Friday, 16 December 2016

Playdate Dapur Hangus & KEB: 4 Tips Food Photography dengan Ponsel

Suka makan? Iya dong yakin deh. 
Meski suka makan dan 'suka makan'punya makna berbeda. Ngerti lah, ya. Kan ga mungkin  ga suka makan dalam arti kayak mogok makan terus mulutnya diplesterin atau dijahit gitu. Kayak aksi protes yang dulu suka saya baca beritanya di koran (kenapa jadi bahas ini?).


Suka foto? 
Kalau punya gadget yang namanya ponsel, entah itu sistem operasinya windows, android atau iOS mestinya punya hape yang ada kameranya. Meski tingkat  kekecean HPnya ga sama persis. Harga emang ga boong. Jadi ga fair kalau misalnya membandingkan kamera HP yang harganya sejutaan  vs hp harga 5 jutaan.Jauh bingits, Sis, Bro. Ga fair.  

Terus, kamera HP apa yang bagus?
Saya suka merasa minder kalau pas lagi review makan-makan lihat orang yang bawa kamera canggih kayak DSLR atau mirrorless. Sementara saya masih bermodalkan kamera dari HP. Maunya sih punya kamera mirrorless, kadang galau, mikir ulang pengen punya kamera DSLR aja. Ah galau dipiara sih. Makanya ga jadi-jadi punya kameranya hahaha... Eh tapi kalau kamera HP sih saya miara. Duh miara -_-. Ini kayak hewan piaraan aja hahahaha.

But lucky me. Katanya nggak ada itu kamera yang terbaik, 
Serius? 
Iya
Lalu?
Yaaa..., kalau ada juga itu adalah kamera yang kita miliki
 *kemudian elusin kamera hp sendiri*

Saya ga ngarang kok. Yang bilang gini adalah Arbain Rambey.

Who is he?
itu lho jurnalis sekaligus redaktur foto di koran Kompas. googling aja kalau pengen tau profil beliau, ya.

Saya diingatkan quote soal kamera terbaik ini waktu mengikuti Playdate Dapur Hangus barengan Kumpulan Emak-emak Blogger Bandung. Finally, kesampaian juga saya ikutan kelasnya Ika. Sebelumnya cuma ketemu bentar dan ga sempat nanya banyak soal fotografi. Makanya, setelah drama nyasar di kampus UPI yang luasnya pake banget dan agak telat (well 45 menit telat itu bukan agak deh, pardon me), mengatur nafas yang cape setelah jalan kaki, akhirnya saya duduk m anis bersama  7 peserta lainnya yang ikutan acara ini (Madame Vivera, Dydie, Sarrah Gita, Cucu, teh Yayu, teh Nancy and daughter)

Photo: Ika,  font editing; Icha
So the stoy goes...
Selama kurang lebih 4 jam acara, saya mendapatkan sedikit pencerahan soal fotografi pake HP itu.  Yang paling saya inget adalah  jangan menyalakan lampu flash kalau memoto makanan. Selebihnya, saka masih pake naluri semau gue, Entah itu bener atau salah. Belakangan saya  baru nyadar kalau moto makanan punya kecennderungan zoom in, alias terlalu deket (ke mana aja neng). Setelah ngulik hari itu, saya baru menikmati style 'menjaga jarak' yang ternyata bisa membuat tampilan foto malah lebih kece.

Jadi dari acara workshop hari itu ada  beberapa hal baru yang saya dapatkan. Ini dia.

Mastering the Lights

Selain big no soal lampu flash yang nyala, hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengatur cahaya yang ideal untuk menghasilkan jepretan menarik. Jangan sampai ada pantulan cahaya dari balik punggung kita (haish). Maksudnya arahnya datang sejajar dari arah kita. Kalau pun mau, gunakan cahaya yang datang dari depan atau samping kita. Untuk memantulkan cahaya, kita bisa menggunakan cermin untuk membelokan cahayanya.  Sssttt... kalau ibu tirinya Snow White cuma perlu satu cermin yang membohonginya, kita perlu lebih dari satu cermin dengan berbagai variasi. Ukuran makanan, bidang foto atau properti lainnya yang digunakan memengaruhi cermin apa yang akan kita pakai. Jadi, kalau cuma pake cermin dari compact powder aja itu gak akan cukup atau ideal *_*.

Untuk membantu pengaturan cahaya adalah dengan menggunakan lampu belajar yang menggunakan lampu LED yang sudah diselubungi kertas kalkir untuk mengurangi tajamnya bias sinar yang dihasilkan. Nah ide ini saya baru mudeng. Selama ini saya cukup dibuat putus asa saat memerhatikan sudut-sudut di rumah yang sinarnya kurang ideal untuk memotret. Belakangan saya baru sadar kalau sinar cahaya yang ideal di rumah saya itu ada di kamar mandi di lantai dua rumah saya. Lah, masa bawa makanan ke kamar mandi buat difoto? Kan enggak mungkin :P Makanya saya perlu properti lampu belajar   plus kertas kalkirnya ini buat mengatur cahaya.
Kalau jerawat harus dihaluskan, tekstur roti mah jangan karena di situ letak seksinya
Masih ada reflektor dan difuser untuk membantu menyaring cahaya saat memotret.  Nah, sudah punya apa saja? Kalau pas lagi di luar kan rempong yeee bawa properti kayak gini. Berat lah  kalau harus membekal aneka properti saat ngereview resto.

Eits, jangan putus asa kalau ternyata tata cahaya di dalam resto enggak support. Pergi bareng temen, kan? Coba gantian untuk memanfaatkan lampu flash light temannya untuk membelokan cahaya. Pergi sendiri? Coba kalau ada waiter atau waitress yang lagi available eh nganggur saiapa tau bisa dimintain tolong. Asal jangan kelamaan aja sih :D

Note: Kalau foto selfie harusnya menyamarkan jerawat di muka, justru tekstur makanan seperti pori-pori roti harus kentara biar terlihat semakin menggoda. Slruuuppp....

Props Styling
Tips kedua adalah mengatur properti. Selain objek foto berupa makanan(let say kita akan memoto roti), maka kita bisa menambahkan properti lainnya untuk menambah daya tarik foto. Beberapa properti yang bisa kita manfaatkan sebagai pemanis foto antara lain adalah:
  • serbet
  • berbagai properti foto yang nge-tune dengan tema makanan 
  • botol, buku, senedok, mug dan properti lainnya yang bisa memperkuat tema foto
  • bahan dasar makanan dalam frame
foto flat ala-ala saya. gimana? Ada masukan?
Salah satu hal yang perlu kita ingat adalah jangan menambahkan bahan makanan (buah atau sayuran) yang ga ada sama sekali dalam komposisi makanan. Misalnya saja saat memoto bolu yang emang dari sononya ga pake strawberry atau cherry. Eh dengan polosnya kita 'maksa' nambahin buah ini di atasnya. Kalaupun ingin menambahkan cherry atau strawberry kita bisa menjadikan buah-buahan ini sebagai latar di belakang foto makanannya. Hmmm, udah kebayang kan?

