siang malah sebaliknya, panas pisan. Seperti kemarin yang aku alamin. Secara liburan sekolah belum berakhir aku berencana buat menghabiskan waktu seharian di rumah aja. Baru aja aku selesai membongkar kamar barengan adikku Hasnah, tiba-tiba hpku 'bernyanyi'. Di ujung sana seorang guru di tempat aku bekerja menelpon. "Neng, ke sekolah yaa. Ada yang harus dikerjain".
Halah, sedikit bete bercampur malas (sigh...) akhirnya aku segera ganti kostum dan menyeret langkah menuju skolah (psst... ternyata pekerjaan yang diberikan waktu itu sebenernya ga mendesak. Oh please deh).
Keluar dari halaman rumah, blasss.. panasnya sengatan matahari langsung menyambutku. Padahal waktu itu baru aja jam 10an tapi rasanya kayak udah jam 12 siang aja lagi ngaspal jalan..
Jadi teringat prolognya ayat-ayat cinta yang nyeritain pas Fahri keluar kost-an buat talaqi. Weleh weleh ampun deh panasnya. Bedanya Bandung bukan gurun pasir, setidaknya debu-debu intan (emang cygnusnya saint seiya ya?:-P) ga ngerecokin suasana siang itu dan yang jelas aku juga ga pake kaca mata item. Dadadam dadadam pa dadang pa dadang hehehe ngaco ah.
Dari artikel yang aku baca di koran PR beberapa hari lalu, ternyata cuaca ekstrim yang lagi terjadi emang wajar di musim kemarau seperti sekarang ini. Karena ga ada awan di musim kemarau, pada saat pagi hari radiasi gelombang panas dari bumi langsung lepas ke angkasa, ga ada yang nahan. Ya gitu deh, paginya terasa dingin dan siangnya terasa panas. Sementara itu di siang hari suhu jadi panas karena pemanasan dan radiasi matahari tidak bisa lepas ke angkasa. Hal itu diakibatkan banyaknya bangunan tinggi, berkurangnya pohon-pohon dan polusi (let's make the green!!!).
Lirik lagu jadulnya everything but the girl sepertinya pas buat ngegambarin situasi ini. "... And I miss you. Like the deserts miss the rain..." (selanjutnya ga hapal n kayaknya ga perlu dilanjutin ampe abis ya?). Aku dan siapapun warga Bandung tercinta ini harus bersabar menanti datangnya musim hujan yang diperkirakan bakal datang di akhir oktober atau awal nopember nanti.
Hati-hati juga dengan wabah penyakit, air yang mungkin bakal seret, kebakaran.. Puih...
Share: