Ramainya berita tentang masifnya serangan Israel ke Gaza Palestina juga di lini masa saya di Instagram yang sering dapat rekomendasi tentang bola (karena ini salah satu minat saya) mengantarkan pada rekomendasi sebuah postingan tentang klub Deportivo Palestino.
gambarnya dari https://thisweekinpalestine.com/ |
Sekilas namanya mengingatkan saya sama klub Spanyol Deportivo La Coruna. Kalau terdengar familiar, tentus aja wajar mengingat Chile dulunya adalah salah satu wilayah jajahan Spanyol.
Deportivo Palestino adalah salah satu partisipan liga utama di Chile. Nah, ngomongin Chile bikin saya inget sama mantan pemain Juventus asal Chil di tahun 2000an juga, Marcelo Salas. Umur ga bisa boong ya :)
Ada hal yang menarik kalau lihat lambang klub Deportivo Palestino yang desainnya menyerupai perisai. Komposisi warnanya senada dengan bendera Palestina dan dari namanya juga emang udah nunjukin Palestina banget, Deportivo La Palestino, begitu juga dengan kostumnya. Palestina banget.
Selain komposisi warna kostum dan logo klub, kaffiyeh juga menjadi salah satu outfit yang kerap melekat dengan para pemainnya. Berjarak ribuan kilometer dari tanah kelahiran tidak membuat mereka sungkan untuk menunjukkan identitas diri mereka.
Dari sejarah pendiriannya, klub yang bermarkas di kota Santiago Chile ini sudah ada pada tahun 1920, jauh sebelum peristiwa Nakba yang terjadi di tahun 1948.
Meski klub ini didirikan pada tahun 1920, tapi ide nama ini sudah tercetus 4 tahun sebelumnya atau pada tahun 1916.Dulunya mereka punya slogan Mens Sana In Corpore Sano. Sementara itu istilah Deportivo merujuk pada kata sport, sporting atau sports. Mungkin secara simplenya Deportivo Palestino ini berarti klub olahraganya orang Palestina.
Gimana ceritanya orang-orang Palestina ini bisa sampai ke Chile? Dari literatur yang saya baca, pada akhir masa kesultanan Ottoman, para imigran yang berdiaspora ke Chile ini dipicu oleh keinginan untuk mencari perekonomian yang lebih baik.
Mereka dikirim ke Chile oleh keluarganya. Sesampainya di sana mereka berbaur dengan penduduk setempat dan kemudian muncul istilah Chilestinian. Diperkirakan populasi mereka saat ini mencapai sekitar 450.000-500 ribu orang tersebar di berbagai kota selain di Santiago (ibu kota Chile). Yang unik, dari setiap desa bisa ditemukan 1 orang polisi, 1 orang pastor dan 1 orang Palestina.
Sebagai informasi, para diaspora Palestina di Chile mayoritas beragama Kristen Ortodox dan Katolik Roma. Tidak semua warga keturunan Palestina di sana beragama muslim. Bahkan populasi mereka di Chile hanya 0,3% saja atau kurang lebih 4.000 orang. Akan tetapi perbedaan agama tidak menjadi penghalang nasionalisme di antara mereka.
Tahun 2020 lalu, klub ini merayakan ulangtahunnya yang ke-seratusnya. Bukan saja menyalurkan minat olahraga tapi Deportivo Palestino jadi representasi timnas kedua bagi orang Palestina.
Klub yang sekarang bermain di liga Primera Chilea ini juga pernah meraih juara liga pada tahun 1955, 3 tahun setelah promosi dari liga amatir (Primera B). Untuk musim ini (pas saya nulis artikel ini) Deportivo Palestino berada di posisi keempat klasemen sementara. Lumayan, bisa masuk zona Libertadores meski harus lewat babak play off (kualifikasi) dulu.
Pada awalnya klub Deportivo Palestino ini didukung oleh para pemain berdarah Palestina namun seiring dengan bermainnya mereka di liga profesional. klub memberi kesempatan kepada pemain lain. Untuk komposisi pemain saat ini, Deportivo diisi oleh skuad dari pemain Chile dan Argentina.
Satu lagi prestasi dari klub ini adalah menjadi klub yang tidak terkalahkan pada piala Chile di tahun 2018 setelah 40 tahun bermain tidak meraih gelar juara. Saking berartinya gelar ini, Presiden Palestina Mahmoud Abbas bilang gini,
"Kemenangan Palestino membawa kebahagiaan besar bagi rakyat kami. Palestino mewakili kebesaran negara kami juga mewakili kemerdekaan, keadilan dan perdamaian. Palestino, sama halnya dengan tim nasional kami, mewakili rakyat Palestina. Loyalitas untuk rakyat kami, baik di tanah kelahiran juga di tempat diaspora menunjukkan eksistensi Palestina. Palestino lebih dari sekedar tim sepakbola."
Liga Indonesia juga pernah punya pemain Chile berpaspor Palestina yang bermain untuk klub PSIS Semarang yang kemudian pindah ke klub PSS Sleman, Jonathan Cantillana. Sayangnya, karir Cantillana tidak berkembang dan saat ini berstatus free agent.
Sumber:
https://thisweekinpalestine.com/palestinians-in-chile/
https://thisweekinpalestine.com/club-deportivo-palestino/
https://www.wlrn.org/americas/2023-11-08/latin-america-arab-palestinians-israel-hamas-war
https://www.wlrn.org/americas/2023-11-08/latin-america-arab-palestinians-israel-hamas-war
https://www.foxsports.com/soccer/palestino-team-standings
Hai mba salam kenal. Aku melihat bio mba Efi jika menjadi salah satu admin dalam salah satu komunitas blog, aku udah daftar juga sih, tapi aku kurang paham bagaimana sistem "kerja"nya dalam komunitas tersebut. Beberapa kali tanya juga tidak mendapatkan jawaban. Huhu
ReplyDeleteAku senang sekali menemukan blog mba ini. :(
Hai Mbak. Salam kenal juga. Wah alhamdulillah kalau seneng 🤗. Iya saya pernah jadi admin komunitas blog, hehehe
Deletemba bagimana kabarnya, sekarang lagi sibuk apa, belum ada update lagi artikel rutin nih di blognya, blognya banyak apa aja sih mba
ReplyDelete