Untuk foto makanan khas daerah, kita menggunakan piring atau gelas seng sebagai propertinya. Meski sebenarnya  dengan piring modern pun kita masih bisa menyajikan foto makanan tradisional yang tidak kalah menariknya.

Masih bingung menambahkan properti lainnya? Token, kacamata atau buku bisa juga jadi properti tambahan saat memoto. Atau kalau memoto makanan di resto, nomor meja pun bisa jadi properti 'gratis' yang bisa kita gunakan.

Food Styling

Sederhananya adalah tata letak objek makanan dan properti  yang digunakan saat memoto makanan. Kalau merasa masih kaku jangan sedih. Semua orang yang belajar memoto pun awalnya akan mengalami hal ini. Inget, kan, Practice  makes perfect? Jangan ragu juga untuk memotong makanan. ga usah semua makanan/properti juga masuk  dalam frame, agar objek foto lebih fokus. SAya masih harus banyak berlatih soal ini juga euy.
suka roti yang mana?

Semakin sering berlatih, semakin luwes dan semakin baik. Beberapa cara yang bisa kita gunakan misalnya seperti ini.

  • polesan minyak pada permukan daging
  • semprotan air pada es
  • merendam daun mint dalam air es atau memasak sayur setengah matang agar tetap terlihat segar dan menarik

Di sela-sela tanya jawab, saya sempat nanya sama Ika, gimana sih caranya memotret Lotek/karedok dan makanan sejenis lainnya yang tampilannya kurang menarik buat difoto. Rumeuk kalau urang Sunda bilang. Terus gimana dong?

Cara yang bisa kita lakukan adalah memisahkan bumbu/saus kacang dengan sayurannya. Jangan langsung diaduk. Kita bisa menempatkan saus kacang di pinggirnya. Ga usah banyak-banyak. Secukupnya aja. Tambahan potongan cabe di atas sayurannya juga membuat foto lotek jadi menarik, lho.

Editing

Ada kalanya foto yang akan kita unggah ternyata masih perlu diedit.Entah itu tingkat kecerahan, saturasi, kontras, white balance,  sampai pengimbuhan watermark. Untuk aplikasi yang satu ini sifatnya personal, setiap orang punya selera berbeda. Untuk membantu menghasilkan tampilan foto yang instagramable misalnya, kita juga bisa memanfaatkan fitur filter atau edit sebelum mengunggah.  Ada juga aplikasi Snapseed (ini yang suka saya pake) VSCOcam dan Phonto atau photto editor bila ingin menggunakan watermark. Saya sendiri lebih suka menggunakan Phonto kalau ingin menambahkan watermarks.  Soalnya banyak pilihan font yang lucu-lucu, baik yang standar bawaan aplikasi atau yang bisa kita unduh sendiri. Belakangan saya lagi males nambahin font buat watermark di foto yang saya unggah ke blog. Kalau ada yang pake buat foto saya di sini gimana dong? Ya udah, gpp deh, pengakuan kalau foto jepretan saya ini kece hihihi... *geer amet*

But anyway, hati-hati juga saat mengedit. Misalnya saat membuat kolase degan picsart, karena ukuran foto bisa dicompress oleh aplikasi ini jadi jauh lebih kecil. Coba cek lagi hasil editan fotonya sebelum diunggah, apakah kualitasnya tetap oke atau tidak.

dibalik foto menarik ada perjuangan mencari angle terbaik. in frame: Teh Nancy, Dydie dan Cucu

Last but not least, kebutuhan foto yang akan diunggah untuk medsos seperti instagram atau pinterest dengan foto yang akan diunggah untuk blog bisa beda lho. You feel it. Untuk contekan foto instargram, Ika memberi contoh @russianfoodieproject . Foto-fotonya doi emang cakep, bikn ngiler dengan tata cahaya yang apik. Sialnya caption yang dia gunakan menggunakan bahasa ibu bocah kenes Marsha. Bikin saya terharu karena ga ngerti dia ngomong apaan -_-.

Ну, что, готовы к четвертому этапу #печем_с_posudacenter? 😊 Представляем вам первую работу - американский вишневый пирог от Олеси @okuprin из нашего сборника "Выпечка" (по рецепту Маши @masha_nemova). 😍 Проголосовать за работу можно, поставив лайк под этим фото. 😊⬆️ А рецепт можно подсмотреть в сборнике "Выпечка" по активной ссылке у нас в профиле или в мобильном приложении Russian Foodie. 😊 Какими бы ни были ваши планы на предстоящие выходные, желаем, чтобы они были вкусными! 😉
A photo posted by Russian Foodie Magazine (@russianfoodieproject) on

Jadi kapan kita belajar lagi food photography?


Special thank to:
Ika Rahma (ig: @dapuhangus)
Eatbox (ig: @eatboxfood)
Denu Cokelat (ig: @denucokelat)
Rocky Bars (ig: @rockybars)
Kandura Studio (ig: @kandurastudio)

Share:

Thursday, 15 December 2016

Happy Fun Walk Sunday

Kapan terahir kali saya berolahraga?
Hmmm..... jangan ketawa ya. Mungkin kalau secara teratur itu pas SMA kelas 2. Emang SMA kelas 3 ga ada mata pelajarannya? Ya... ada, sih. Tapi kurikulum yang berlaku tahun 96 pas saya jadi kakak (((kakak))) sepeguruan  di level paling atas alias tua menggeser jam pelajarannya di luar jam pelajaran.

Jadi jatuhnya kayak ekstrakurikuler.  Walau begitu, kami tetep harus setor muka alias absen. Ini karena pas ujiannya tetep dites.  Selain ujian tertulis ada juga ujian praktikumnya. Kayak tes renang, tes senam (meski gerakan saya kalau senam itu ajaib alias aneh alias enggak banget) dan tes lari (asal buka lari dari kenyataan aja). Like or not, saya dan mungkin teman-teman saya yang males olahraga menjalaninya dengan hati riang.

Riang? Serius? Iya, karena kami memang kebanyakan setor muka. Jadi suporter aja alias tim hore alias nonton anak-anak cowok yang olahraga. Sementara itu, kami lebih suka menepi di pinggir lapang sambil ngemil dan ngobrol. Sssstttt... ini bukan cotoh yang baik untuk ditiru.  

O, ya waktu itu kami menggunakan lapang di sekitar  IPTN, bukan lapang yang ada di dalam sekolah.  Bedol lapang karena mungkin salah satu alasannya biar ga bentrok dengan jadwal adik-adik kami yang kebagian plug siang.

