Festival Siti Nurbaya 2016: Melestarikan Budaya Padang

Beberapa waktu yang lalu seorang teman pernah nanya sama saya. Gini katanya, "Fi, kamu udah nyoba teh yang dikasih telur, belum?" 

Saya mengedik, lalu  menjawab, "belum". Benak saya langsung mengasosiasikannya dengan minuman semacam susu telur madu dan jahe. Dulu waktu kecil, pernah disuruh minum susu seperti itu dan sukses dilepeh-lepehin (sunda: reaksi  ga suka dengan rasa makanan atau minuman dengan berusaha menetralkan rasa yang aneh di lidah). Anyir, itu sih yang kebayang.
Teh Talua
sumber foto: http://travel.klikpositif.com/baca/2908/pertahankan-kuliner-asli-minangkabau---teh-talua-limo-lenggek--promosi-ke-negeri-jiran
Belakangan  baru tau kalau teh yang dikasih telur atau teh talua, adalah salah satu kuliner khas Minang. Belum mencoba sih, tapi lewat cerita adik saya yang pernah tugas lapangan ke Padang ternyata teh talua ini ga anyir. Pasalnya telur yang dicampurkan ke dalamnya pun ga semuanya, cuma kuningnya saja, sementara bagian putihnya dipisahkan, yang mana justru bagian ini yang bikin rasa anyir semakin kuat. Mengimbuhkan perasan jeruk lemon atau nipis juga bisa membuat rasa teh ini lebih enak. Hmmm, begitu, ya?

Teknik membuatnya pun cukup unik, tidak asal dicemplungkan. Kuning telur yang akan digunakan dikocok dengan gula putih sampai putih mengental, hingga serupa whip cream gitu, lah. Baru dilarutkan dengan air teh yang panas. Tampilannya pun cukup menarik. Coba lihat penampakan layernya aja cantik gitu. Kalau ga mudeng mah bisa-bisa ngira ini tuh sajian kopi. Selain teknik mengocok telur yang benar, pemilihan teh yang baik juga akan membuat rasa teh talua akan semakin juara. Biasnya teh talua yang baik akan menggunakan teh hitam yang rasanya strong alias kuat sehingga bisa menetralkan aroma anyir dari telur itu tadi. Kapan-kapan harus coba, nih :) Dan soal coba-mencoba kuliner bakal lebih afdol kalau menjajalnya di tempat asalnya. Ya, ga?


Teh Talua ini ternyata jadi salah satu bagian dari perhelatan Festival Siti Nurbaya yang baru saja berlalu. Huhuhu.. saya belum kesampaian menyaksikannya dari dekat, nih. Padahal kalau menyimak run downnya tampak seru. Ah, sudahlah mungkin festival tahun mendatang saya bisa merasakan atmosfir keseruannya.

Festival Siti Nurbaya
credit: festivalsitinurbaya.com
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Festival Siti Nurbaya kali ini melibatkan lebih banyak komponen masyarakat untuk terlibat. Selain 11 kecamatan, ada juga anak-anak muda dan masyarakat umum yang terlibat di event yang memasuki tahun ke-6. Melibatkan anak-anak muda yang lebih melek media sosial diharapkan akan lebih banyak masyarkat umum termasuk turis asing yang ngeh dengan adanya festival budaya ini. Kalau dipikir-pikir, Indonesia itu kan luas sekali, ya. Coba di list itinerary dari masjid Darussalam di Aceh sampai Raja Ampat di Papua, kayaknya Budi Doremi pun bakal rela menemani dengan lagunya Asmara Nusantara versi yang setia menemani, bukan yang baper karena cuma dijadiin guide aja hehehe...

Maksud saya gini, lho. Saking asiknya, jadi Budi Doremi ga bete lagi. Asal ga dikerjain aja. Kalau enjoy selama traveling kan asik. Eh tapi kalau menghabiskan waktu  berkelana keliling Indonesia tanpa melewatkan satu spot perlu berapa lama, ya?