Oke, setelah sekian tahun saya lepas dari kewajiban olahraga (padahal harusnya butuh kan, ya). Bisa dibilang saya itu  ga pernah. Kecuali kalau ikut sesi yoga (rencananya pengen konsisten nge-yoga secara reguler bulan depan, doain saya panceg hate alias istiqomah alias rutin), atau tracking kayak waktu di the lodge awal Oktober kemarin itu dianggap sebagai olahraga. 

Eh, masih inget kan kampanye lari seribu langkah sebuah brand minuman  beberapa waktu yang lalu?Jadi jalan kaki itu juga kan bisa jadi olahraga. Bukan hanya membakar lemak tapi juga menjaga kebugaran tubuh. So,  siapa bilang olahraga kayak jalan gini hanya untuk mereka yang kepingin langsing? 

By the way, dua minggu yang lalu saya bareng teman-teman blogger Bandung diajakin jalan-jalan senang alias fun walk yang disponsori oleh Pegadaian Bandung. Saya bilang oke, hayu ikutan. Senang juga bisa menghirup udara pagi Bandung yang masih bersih, sebelum siangnya macet-macetan plus udaranya yang udah ga enak karena terpapar polusi yang makin pekat. 

Jam 6 pagi saya sudah di tkp dan kurang lebih 45 menit kemudian Fun Walk pun dimulai. Mengambil start dari GOR Pajajaran, kami menyusuri rute kurang lebih 3-4 kilometer. Dari sini kami berjalan lurus terus sampai perempatan Pajajaran, melewati pabrik Kina yang legendaris, jalan Kebon Kawung (seputaran Stasiun Bandung),  jalan Pasir Kaliki (Istana Plaza) dan balik lagi ke GOR Pajajaran. Rute yang kami tempuh berdurasi (diih kayak film) sekitar sejam. Enggak kerasa karena sepanjang jalan kenangan diisi dengan ngobrol dan tetep foto-fotoan hahaha... No Photo Hoax, kan?

Anyway selama mengingat kembali fun walk ini, saya jadi kepikiran, kira-kira jamannya para londo Belanda maih bermukim di sekitaran Pajajaran , hari minggunya dihabiska buat ngapain, ya?

Karena rutenya emang pendek, sekitaran jam 8 peserta fun walk sudah kembali ke lapang  GOR Pajajaran. Sambil menunggu sesi Zumba, kami dipersilahkan berisitrahat dulu. Daaan...saat sesi Zumba dimulai itu saya memilih jadi pemirsa aja. Seperti yang udah dibilang, saya tuh aneh banget gesturenya kalau senam. Sempat tersenyum geli lihat peserta lain yang semangat mengikuti gerakan instruktur. Duh jangan sampai gesture aneh saya mengalihkan dunia eh konsentrasi mereka. Salut sama Nchie dan Yashinta yang bergabung ikutan Zumba.

Selama sesi Zumba berlangsung,  ga enak juga kalau cuma duduk bengong nonton. Saya bareng Nchie (melipir dari arena Zumba)  nyempetin lari mengitari track lari sebanyak uuummmm dua putaran saja. Segini pun effortnya lumayan.  Putaran pertama,  sukses lari terus tanpa henti. Begitu masuk ke putaran dua,  mulai merasa ga enak.  Karena emang udah lamaaa banget ga olahrahga secara reguler,  saya perlu adaptasi. Dada saya terasa sesak. Sakit. Jangan sampai pingsan atuh lah. Karena siangnya mau nonton haha.  Ya udah saya kombinasiin aja antara lari kecil dan jalan.  Kebanyakannya sih jalan kaki.  *LOL*

Selain peserta Fun Walk yang meramaikan arena GOR Pajaran ini,  ada pengunjung umum juga yang menikmati minggu pagi itu dengan panjat dinding, lari-lari, futsal sampai latihan kickboxing juga lho.

Selama sesi Zumba berlangsung, ada juga lomba mewarnai yang pesertanya anak-anak TK/SD.

Acara yang di-organize oleh Z Organize ini juga disponsori oleh Amanda Brownies yang hari itu membagikan varian anyarnya - bolu pandan - sebagai cemilan untuk para peserta dan performa apik dari beberapa pendukung acara seperti Shabira dan Derizka.

Thanks lho buat Pegadaian. Lewat acara ini setidaknya saya diingatkan kalau olajraga itu penting.  Ga harus ribet juga.  Karena bisa dijalani secara menyenangkan.  Kalau ada acara Fun Walk kayak gini lagi boleh deh, ikutan lagi. Yuk ah.... 




Share:

Monday, 12 December 2016

Menu Baru di Saute Resto yang Wajib dicoba

Entah  magnet apa yang dimiliki Bandung, ya? Selalu saja di akhir pekan, long weekend atau liburan selalu saja rame dikunjungi turis lokal dan interlokal eh maksudnya turis asing. Dan kalau ngomongin soal destinasi wisata, kulineran di Bandung adalah menu wajib  masuk itenerary. Salah satunya adalah Saute, Resto yang beralamat di jalan Lodaya no 23 Bandung. Patokannya? Gampang, cari aja seputar lapang Lodaya. Sebuah Resto yang menempati gedung berlantai 3  dengan dominasi cokelat hitam akan kita temukan.

Karena mengusung  konsep family resto, ruangan-ruangan yang ada di dalam sini didesain dengan dengan suasana hommy, dan meja-mejanya yang  berukuran besar. Lantai 1 adalah area free smkoking, cocok buat orang-orang kayak saya yang menginginkan udara yang bersih, bebas dari kepulan asap rokok.

Sementara untuk lantai 2 dan 3 ditujukkan bagi  para perokok atau yang merasa fine-fine saja kalau ada asap rokok yang menyelinap. Di lantai 1 juga terdapat stage untuk menghibur para pengunjung yang datang. Waktu saya datang ke sana lagi ga ada penyanyi/band yang mengisi. 


Antara lantai 2 dan lantai 3 terdapat lukisan mural. Sayang sekali kalau pas pake kostum OOTD diabaikan begitu saja. Meski cuma dilukis dengan kapur putih tapi tetap instagramable.


Jumat tanggal 9 Desember 2016 kemarin, bersama teman-teman Blogger Bandung saya datang ke sana untuk mencicipi menu baru dari Saute yang sebagian menunya diolah dengan cara ditumis. By the way nama Saute ini diambil dari bahasa Perancis. Artinya ya itu tadi, tumis.

Menu baru dari Saute ini sebenarnya akan diperkenalkan kepada pengunjung Saute pada tanggal 16 Desember 2016. So, kami yang datang first food tester, pencicip pertama. Horeee!
wefie dulu sambil nunggu yang lain dan pesanan datang

Sop Buntut  Reguler dan Sop Buntut Bakar

Di lantai 3 yang luas kayak sky lounge kami juga disuguhi menu-menu yang sebelumnya sudah ada. Sop buntut adalah menu most wanted alias paling banyak direquest oleh para pengunjung Saute Resto. 
Menu Baru di Saute Resto yang Wajib dicoba
Sop Buntut
Untuk  salah satu menu anyarnya, Saute mempersembahkan menu Sop Buntut Bakar. Saya suka banget nih sama Sop Buntut versi barunya. Dagingnya empuk, meski harus hati-hati juga mencicipinya karena tulang buntutya yang gede banget. Ga berani mengggit jadinya cuma dipocelin pake tangan. Dicocolin dengan sambal ala sambal matah dan nasi hangatnya bisa lebih enak. Ingga yang sempat nyicipi sambalnya bilang ga pedes, padahal pake cabai gendot. Cabe-cabeam yang level pedasnya udah terkenal sadis. Sedangkan untuk kuahnya yang bening jadi pelengkap rasa. Kan gurihnya sudah kita dapatkan dari dagingnya. Jadinya ga giung (eneg) karena kebanyakan lemak.
Menu Baru di Saute Resto yang Wajib dicoba
Sop Buntut Bakar

Chicken Schnitzel

Yes, kalau nyimak namanya, ini adalah sajian khas orang Jerman sana.  Kombinasi antara fillet ayam bersalut panir dengan potongan kentang dan saus jamurnya adalah rekomendasi versi saya. Saus jamurnya itu lho yang melengkapi rasa dari Chicken Snitzelnya. Saladnya pas, ga terlalu banyak atau sedikit. Meski teman-teman saya pada nyuekin saladnya. Akhinya saya yang emang doya aneka salad dengan riang gembira menghabiskan saladnya. Lucky me, efek dari temen-temen yang pada kekekekenyanaga saus jamurnya masih cukup buat  saya jadiin cocolkekenyanaga sambil lanjut ngobsaya

By the way, kenapa ya salad ini masih ada aja yang nyuekin alias nyisain? Bukan cuma buat pemanis tampilan aja, lho. Tapi juga buat mengimbangi asupan lemak dan karbo yang masuk ke perut. 
Menu Baru di Saute Resto yang Wajib dicoba

Pasta Creamy

Ini juga termasuk  menu anyar dari Saute Resto.   Kalau aja ga ada menu lain yang sedang saya coba, Pasta Cremy ini bakal saya pesan  dua porsi. Hahaha... Maruk? Abis enak. Keliatannya kayak sedikit padahal ga juga. Pastanya lembut, creamynya juga melting di mulut, gurihnya pas. Cocok banget buat penggemar makanan dengan salty kayak saya. 
Menu Baru di Saute Resto yang Wajib dicoba
Pasta Creamy ala Saute

Beverages ala Saute Resto

Suka kopi yang rasanya soft atau strong? Kalem, kita bisa pesan, kok. Mulai dari Cappuccino yang lembut dan jadi faorit saya, sampai Affogato yang rasa pahitnya belum bisa saya tahan rasanya. Bisa-bisa rasanya vanilanya abis duluan dan kopinya malah saya hibahkan sama yang lain (mubazir, sayang kalau ga diminum). Kalau menyeruput kopi, lebih suka ice  coffee  dibanding yang hot. Soal selera sih, ya.  Kayak yang ada di bawah ini nih. 

Ada yang lucu pas mesan kopi di Saute. Ceritanya saya pesan moccacino. Entah kenapa tetiba lupa pesan apa. Makanya, waktu Shakerreto datang dengan cueknya saya mengiyakan dan main seruput. Sebentar,... kok cukup acid? Jiaaah... ini sih kopi pesanannya Euis  -_-  Pantesan dikasih pendamping (pendamping) gula cair. Duh maaf ya, Euis, saya gak sopan, ya *lol* Meski kurang familiar, lidah saya masih bisa menoleransi rasanya.  Ga se-strong affogato ternyata.

Menu Baru di Saute Resto yang Wajib dicoba

Kalau ga suka kopi atau pengen minumu minuman lainnya bisa pesan seperti ini nih. Spirtus? Hoho bukaaan :) ini namanya  Blue Spring. Rasanya segar bercampur sensasi soda yang lembut. kalau pas cuaca lagi panas atau gerah, pesan ini aja.
Menu Baru di Saute Resto yang Wajib dicoba
Blue Spring
 Juga  ada minuman lainnya (duh lupa apa ini), kombinasi warna merah, putih dan tambahan selasihnya sungguh menggoda mata.Sama yang ini juga sensasi sodanya cukup terasa, tapi ga terlalu strong, kok. Ga bikin perut saya kembung. Atau ini. Fruit Punch yang tekstur creamy, kayak smoothies gitu. Seger, lho. Recomended!  
Menu Baru di Saute Resto yang Wajib dicoba

Sebenarnya menu anyar dari Saute Resto ini ada 7 dessert san 6 bevrages. Jadinya ga mungkin dong mencicipi semuanya *elus perut*. Apalagi pada hari itu juga kami mencicipi menu lainnya yang udah eksis duluan.  
Menu Baru di Saute Resto yang Wajib dicoba
menu lainnya yang dicicipi oleh Blogger Bandung

Promo menarik

Kalau punya kartu kredit Bukopin, manfatin deh promo yang lagi berlaku  dari tanggal 22 Oktober sampai 31 Desember 2016.
Setiap transaksi dengan menggunakan kartu ini, kita akan mendapatkan potongan harga 20%. Kalau datang berlima sama temen, rapel aja billnya biar dapat diskon. Jadi Semacam beli 4 dapat 5 *iriter detected*.
manfaatkan diskonnya, kakak
Gimana  kalau ga punya kartu Bukopin? Masih bisa dapat diskon juga, kok. Tapi cuma berlaku khusus untuk menu baru aja.
Wajah-wajah senang karena kenyang.  Foto: Nchie Hanie
Selamat bingung memilih. Kenapa? Karena semua menunya cicip-able (istilah macam apa ini?). Intinya harus datang lebih dari sekali, biar ga penasaran. Soal harga dan porsi per servingnya worth it banget, kok. Buktikan deh. 
Menu Baru di Saute Resto yang Wajib dicoba
credit photo: Saute

Jangan lupa kepoin akun IG Saute Resto di @sauteresto, juga. Biar terus update dengan menu-menunya, juga promo menarik atau acara off air yang digelar. 
Saute Family Resto
Jalan Lodaya no, 23 Bandung
telp.  022-73511564 
Jam operasional: 11.00-22.00
Range harga:  IDR 15K - IDR 69K