Balik lagi ke Festival Siti Nurbaya aja, yuk.  Event yang diselenggarakan selama 3 hari, 7 - 10 September 2016. Event lainnya pun turut digelar. Beberapa diantaranya  Gathering Komunitas Padang, Lomba Membuat Teh Talua (kaaan seru nih acaranya), lalu ada juga lomba Maelo Pukek, sebuah tradisi masyakarat pantai menjaring ikan yang memerlukan kekompakan dan kerja sama. Selain itu juga masih ada lomba Selaju Sampan, semacam lomba mendayung dan panjat pinang, kegiatan yang familiar sekali di berbagai pelosok tanah air saat merayakan hari kemerdekaan Indonesia saban tanggal 17 bulan Agustus.
Selaju sampan
credit: festivalsitinurbaya.com
Maelo Pukek
credit:  antarafoto.com
Di luar acara yang menguarkan semangat berkompetisi, Festival Siti Nurbaya kali ini pun diramaikan dengan acara karnaval, perahupgias dan lomba fotografi. Hmmm, andai  di masanya Siti Nurbaya  festival ini sudah ada, sepertinya Uni Cantik ini tidak akan terlalu merana dibuatnya menghabiskan hari-harinya dengan Datuk Maringgih, ya. Hohoho  ngayal aja, seru kayaknya kalau mereka tokoh yang nyata lalu Samsul Bahri dan Datuk Maringgih bersaing mendapatkan Siti Nurbaya dengan lomba Selaju Sampan, Panjat Pinang atau membuatkan teh talua buat Siti Nurbaya? Ah, semoga aja kaki tangannya Datuk Maringgih ga kepikiran buat merecoki kompetisi dengan menabur racun ke teh talua, rendang, lemang atau makanan lainnya. Sepertinya harus ada season baru serial Siti Nurbaya di tv :)
Manggilang Lado
credit: http://www.antarafoto.com/seni-budaya/v1411796101/lomba-manggiliang-lado
Jadi kalau selama ini kita cuma kenal masakan Padang yang identik dengan rendang, ayam pop, sayur nangka (aduh jadi lapar, deh) kalau datang ke acara ini juga bisa menyaksikan kehandalan para pembuat masakan yang identik dengan santan ini, atau meracik bahan yang kental dengan rempah yang melimpah dan pedas itu. Lalu juga mencicipinya setelah jadi makanan Minang yang gurih nan endes. 
Lemang Minang
credit: https://m.tempo.co/read/news/2012/07/18/155417765/malamang-kuliner-padang-khas-ramadan
Masih ada juga lomba lainnya seperti lomba vokal grup, permainan anak, lomba fotografi,  Manggilang Lado atau mengulek cabe, lomba Mangkua Karambia (memarut kelapa), lomba Malamang atau memasak lemang, dan ehm ini nih, meracik Jus Pinang. Kira-kira rasanya seperti apa, sih?

Huaaa, wish list itinerary saya makin bengkak, aja. Kapan atuh saya main ke Padang, ya? :) Semoga tahun depan kesampaian. Yang mau diet melangsingkan tubuh, sebaiknya skip dulu, karena terlalu sayang untuk mengabaikan icip-icip makanannya selama berada di sini.




16 Comments

  1. Replies
    1. Duh mbak, apa sih taragak itu? roaming saya :D

      Delete
  2. Festival seni semacam itu patut terus dilangsungkan secara berlanjut ya Mba.. agar nilai2 budaya leluhur kita dapat dilestarikan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. SAyang kalau ssampai hilang ditelan zaman, ya.

      Delete
  3. Teh Talua y kayanya menarik buat dicoba tuh Mbak... Enak kayaknya.
    Lombanya unik juga ya...lomba gerus sambal....seandainya pas acara ada di sana senang banget bisa icip icip kuliner padang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mbak. Meski di tiap kota gampang banget nemu warung nasi Padang, tetep aja ya rasanya bakal beda kalau mencicipinya di Padang langsung, pas festival gini pula.

      Delete
  4. dulu waktu kaka ipar nikha ga ikut ke padang karena lagi hamil besar :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huaaa sayang, teh. Mudah-mudahan masih ada kesempatan jalan-jalan lagi ke Padang, ya.

      Delete
  5. Jadi pengen nasi lemang, huahahah :D

    ReplyDelete
  6. Suka banget deh sama makanan padang, duh jadi ngileeer. Wow ada ya namanya teh talua, aku baru tau, layak dicoba hihii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama Khalida, aku juga baru mudeng gara-gara ada festival ini. Duh, ka mana wae kita ini ya? :D

      Delete
  7. Walaupun bukan orang Padang, tapi makanan yang dicari kalo lagi bosen atau ga cocok sama menu suatu tempat pastilah masakan padang. Asli rempahnya, bumbunya... Ah, jadi laper.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mbak. Warung nasi Padang itu terkenal SETIA, SEtiap TIkungan Ada maksudnya hehehe... Range harganya ga jauh beda pula, ya.

      Delete
  8. Sukaaaa sama masakan padang yg kental rempah2

    ReplyDelete
  9. Jadi penasran sama rasa teh taulnanya, mungkin konsepnya mirip sama STMJ gitu ya, tapi kalo STM kan susu telur madu, ini teh telur gitu hehe. Semoga berkesempatan nyobain teh taluna sekaligus bisa main ke padang hehe.

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.