Share:

Sunday, 11 December 2016

Tips Mendesain Rumah Minimalis Bergaya Klasik Tradisional

Tips Mendesain Rumah Minimalis Bergaya Klasik Tradisional [infomercial] - Rumah itu kebutuhan primer atau sekunder, sih? kalau buat saya sih kebutuhan primer. Ngontrak atau beli sendiri. Maunya sih rumah sendiri. Kalian juga, kan?  Kalau ditanya model rumah kayak gimana yang jadi impia saya, ga ragu deh kalau saya bakal milih yang modelnya rumah minimalis. [dislclosure] Kenapa? Simpel aja. Saya males beres-beres rumah soalnya hahaha… Ya rumah yang nyaman ga selalu harus luas yang bikin kita bisa gelutukan sesuka hati gitu (awas kejedot).
Soal selera rumah macam gini bukan saya aja yang suka. Emang lagi trendnya sih orang-orang tuh mengaplikasikan rumah yang modelnya  bertema klasik tradisional. Kombinasi selera modern dan klasik khas idonesia. Jadinya kan unik, tuh. 
sumber: urbanindo
Hmmm lucu (((lucu))) kali ya, punya rumah minimalis dengan desain bambu gitu. Punya rencana yang sama?  Tosss dulu dong. Eh tapi sebentar. Ada tipsnya yang sebaiknya disimak dulu. Cekidot.

Pilih tema dan Sesuaikan dengan ruangan

Biar ga jadi mubazir dan menyesal kemudian, mana ada nyesel di awal, itu sih pendaftaran hahaha, ada baiknya ketika akan mendesain interior rumah kita sudah punya konsepnya. Soal desain rumah dengan tema minimalis dengan nuansa tradisional mialnya. Pastikan dengan seyakin-yakinnya kita akan mengusung tema daerah mana yang akan ditonjolkan. Apakah adat Sunda, Jawa, Minang, Bali atau lainnya. 
Biasanya,  rumah-rumah dengan desain tradisional tidak mengaplikasikan warna cerah. Secara umum warna warna yang ditonjolkan mempunyai unsur menonjol berupa unsur kayu atau batu.  Meski sederhana tapi justru berhasil lho member kesan kuat tema tradisional klasik.

Lengkapi dengan aksesori klasik

Bukan hanya pilihan  unsur kayu atau batu pda dindingatau lantai rumah saja. Ornamen atau hiasan dinding juga bisa semakin menguatkan nuansa tradisional pada setiap sudut atau ruangan di dalam rumah. Untuk mendapatkannya coba aja hunting ke toko-toko khusus yang menjual berbagai aksesori tradisional. Selanjutnya tinggal pinter-pinternya kita aja memadukannya. Lagian ruangan atau rumah yang ga ada aksesorisnya gitu kok kayaknya ada sesuatu yang ga lengkap. Ya, kan?

O iya, satu lagi yang jangan dilupakan. Pilih juga furnitur klasik untuk semakin menguatkan Suasana. Kursi rotan, balai-balai di dapur, sekat anta ruang dari bilik bambu misalnya adalah  beberapa hal yang jangan dilewatkan.

Hadirkan taman yang asri

Rumah dengan konsep tradisional memang identik dengan sesuatu yang natural. Makanya rumah tradisional itu bakal  biki betah dan hommy kalau di sekitarnya dilengkapi dengan taman. Bisa di depan atau belakang rumah. Atau kalau punya lahan luas, bisa juga dipsang di kedua sisinya. Kan makin adem. Tapi jangan lupa untuk merawatnya juga, ya. Biar selalu asri dan enak dilihat.
Oke, noted. Menarik. Tapi gimana soal budget? Mahal? 
Iya sih 
*glek* 
Eh jangan keselek dulu. Sekarang gini aja hitungannya. Saat akan mendesain rumah, beberapa hal yang harus kita lakukan adalah:
  • Melakukan perombakan di setiap sudut rumah
  • Belanja aneka funitur kayu (biar ga kelewat tekor bisa ditambah dananya dengan hasil menjual furnitur lama)
  • Belanja koleksi benda antik yang harganya lumayan.

Anyway, trust aja, worth it kok.  Kalau udah terwujud, rasanya senang banget, ya. Semoga saya, kamu atau siapa saja yang punya impian ini bisa kesampaian. Aamiin.


Share:

Saturday, 10 December 2016

Sumber Polusi di Dalam rumah yang Tidak Disadari

Sumber Polusi di Dalam rumah yang Tidak Disadari [infomercial] - Pernah terpikir ga kalau ternyata di dalam rumah pun bisa muncul polusi? Padahal rasanya kita tuh rajin banget membersihkan rumah dan enggak ada anggota keluarga yang merokok, pun.  Kok, bisa?

Percaya deh, secara berkala teman-teman tuh udah rajin bersih-bersih rumah. Malah biar semakin sehat dan menambah kesegaran udara pun di halaman rumahnya ditanami aneka tanaman. Kalau pun lahannya terbatas, setidaknya sirkulasi udara yang segar diusahaakan dengan menjaga ventilasi udara. 

Tinggal di kota-kota besar, rumah yang nyaman dengan udaranya yang segar adalah sesuatu yang mewah. Itu juga yang dicari oleh para calon pembeli yang sedang mencari rumah dijual di Depok [disclosure] atau di kota-kota lainnya. Selain Jakarta, Tangerang dan kota-kota besar lainnya punya persoalan yang sama, yaitu tingkat polusi yang cukup tinggi. Hiiiy, ngeri, ya. Mungkin itu juga sebabnya semakin bertambah usia, saya suka mengalami nafas yang agak sesak. 

Balik lagi ke sumber polusi ddi dalam rumah nih. Penting banget kita ketahui dan antispiasi. Ibarat cerita dalam film, kayak musuh dalam selimut. Dia itu ada, eksis dan mengancam tapi kitanya ga mudeng dengan keberadaannya. So, perlu dong untuk diperhatikan secara serius, pake banget. Risiko penyakit yang bisa muncul dari polusi ‘laten’ ini mulai dari keluhan sakit perut atau yang berat macam kanker. Hiiiy…

Terus gimana?

Coba kita cek lagi, yuk. Sebenanya kondisi kualitas di rumah kita itu udah layak dan sehat, belum? Sirkulasi udara yang bersih akan membuat kita bisa bisa bernafas lega untuk menghirup udara yang segar. Mau tua atau mua, orang tua ataau balit, semuanya berhak, malah harus mendapatkan oksigen yang sehat, biar ga mudah sakit. 

Apa saja sih sumber polusi di dalam rumah yang harus diwaspadai?

Furnitur dan Lantai Kayu

Walau kita rajin membersihkan perabotan rumah, ternyata kandungan formaldehida, yaitu senyawa kimia yang umumnya dijumpai dalam larutan bahan kayu ini adalah sumber polusi juga. Baru ngeh, kan? Sekian tahun ini saya juga juga gitu, baru tau. Hadeuh, ke mana aja? Selain kursi atau lemari, lantai rumah yang terbuat dari kayu pun bisa jadi media menumpuk dan menyebarnya polusi. Saya inget banget nih waktu kecil dulu (sampai dewasa juga sih meski udah jarang) paling enak itu kalau tiduran di lantai. Adem! Apalagi pas udara lagi panas atau gerah. Lantai rumah dengan bahan kayu memang lagi banyak digemari. Untungnya sih rumah saya masih pake lantai keramik. Setidaknya satu pencetus penyakit seperti asma, pernapasan, penyakit gangguan tenggorokkan, lalu gangguan neurologis, hingga iritasi pada mata rada ngurangan lah, ya.

Tapi kan, lemari dan dipan di rumah saya 90% dominan dengan bahan kayu. Tetep atuh kudu  memastikan sirkulasi udara di dalam ruangan terjaga dengan baik. Ventilasi yang sehat bisa membuat paparan senyawa formaldehida mengalir ke luar secara efektif.

Suhu Tinggi Memasak

Pernah mengalami sesak nafas akibat dari aroma masakan yang tajam? Saya pernah, tuh. Asap dari masakan yang harum atau ga enak (entah karena gosong atau bau yang terasa tajam dan ga nyaman terhirup) menghasilkan senyawa akrolein. Senyawa ini juga merupakan racun yang bisa mengiritasi mata dan hidung. 

Oke. Sekarang paham dong, ya, ketika menumis cabe dan bawang buat bahan sambal goreng bisa membuat mata terasa perih dan rasa ga nyaman pada hidung yang bikin sulit bernafas. Terlalu sering meghirup akrolein bisa menyebabkan risiko terserang kanker paru-paru jadi meningkat.

Sepertinya menarik juga kalau dipikirkan gimana caranya biar bisa meminimalkan paparan senyawa ini. Yang jelas, ga mungkin lah pake topeng ala-ala robot gitu atau baju ketopong kayak ksatria jaman dulu mau perang. Ribet pakenya, Menuhin space dan nambah kerjaan aja buat dibersihkan secara berkala hahaha….
Share:

Friday, 9 December 2016

Da Vinci: Minuman Dengan Sentuhan Maha Karya

Kalau makan di kafe, selain main dessert, kayaknya ga afdol nge-skip pesan minuman. Keselek makanan kan ga asik.   Lemon tea, cappuccino atau minuman lain dengan tampilan yang  cantik suka ngegoda kita buat memesan.  Beli bahannya dan bikin sendiri di rumah sih bisa. Tapi apalah saya ini, ga ada bakat jadi seorang barista atau mixologist hahaha... Daripada gagal? Ya udah pas nongki-nongki atau sengaja melipir ke kafe buat mengenyahkan lapar dan haus  sekalian aja.


Eh tapi suka penasaran ga sih, story behind minuman yang tampilannya kece dengan rasa khasnya itu? Biasanya kita tinggal pesan sama waiter atau waitress. Nunjuk atau bilang pesan satu  dan dalam hitungan beberapa menit kemudian taraaaa.... pesanan kita sudah datang. Emang ga penasaran  liat proses pembuatannya?

Rabu kemarin tanggal 7 Desember 2016, saya bareng Dydie datang ke hotel Best Western Premier di jalan Merdeka Bandung buat menyaksikan presentasi produk Da Vinci bersama distributor Maxindo Jaya. FYI Maxindo ini juga merupakan distributor Teh Dilmah lho. 



Hari itu kami nyempil diantara para Barista dan Mixologist perwakilan hotel, kafe dan resto yang datang. Rada roaming nyimak interaksi para undangan Barista/Mixologist Duo Kenny dan Fahri yang hari itu mempresentasikan 3 jenis minuman. Ya udah, ikutan drink test aja hehehe...

Dalam acara ini Bu Lusi dari  Maxindo  memperkenalkan produk Da Vinci dan Mixer yang jadi bahan utama pembuatan minuman yang cara pembuatannya ditampilkan hari itu. Botolnya lucu-lucu dengan  komposisi warna yang memanjakan mata. Pemilihan nama Da Vinci ini memang terinspirasi dari nama pelukis maestro jaman Renaisans asal Italia yang terkenal dengan lukisan Monalisanya.

Cita rasa jenius dari Da Vinci dihasilkan dari resep turun temurun yang disempurnakan selama 25 tahun terakhir. Terpikir ga sih, kalau pancaindera ternyata memengaruhi kita dalam menikmati minuman?  Jangan sampai tampilan warna mengguhah selera eh rasanya aneh atau rasanya sebenarnya menggoda tapi tampilannya biasa aja.

Da Vinci menyempurnakan resep dari produk-produknya dengan menguatkan citarasa yang dihasilkan. Seperti halnya pakaian, warna dari minuman pun bisa memengaruhi emosi. Begitu juga dengan aroma yang menguar. Kita bisa menafsirkan rasa sebuah minuman lewat aroma yang dihasilkan.  Aroma mangga misalnya, kan ga mungkin pas dicecap ternyata rasanya rasa jeruk. Begitu juga dengan rasa. Da Vinci menganut prinsip Truth to the Fruit, artinya rasa yang dihasilkan benar-benar rasa yang sejati, sama persis seperti aslinya. 

Saat minuman sudah terasa di mulut pun akan memberi sensasi rasa yang sempurna, sehingga Da Vinci merupakan sebuah mahakarya dari kombinasi ilmu pengetahuan dan seni dalam membuat sirup. Pernah  baca novel atau film Filosofi Kopi? Mungkin kalau untuk sirup dengan bahan dasar buah-buahan ini juga menarik ada yang mau ngulik filsafatnya.

Selain melihat demonstrasi cara pembuatannya, kami juga berkesempatan mencicipi tiga jenis minuman yang disajikan hari ini. Ada Hot and Spicy yang dibuat oleh Mixologist Kenny.  Yang satu ini dmerupakan perpaduan dari rasa chili and cinnamon.  

What, Chili cabe maksudya? Iyes, betul. Chili cabe tapi beda sama cabe yang biasa diulek buat nyambel lho ya. Pokoknya sudah diolah sedemikian rupa untuk bahan minuman.  Rasanya? enak lho, saya suka. Ga pedas kayak nyeruput kuah mie atau bakso hahaahaa... Tapi yang saya suka sih rasa cinnamonnya yang dominan. Kayaknya asik deh dipesan pas cuaca lagi dingin atau hujan. O ya tenang aja, semua bahan dari Da Vinci atau Mixer ini aman kok, ga mengandung alkohol. Makanya saya bisa mencicipi.

Resep kedua yang ditampilkan adalah  Bubble Gum Baby ala Fahri dari EnHai Bandung. Udah ketebak dong kalau dari namanya aja punya citarasa kayak permen karet yang kuat.  Bubble Gum Baby ini juga ternyata bisa dibuat di rumah. Komposisi bahan yang digunakan antara lain adalah Mixer Watermelon, Mixer Strawberry, Fresh Milk, Vanilla Ice Cream dan es batu. Semua bahan ini dimix dengan cara menggunakan blender. Keliatannya sih gampang,t api entah ya kalau saya bikin sendiri *lol* Yang jelas, kombinasi bahan yang tepat pastinya akan menghasilkan rasa yang juara.  Again, enaknya tinggal nyicip aja deh. Atau ada yang mau buatin buat saya?

Presentasi resep ketiga ini yang saya suka. Suka dengan cara Mixologist yang mukanya mirip Boy William ini menunjukan teknik pembuatannya Buat para barista atau mixologist  hari itu bisa lah jadi contekan buat menu minuman yang baru. O, ya namanya adalah Secret Garden. Secret  Garden lho ya, bukan Meteor Garden.  

Minuman yang satu ini menggunakan tropical fruit seperti markisa dan kiwi. Dengan teknik pembuatan disahake, tambahan citrus dan  garnish berupa daun mint dan sedikit sentuhan soda api dan jus  membuat resep yang satu ini juga bakal banyak yang suka. Saya juga baru tau dari Kenny lho kalau nepuk daun mint sedikit lebih kuat sebelum jadi garnish bisa bikin rasanya lebih kuat. Diiih ke mana aja saya? 



Share:

Thursday, 8 December 2016

Tips Menjual Rumah di Bandung

Punya rencana menjual rumah dalam waktu dekat ini? Kalau iya sini ngobrol yuk sama saya. Kebetulan banget mau ngebahas ini.

As we know,  saat akan menjual rumah, ekspektasinya adalah terjual dengan tingkat harga seperti yang kita harapkan. Ya syukur-syukur yang mau beli nawarnya ga tega, ga kejauhan lah. So, pastinya kita akan mencari tahu gimana sih caranya agar punya  rumah dijual di bandung [disclosure]. 

sumber foto: urbanindo
Meskipun Bandung sekarang terasa lebih ramai dan tambah macet, punya rumah di kota ini adalah impian buat sebagian besar orang, lho. Hayo, kamu termasuk salah satunya? Tosss dulu atuh, yuk. Kulineran, belanja, wisata alam jadi lebih dekat dan lebih mudah dilakukan kapan saja. Bandung itu pokoknya ngagenin, selalu. Saya aja kalau udah ga tinggal sama ortu lagi maunya tinggal di Bandung lagi. Abis gimana dong? saya cinta mati sama kota di mana saya lahir dan tumbuh sampai detik ini. Dih, baper ya? Biarin ah.

Ngomong soal aturan menjual rumah tau ga sih kalau ternyata belum banyak yang tidak atau belum tau gimana caranya menemukan pembeli yang seriusgakan membeli rumah? Soalnya nih, kan banyak kasus yang dijumpai calon pembeli cuma datang lihat-lihat rumah. Eh  belakangan taunya cuma survey aja. Abis itu? Yuk dadah yuk bye bye. Ga ada kabar lagi. Ya mungkin belum klik dengan selera atau haapan mereka juga. Tapi sebagai penjual siapa sih yang ga kepingin segera laris?

Ada juga kenyataan kayak gini. Setelah survey dan nanya harga, mereka bilang: "Iya, ini baru liat-lihat aja. Buat nanti sih, masih rdadala lama, Lima tahun lagi perlunya. 

Oh Helooo, harga rumah sekarang dengan harga 5 tahun nanti beda kaliii…

Atau seperti ini. 

Iya mereka kelihatan antusias dan falling in love, naksir berat dengan rumah yang kita tawarkan. Begitu ditanya soal kapan mau bayar, susah pake banget. Ini juga bikin gemes. Pengen garuk-garuk tembok. Eh tapi jangan ding. Nanti kalau temboknya baret-baret, ga mulus karena dicakarin bisa turun harga. Sayang dong kalau harus ngecat ulang hehehe 

Makanya ada beberapa cara untuk mengikat kesepakatan. Ini buat membuktikan kalau mereka emang ga main-main alias komitmen. Misalnya saja dengan ngasih uang downpyamet (dp) alias panjer atau tanda jadi. Buat sebagian orang ada juga menentukan tanda jadi ini bisa hangus kalau calo pembeli membatalkan kesepakatan. Biasanya sih suka ada surat pejanjian untuk mengantisipasi sengketa atau salah paham di masa mendatang.

Bagi pemilik rumah yang dijual menunggu dana cair dari pembeli adalah biaya waktu. Kan kita juga butuh dana segar untuk keperluan lain. Untuk memiliki rumah sebenarnya kalau tidak punya uang tunai bisa disiasati dengan mengajukan kredit pemilikan rumah alias KPR ke bank. Kalau layak alias memenuhi syarat, proses pengajuan akan di-acc dan voilaaa ‘dana bantuan’ pun cair.
credit: dovenshirecompany.com
Ga semua orang memang punya keberuntungan bisa memenuhi impiannya memiliki rumah sendiri dengan uang tunai alis tanpa angsuran. Tapi semakin lama menunda rencana memiliki rumah sendiri sekian waktu itu juga ahrga rumah akan terus merayap. Yang perlu diingat ssaat menunggu pencairan dana dari bank memang perlu proses, tapi ga lama juga kok, asal ya itu tadi memenuhi syarat kelayakan.

So, kalau ada calon pembeli yang tampak galau soal biaya, sarankan mereka untuk mengaukan KRP saja. Ga mau? Bilang Dadah aja. Yakin deh, rumah yang akan dijual akan menemukan tuannya yang tepat.



Share:

Tuesday, 6 December 2016

4 Hal Tentang Film Terjebak Nostalgia

Coba saya tanya deh kalau bahas lagu hitsnya Raisa yang judulnya Terjebak Nostalgia. Ada yang 'ngerasa' ga?  Kayaknya sebagian besar pernah deh, meski ga sampai menjadikan lagu diva cantik ini sebagai antheme song atau masuk list playlistnya yang digeber terus-terusan  :)  

Kamu sendiri gimana, Fi?
Pernah lah. Udah move on tuh. Cuma sebagai fans klub Liverpool yang terakhir kali juara tahun 1989, belum kepikiran berpaling jadi fans klub lain.  Makanya pernah diledekin teman SMA yang bilang kalau saya dan fans Liverpool lainnya adalah fans yang terjebak romantisme masa lalu hahaha.. Dan pas ketemu Mas Apri, owner Redsdipo, kafe yang identik dengan klub asal Merseyside itu, beliau ketawa dan mengiyakan. 

Oke skip. Segitu aja  curhat colongan, ya. Mending ngomogin lagunya Raisa yang diangkat jadi film dengan judul yang sama: "Terjebak Nostalgia".

Sedianya film ini udah tayang di bioskop-bioksop Februari 2016. Karena sesuatu hal, akhirnya film ini baru main di bioskop di awal Desember sekarang. Fansnya Raisa yang nunggu film ini pun sepertinya cukup sabar menunggu.
Sebagian fans Raisa yang ikut nonton
Kayak waktu kemarin nih pas nonton film ini di BTC ternyata saya ketemu sekitar 20an fans Raisa yang bela-belain nonton film ini. Mengutip salah satu quote dari filmnya, "love is magic". Demi cinta orang rela melakukan apapun. Seperti  Raisa yang rela nunggu Sora, kekasihnya.



Judul Film: Terjebak Nostalgia
Produser: Reza Hidayat
Sutradara: Rako Prijanto

Penulis: Anggoro Saronto
Pemeran: Raisa Andriana, Chicco Jerikho, Maruli Tampubolon, Khiva Iskak, Dewi Irawan, Robby Sugara, Sapto Soetarjo, Saddam Basamalah
Durasi: 95 menit
Usia Penonton: 13 tahun ke atas


Atas nama rasa

Dalam salah satu adegan, Reza (Chico Jerikho) bilang gini sama Raisa (Raisa) :

Aku ga tau Sa, dan kamu melakukan ini atas nama rasa.

Meski sudah dipastikan Sora (Maruli Tampubolon)  hilang dalam kapal yang membawanya ke Manhatan, Raisa masih berharap Sora masih hidup. Kekonyolan Raisa yang mengirim pesan dalam botol yang dihanyutkan ke laut ternyata berbalas jebakan nostalgia yang semakin dalam. Raisa mendapat balasan surat yang dikirm oleh Sora dari Amerika.  To good to be true. Kebetulan banget kalau pesan itu bisa berenang ribuan kilometer dan sampai ke orang yang tepat dituju. Love is magic atau love is silly,  ya?

Raisa nekat menunda menandatangani kontraknya dengan label record,  demi mencari tau keberadaan Sora yang sesungguhnya. Sementara Reza yang cintanya ga berbalas pun kelewat baik meninggalkan pekerjaannya sebagai chef demi nemenin Raisa.  Demi apa coba? Demi cinta! Kata Reza juga nih, 80%  para cowok mengalami situasi sepertinya, cuma levelnya aja yang beda. Duh baik banget sih kamu, Rez. Raisanya aja yang ga bisa liat. 

Napak tilas nostalgia 

Setelah beberapa kali saling berbalas surat dengan sosok "Sora", akhirnya Raisa yang ditemani Reza sampai di New York. Lewat surat yang dikirim dari alamat misterius, dia nurut aja 'dikerjain' untuk menyusuri tempat-tempat yang disebut di surat itu, demi 'janji' bakal ketemuan setelah selesai mengikuti permainan ini. Semakin lama, Raisa semakin merasa tersedot dalam pusaran kenangan manis masa lalu. "Gemes" deh saban nyimak dialog Reza dan Raisa. Raisa yakin banget karena apa yang ditulis di surat itu bahasanya Sora banget, termasuk 5 pertanyaan rahasia yang dijawab dengan tepat. 

Sudut-sudut kota New York yang klasik dan romantis seperti  gedung-gedung, sungai dan taman jadi latar di beberapa scene. Hayo siapa yang punya cita-cita jalan-jalan ke New York?  Yang inget lirik New Yorknya Frank Sinatra kayaknya generasi abg jadul kayak saya hehehe. Meski ga jadi salah satu bagian dari filmnya, kalau kata saya lirik lagu Eyang Sinatra ini oke juga. 
If I can make it there, I'm gone make it anywhere. It's up to you, New York, New York!
Cocok dengan  Raisa yang masih keukeuh ingin mewujudkan mimpinya dengan Sora, dan mengabaikan Reza yang nyata di depan mata.

If you looking for a sign, this is it.

Ini satu lagi yang dibilang Reza.  Yang namanya cinta bukan cuma magic aja, tapi juga love fool (kayak lagunya The Cardigan aja). Kenapa? Raisa yang bodoh mengharapkan Sora yang... ya gitu deh. Padahal  Reza  jelas-jelas nyata dan tulus untuk Raisa tanpa syarat. Raisa gagal mengimbangi Chico eh Reza dan membaca tanda yang jelas-jelas  terpampang.

Anyway, kalau jeli memerhatikan beberapa petunjuk, seperti  komentar Reza ketika Raisa mau mengabarkan surat balasan pada orangtuanya Sora, dan rangkaian petunjuk lainnya,  baik saat masih di Indonesia dan ketika di New York kita akan tahu siapa yang pintar bersandiwara dan pintar menutup rahasia dengan rapat, bakal ngerti lebih cepat "skenario"  film ini sebelum udahan. Saya sendiri baru mudeng di akhir :D  *ini spoil ga sih?*

Tentang para pemeran 

Siapa yang paling saya suka di film ini? Kalau boleh milih dua. Pertama adalah Chico Jerikho. Penghayatannya sebagai seorang kekasih yang care dan sabar banget. Yang kedua adalah Khiva Iskak, yang berperan sebagai Obin yang  lugu, culun, lucu adalah seorang sahabat sejati. Tipe sahabat yang selalu siap dimintai pertolongan tanpa pamrih. Langka lho manusia kayak dia. Kalau punya seperti ini, plis jangan sampai terputus jalinan persahabatannya. 

Eh Fi, Raisanya gimana? Kan dia pemeran utama? Well, scene yang paling saya suka sih waktu Raisa ditodong tampil di sebuah kafe dan nyanyi dengan bayangan imajinernya Sora sedang mengiringi nyanyi dengan permainan pianonya.  Chemistry Raisa paling dapet banget di bagian ini. Seperti  halnya ketika mendengar suara beningnya di radio, playlist atau pas konser.

Jadi gimana? Nonton ga?
Desember ini bakal banyak film yang berlomba mendulang penonton di bioskop. Seperit yang sudah-sudah, nafasnya film nasional ga sepanjang film-film barat. Ya sih, ujung-ujungnya skala prioritas. Ya waktu, ya budget dan selera juga. Kalau fansnya Raisa atau Chico bakal belain nonton deh. Kan seperti dibilang tadi,  love is magic. Kalau suka dijabanin deh. 
Share: